Bab 37 Pagi Yang Menyesakkan Dada
'Aku diam, itulah yang akan kulakukan selama perasaan ini belum membaik.'
(Hana Aulia Divandra)
****
Yori menarik kursi di ruang meja makan. Tampak Hana sedang mencuci piring, sedangkan sarapan sudah siap di bawah tudung saji. Hana sengaja masak lebih awal karena hari ini ia akan pergi ke butik Lusi setelah menerima penawaran sahabatnya itu untuk mulai belajar beberapa desain.
Dulu saat dirinya masih SMP sering kali membuat aneka macam kerajinan tangan dibantu sang mama. Ia sangat berbakat menggambar dan berhitung saat itu. Semua orang tidak menyangka kalau Hana yang dulu begitu cerdas dan ceria bisa berubah urakan di masa remaja.
Tinggalkan komentar penyemangat untukku agar aku tahu kalau kalian sedang membaca novel ini. Salam kenal dari Syala Yaya.
Bab 38. Berilmu Tetapi Tak Beradab 'Maaf, sebuah kalimat yang teramat mudah untuk diucapkan. Hanya terdiri dari dua suku kata, tetapi sulit bagiku untuk menerimanya begitu saja.' (Hana A. Divandra) **** Yori melakukan meeting rutin setiap akhir bulan untuk mendapatkan laporan keuangan perusahaan. Banyak anggota dibuat gerah dengan penemuannya tentang bocornya beberapa anggaran yang telah berjalan. Ia pun cukup tegas tentang masalah ini. Ayahnya begitu puas dengan kinerjanya selama bergabung di dalam perusahaan. Pria itu segera meninggalkan ruangan begitu selesai. Ia ingin menyelesaikan pekerjaannya dan pulang tepat waktu. Ingin sekali ia meminta maaf kepada Hana karena tel
Bab 39. Kejutan Menyebalkan'Seandainya ada jalan kembali ke masa lalu, sudah kukatakan bahwa aku ingin memperbaiki semuanya dari awal, sejak pertemuan hari itu.'(Yori Kristian Hirata)*****Yori meletakan tas ke dalam kamar. Bahkan ia harus terperanjat ketika tanpa disadarinya Adelia ikut ke dalam kamar. Buru-buru ia pun mendorong perempuan itu sebelum berkomentar lebih jauh mengenai ruangan pribadinya.“Hana, jangan marah, ya?” ucap Adelia ketika melihat Hana hanya duduk diam di depan TV yang dibiarkan menyala sementara tangannya sibuk mengetik pesan di ponsel.“Marah kenapa?” sahut Hana malas.
Bab 40. Ujian Perasaan'Di dalam hatiku jelas ada cinta untukmu, lalu bagaimana denganmu.'(Yori K. Hirata)****Malam terus bergulir dan semakin larut, tetapi kedua netra pasangan itu tidak juga terpejam. Yori dan Hana di tempat tidur terpisah. Namun, jiwa mereka berada bagai dalam ruangan yang sama, kehampaan.Tidak pernah terlintas dalam benak diri masing-masing. Menjalani hari pernikahan dalam kebisuan. Perjanjian tentang menikah dalam persahabatan ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan.Seminggu sudah itu berlalu tetap saja berjalan dalam kebuntuan. Hana menolak untuk ajak bicara, ia kini sibuk dengan dunianya yang baru meskipun lebih sering d
Bab 41. Perang Batin'Anda selalu menjadi malaikat saya. Bagaimanapun, alasan saya bertahan hanya karena Anda.'(Hana Aulia)***Hana menatap layar ponselnya dengan ragu-ragu. Terdapat tiga kali panggilan tidak terjawab dan masih saja panggilan itu berlangsung. Setelah memeriksa kalau pagar dan pintu rumahnya sudah terkunci semua, barulah ia berani menanggapi panggilan itu.“Hallo,” sapa Hana begitu panel layar berwarna hijau tergeser.“Hana, bunda kangen!” seru suara wanita dari seberang.“Ya ampun, Bunda,” sahut Hana dengan secercah senyum
Bab 42. Kunjungan Bunda'Dalam segala sesuatu saat aku marah, maka saat itu pula aku tidak memiliki alasan apa pun kecuali lelah bersabar.'(Yori K. Hirata)*****Yori memarkirkan kendaraan di samping mobil ibunya. Ia tidak menyangka akan mendapatkan kunjungan secepat ini. Bukankah acara resepsi pernikahannya masih sepuluh hari lagi. Pikir Yori seraya turun dari mobil.Langkahnya semakin bersemangat saat mendengarkan suara tawa yang berasal dari dalam. Yori bisa melihat sepasang bidadari di dalam hatinya tengah duduk bersandingan dengan tawa pecah. Mereka sedang mengomentari sebuah album. Wajah Yori seketika menjadi merah padam, pasti saat ini mereka tengah membicarakan te
Bab 43 Bersikap Tegas'Akan kuselesaikan dan semua akan berjalan semestinya.'(Yori K. Hirata)****Yori menyetir mobilnya dengan hati gelisah. Di dalam pikirannya penuh dengan ucapan Hana. Ia menyesal telah membuat wanita yang terlibat trauma masa lalu itu malah kini semakin terjebak, dan perbuatannya malah menjadi salah satu pemicunya.“Kita mau ke mana, Pak?” tanya seorang satpam kompleks yang diminta Yori untuk menemani ke rumah Adelia. Hanya beberapa blok, tapi ia enggan berlari seperti orang sinting ke rumah Adelia hanya karena dihubungi wanita itu dengan histeris.Dia sangat frustrasi hari ini. Di rumah, istrinya sedang menangis, di
Bab 44. Apa Kamu Mencintainya?"Enough, I'm done."(Hana Aulia)*****Hana tercenung. Bukan sebuah rasa sakit saja yang ia terima, melainkan tidak percaya bahwa kini pernyataan malah balik menyerang dirinya. Bukan seorang istri yang bisa mencakar wajah perempuan gila yang berusaha mengganggu pernikahannya, melainkan malah mendapat tuduhan sebagai perebut pacar orang.Kini ia pun memilih untuk berdiri. Menatap kemarahan Yori kepada perempuan bernama Adelia dengan pikiran bimbang. Mana yang benar? Ia tidak juga memahami situasi yang sedang dialaminya dengan baik.Menyingkir, mungkin itu yang terbaik yang bisa ia lakukan saat ini. Membiarkan Yori menyelesaikan
Bab 45. Mengetahui Perasaanmu lewat Lembaran Buku'Apa pun akan kulakukan asal kamu tetap berada di sisiku.'(Yori Kristian Hirata)******Yori sangat mencintai Hana hingga ia lupa bagaimana cara untuk mengungkapkan dengan kata. Ia selalu berdoa suatu saat Hana akan menerima cinta. Ia akan mempertahankan pernikahan itu bagaimanapun caranya karena di dalam kehidupannya tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi, kecuali memang karena salah satu pihak menyerah untuk mencari solusi.Hana mulai membaca buku Diary Yori, membuka-buka halaman buku secara serampangan, ia malas mengurutkan. Ia hanya mencari yang terdapat kata Adelia di dalam