Bab 40. Ujian Perasaan
'Di dalam hatiku jelas ada cinta untukmu, lalu bagaimana denganmu.'
(Yori K. Hirata)
****
Malam terus bergulir dan semakin larut, tetapi kedua netra pasangan itu tidak juga terpejam. Yori dan Hana di tempat tidur terpisah. Namun, jiwa mereka berada bagai dalam ruangan yang sama, kehampaan.
Tidak pernah terlintas dalam benak diri masing-masing. Menjalani hari pernikahan dalam kebisuan. Perjanjian tentang menikah dalam persahabatan ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan.
Seminggu sudah itu berlalu tetap saja berjalan dalam kebuntuan. Hana menolak untuk ajak bicara, ia kini sibuk dengan dunianya yang baru meskipun lebih sering d
Bab 41. Perang Batin'Anda selalu menjadi malaikat saya. Bagaimanapun, alasan saya bertahan hanya karena Anda.'(Hana Aulia)***Hana menatap layar ponselnya dengan ragu-ragu. Terdapat tiga kali panggilan tidak terjawab dan masih saja panggilan itu berlangsung. Setelah memeriksa kalau pagar dan pintu rumahnya sudah terkunci semua, barulah ia berani menanggapi panggilan itu.“Hallo,” sapa Hana begitu panel layar berwarna hijau tergeser.“Hana, bunda kangen!” seru suara wanita dari seberang.“Ya ampun, Bunda,” sahut Hana dengan secercah senyum
Bab 42. Kunjungan Bunda'Dalam segala sesuatu saat aku marah, maka saat itu pula aku tidak memiliki alasan apa pun kecuali lelah bersabar.'(Yori K. Hirata)*****Yori memarkirkan kendaraan di samping mobil ibunya. Ia tidak menyangka akan mendapatkan kunjungan secepat ini. Bukankah acara resepsi pernikahannya masih sepuluh hari lagi. Pikir Yori seraya turun dari mobil.Langkahnya semakin bersemangat saat mendengarkan suara tawa yang berasal dari dalam. Yori bisa melihat sepasang bidadari di dalam hatinya tengah duduk bersandingan dengan tawa pecah. Mereka sedang mengomentari sebuah album. Wajah Yori seketika menjadi merah padam, pasti saat ini mereka tengah membicarakan te
Bab 43 Bersikap Tegas'Akan kuselesaikan dan semua akan berjalan semestinya.'(Yori K. Hirata)****Yori menyetir mobilnya dengan hati gelisah. Di dalam pikirannya penuh dengan ucapan Hana. Ia menyesal telah membuat wanita yang terlibat trauma masa lalu itu malah kini semakin terjebak, dan perbuatannya malah menjadi salah satu pemicunya.“Kita mau ke mana, Pak?” tanya seorang satpam kompleks yang diminta Yori untuk menemani ke rumah Adelia. Hanya beberapa blok, tapi ia enggan berlari seperti orang sinting ke rumah Adelia hanya karena dihubungi wanita itu dengan histeris.Dia sangat frustrasi hari ini. Di rumah, istrinya sedang menangis, di
Bab 44. Apa Kamu Mencintainya?"Enough, I'm done."(Hana Aulia)*****Hana tercenung. Bukan sebuah rasa sakit saja yang ia terima, melainkan tidak percaya bahwa kini pernyataan malah balik menyerang dirinya. Bukan seorang istri yang bisa mencakar wajah perempuan gila yang berusaha mengganggu pernikahannya, melainkan malah mendapat tuduhan sebagai perebut pacar orang.Kini ia pun memilih untuk berdiri. Menatap kemarahan Yori kepada perempuan bernama Adelia dengan pikiran bimbang. Mana yang benar? Ia tidak juga memahami situasi yang sedang dialaminya dengan baik.Menyingkir, mungkin itu yang terbaik yang bisa ia lakukan saat ini. Membiarkan Yori menyelesaikan
Bab 45. Mengetahui Perasaanmu lewat Lembaran Buku'Apa pun akan kulakukan asal kamu tetap berada di sisiku.'(Yori Kristian Hirata)******Yori sangat mencintai Hana hingga ia lupa bagaimana cara untuk mengungkapkan dengan kata. Ia selalu berdoa suatu saat Hana akan menerima cinta. Ia akan mempertahankan pernikahan itu bagaimanapun caranya karena di dalam kehidupannya tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi, kecuali memang karena salah satu pihak menyerah untuk mencari solusi.Hana mulai membaca buku Diary Yori, membuka-buka halaman buku secara serampangan, ia malas mengurutkan. Ia hanya mencari yang terdapat kata Adelia di dalam
Bab 46. Mengetahui Perasaanmu Sesungguhnya. 'Kebahagiaanku ketika kamu menerbitkan cahaya di wajahmu lagi, Hana.' (Yori K. Hirata) **** Setelah Hana membaca dan mengetahui isi perasaan suaminya melalui buku diari, kini perasannya diliputi kelegaan. Entah kenapa, beban di dalam hatinya kini berangsur terasa ringan. Meskipun ia masih memungkiri perasaannya sendiri, tetapi rasa menang atas Adelia membuatnya sangat bahagia. Ketika ia tidak juga berhasil memenangkan hati papahnya, Hana terpuruk. Bahkan kentalnya darah tak juga mampu menggoyahkan keinginan papahnya untuk menikahi selingkuhannya dan mengabaikan rasa sakit yang diderita Hana setelah kematian mamanya dalam kesedihan dihianati.
Bab 46 Rasaku yang Dalam'Jangan ada lagi kata perpisahan yang terucap, karena aku sayang dan tidak mau kehilangan kamu.'(Yori K. Hirata)*****Pagi sudah menjelang. Perasaan Hana terasa ringan. Memasak bersama ibu mertua, sarapan bersama seperti sebuah keluarga yang utuh. Ia tidak menyangka akan mendapatkan anugerah seindah ini. Sungguh, Hana sampai harus menitikkan air mata dengan pura-pura kepedasan. Ia sangat terharu dengan kasih sayang dan perhatian dari mertuanya.“Kalau cucu kita lahir, kayaknya bunda bakal beli rumah di sekitar sini, deh,” ujar Ayu dengan suara berapi-api.
Bab 48. Menanam Benih'Mari kita rajut kembali ikatan yang hampir kusut ini menjadi kisah yang lebih indah. Karena ini tentang cinta kita, jangan pernah ciptakan lagu sedih di dalamnya.'(Yori Kristian Hirata)*****Janji, sebuah kata yang mudah diucapkan. Namun, untuk konsisten menjaga agar bisa menepati ternyata tidak segampang yang dibayangkan. Hana menyadari sikap Yori dari awal tidak pernah berubah sama sekali. Masih baik dan perhatian. Akan tetapi, ia masih saja menyelipkan keraguan akan ketulusan hati pria tersebut. Entah, rasa benci terhadap laki-laki brengsek masih membekas di ulu hati.Saat ini kedua pasangan itu sedang berada di Rooftop.