Bab 43 Bersikap Tegas
'Akan kuselesaikan dan semua akan berjalan semestinya.'
(Yori K. Hirata)
****
Yori menyetir mobilnya dengan hati gelisah. Di dalam pikirannya penuh dengan ucapan Hana. Ia menyesal telah membuat wanita yang terlibat trauma masa lalu itu malah kini semakin terjebak, dan perbuatannya malah menjadi salah satu pemicunya.
“Kita mau ke mana, Pak?” tanya seorang satpam kompleks yang diminta Yori untuk menemani ke rumah Adelia. Hanya beberapa blok, tapi ia enggan berlari seperti orang sinting ke rumah Adelia hanya karena dihubungi wanita itu dengan histeris.
Dia sangat frustrasi hari ini. Di rumah, istrinya sedang menangis, di
Bab 44. Apa Kamu Mencintainya?"Enough, I'm done."(Hana Aulia)*****Hana tercenung. Bukan sebuah rasa sakit saja yang ia terima, melainkan tidak percaya bahwa kini pernyataan malah balik menyerang dirinya. Bukan seorang istri yang bisa mencakar wajah perempuan gila yang berusaha mengganggu pernikahannya, melainkan malah mendapat tuduhan sebagai perebut pacar orang.Kini ia pun memilih untuk berdiri. Menatap kemarahan Yori kepada perempuan bernama Adelia dengan pikiran bimbang. Mana yang benar? Ia tidak juga memahami situasi yang sedang dialaminya dengan baik.Menyingkir, mungkin itu yang terbaik yang bisa ia lakukan saat ini. Membiarkan Yori menyelesaikan
Bab 45. Mengetahui Perasaanmu lewat Lembaran Buku'Apa pun akan kulakukan asal kamu tetap berada di sisiku.'(Yori Kristian Hirata)******Yori sangat mencintai Hana hingga ia lupa bagaimana cara untuk mengungkapkan dengan kata. Ia selalu berdoa suatu saat Hana akan menerima cinta. Ia akan mempertahankan pernikahan itu bagaimanapun caranya karena di dalam kehidupannya tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi, kecuali memang karena salah satu pihak menyerah untuk mencari solusi.Hana mulai membaca buku Diary Yori, membuka-buka halaman buku secara serampangan, ia malas mengurutkan. Ia hanya mencari yang terdapat kata Adelia di dalam
Bab 46. Mengetahui Perasaanmu Sesungguhnya. 'Kebahagiaanku ketika kamu menerbitkan cahaya di wajahmu lagi, Hana.' (Yori K. Hirata) **** Setelah Hana membaca dan mengetahui isi perasaan suaminya melalui buku diari, kini perasannya diliputi kelegaan. Entah kenapa, beban di dalam hatinya kini berangsur terasa ringan. Meskipun ia masih memungkiri perasaannya sendiri, tetapi rasa menang atas Adelia membuatnya sangat bahagia. Ketika ia tidak juga berhasil memenangkan hati papahnya, Hana terpuruk. Bahkan kentalnya darah tak juga mampu menggoyahkan keinginan papahnya untuk menikahi selingkuhannya dan mengabaikan rasa sakit yang diderita Hana setelah kematian mamanya dalam kesedihan dihianati.
Bab 46 Rasaku yang Dalam'Jangan ada lagi kata perpisahan yang terucap, karena aku sayang dan tidak mau kehilangan kamu.'(Yori K. Hirata)*****Pagi sudah menjelang. Perasaan Hana terasa ringan. Memasak bersama ibu mertua, sarapan bersama seperti sebuah keluarga yang utuh. Ia tidak menyangka akan mendapatkan anugerah seindah ini. Sungguh, Hana sampai harus menitikkan air mata dengan pura-pura kepedasan. Ia sangat terharu dengan kasih sayang dan perhatian dari mertuanya.“Kalau cucu kita lahir, kayaknya bunda bakal beli rumah di sekitar sini, deh,” ujar Ayu dengan suara berapi-api.
Bab 48. Menanam Benih'Mari kita rajut kembali ikatan yang hampir kusut ini menjadi kisah yang lebih indah. Karena ini tentang cinta kita, jangan pernah ciptakan lagu sedih di dalamnya.'(Yori Kristian Hirata)*****Janji, sebuah kata yang mudah diucapkan. Namun, untuk konsisten menjaga agar bisa menepati ternyata tidak segampang yang dibayangkan. Hana menyadari sikap Yori dari awal tidak pernah berubah sama sekali. Masih baik dan perhatian. Akan tetapi, ia masih saja menyelipkan keraguan akan ketulusan hati pria tersebut. Entah, rasa benci terhadap laki-laki brengsek masih membekas di ulu hati.Saat ini kedua pasangan itu sedang berada di Rooftop.
Bab 49. Milikmu Seutuhnya'Senyummu alihkan segalanya.'(Yori Kristian Hirata)****Pagi yang indah, pasangan muda itu bergelut mesra dalam satu selimut yang sama. Sebuah pengalaman berharga baru saja selesai mereka lewati. Yori tak henti-hentinya memeluk dan menciumi bibir Hana sejak semalam.“Jangan jadi maniak, deh!” ancam Hana mendengus, tetapi Yori hanya nyengir kuda.“Nggak nyangka Hana bar-bar,” sahutnya.“Sudah dari dulu,” balas Hana tertawa.
Bab 50. Fitting baju pengantin'Air mata, bukan lagi sebuah kedukaan melainkan kebahagiaan. Ingin kumenata hidup agar kelak saat kesulitan mendera, kedua tangan kita kokoh tidak pernah tercerai.'(Hana Aulia)******Hana pagi ini beres-beres rumah. Bayangannya terus saja tertuju pada kejadian semalam. Ia tidak menyangka sudah tidak menyandang status perawan lagi. Terdapat perasaan yang sukar untuk dijabarkan. Sebuah penyesalan yang mulai ditepisnya. Perempuan itu mencoba untuk membeli kesempatan untuk memaafkan hatinya dan menerima Yori sebagai suami.Noda merah menjadi saksi, dan Yori beberapa kali berterima kasih untuk kesempatan yang telah Hana berikan untuk masa
Bab 51. Nyanyian Halus Sang Mertua.'Kalau kamu merasa baik-baik saja. Aku tidak bisa begitu saja menerima.(Ayu Aning Hirata)****Suasana restoran tempat Hana makan siang tampak ramai. Namun, kesan itu tidak serta merta membuat meja tempat mereka memesan menu menjadi menyenangkan. Ayu maupun Yori tampak diam. Keduanya malah sibuk mengetik pesan di ponsel masing-masing. Hana pun hanya bisa mengalihkan pandangan ke arah jendela karena tidak suka berselancar di dunia maya hanya untuk menghindari sebuah percakapan. Bukan gayanya demikian.“Jadi kamu temenan sama anak tante selama tiga tahun?” tanya Ayu kemudian, tangannya