Bab 34 Bersama Sahabat
'Bila jatuh cinta sesakit ini, aku berjanji akan menyingkirkan perasaan itu dari kamus hidup hingga aku menutup lembaran kehidupan.'
(Hana Aulia)
****
Lusi terus saja memasukkan beberapa sayur ke dalam troli yang didorong Hana tanpa minat. Semua draft bahan masakan yang sejatinya akan dibelinya, kini seolah lenyap terbawa oleh pikiran buruk yang tiba-tiba menyergap.
Hana menghela napas. Membaurkan diri bersama beberapa pengunjung supermarket yang juga sedang belanja dengan pura-pura memilih beberapa jenis buah. Menimbang berapa beratnya kemudian memasukkan ke dalam troli agar Lusi tidak mencurigai sikapnya yang mendadak
Bab 35 Celah Untuk Menghianati Cinta'Ketika ada celah, kumohon jangan pernah menggunakannya untuk membuatku kecewa.'(Hana Aulia)****Hening, Yori tidak segera menyahut pertanyaan Hana. Perempuan itu pun segera melanjutkan makan bersama rasa kecewa. Apa asumsinya kini benar? Yori memang tengah bersama Adelia dan sebagai bukti bahwa foto hari ini adalah nyata bukan merupakan memori mereka? Hana menelan rasa penasaran dalam dirinya.“Aku tadi sebenarnya sudah pulang jam empat, cuma ....”Hana melirik sekilas, kemudian meneguk minumannya tanpa menyela ucapan Yori yang tampak ragu. Ia tidak mau apa yang ia terka keluar dari mulutnya sendir
Bab 36 Kekecewaan Mendalam'Semakin aku kecewa, semakin pula aku menjauh.'(Hana Aulia)*****Hari sudah malam ketika Hana selesai memindahkan barangnya ke dalam kamar yang nanti rencananya akan ia tempati. Ia memilih ruangan yang memperlihatkan view bagian taman samping. Menurutnya itu sangat sempurna. Ia juga berharap Yori tetap setuju karena belum meminta pendapatnya terlebih dulu.Furniture yang dibeli sudah datang tepat pukul sepuluh pagi tadi. Hana segera menyiapkan diri untuk pindah seandainya kamarnya sudah siap.“Kamu yakin pak Yori sudah pulang?” tanya Hana ketika menghubungi pihak kantor suaminya setelah pukul
Bab 37 Pagi Yang Menyesakkan Dada 'Aku diam, itulah yang akan kulakukan selama perasaan ini belum membaik.' (Hana Aulia Divandra) **** Yori menarik kursi di ruang meja makan. Tampak Hana sedang mencuci piring, sedangkan sarapan sudah siap di bawah tudung saji. Hana sengaja masak lebih awal karena hari ini ia akan pergi ke butik Lusi setelah menerima penawaran sahabatnya itu untuk mulai belajar beberapa desain. Dulu saat dirinya masih SMP sering kali membuat aneka macam kerajinan tangan dibantu sang mama. Ia sangat berbakat menggambar dan berhitung saat itu. Semua orang tidak menyangka kalau Hana yang dulu begitu cerdas dan ceria bisa berubah urakan di masa remaja.
Bab 38. Berilmu Tetapi Tak Beradab 'Maaf, sebuah kalimat yang teramat mudah untuk diucapkan. Hanya terdiri dari dua suku kata, tetapi sulit bagiku untuk menerimanya begitu saja.' (Hana A. Divandra) **** Yori melakukan meeting rutin setiap akhir bulan untuk mendapatkan laporan keuangan perusahaan. Banyak anggota dibuat gerah dengan penemuannya tentang bocornya beberapa anggaran yang telah berjalan. Ia pun cukup tegas tentang masalah ini. Ayahnya begitu puas dengan kinerjanya selama bergabung di dalam perusahaan. Pria itu segera meninggalkan ruangan begitu selesai. Ia ingin menyelesaikan pekerjaannya dan pulang tepat waktu. Ingin sekali ia meminta maaf kepada Hana karena tel
Bab 39. Kejutan Menyebalkan'Seandainya ada jalan kembali ke masa lalu, sudah kukatakan bahwa aku ingin memperbaiki semuanya dari awal, sejak pertemuan hari itu.'(Yori Kristian Hirata)*****Yori meletakan tas ke dalam kamar. Bahkan ia harus terperanjat ketika tanpa disadarinya Adelia ikut ke dalam kamar. Buru-buru ia pun mendorong perempuan itu sebelum berkomentar lebih jauh mengenai ruangan pribadinya.“Hana, jangan marah, ya?” ucap Adelia ketika melihat Hana hanya duduk diam di depan TV yang dibiarkan menyala sementara tangannya sibuk mengetik pesan di ponsel.“Marah kenapa?” sahut Hana malas.
Bab 40. Ujian Perasaan'Di dalam hatiku jelas ada cinta untukmu, lalu bagaimana denganmu.'(Yori K. Hirata)****Malam terus bergulir dan semakin larut, tetapi kedua netra pasangan itu tidak juga terpejam. Yori dan Hana di tempat tidur terpisah. Namun, jiwa mereka berada bagai dalam ruangan yang sama, kehampaan.Tidak pernah terlintas dalam benak diri masing-masing. Menjalani hari pernikahan dalam kebisuan. Perjanjian tentang menikah dalam persahabatan ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan.Seminggu sudah itu berlalu tetap saja berjalan dalam kebuntuan. Hana menolak untuk ajak bicara, ia kini sibuk dengan dunianya yang baru meskipun lebih sering d
Bab 41. Perang Batin'Anda selalu menjadi malaikat saya. Bagaimanapun, alasan saya bertahan hanya karena Anda.'(Hana Aulia)***Hana menatap layar ponselnya dengan ragu-ragu. Terdapat tiga kali panggilan tidak terjawab dan masih saja panggilan itu berlangsung. Setelah memeriksa kalau pagar dan pintu rumahnya sudah terkunci semua, barulah ia berani menanggapi panggilan itu.“Hallo,” sapa Hana begitu panel layar berwarna hijau tergeser.“Hana, bunda kangen!” seru suara wanita dari seberang.“Ya ampun, Bunda,” sahut Hana dengan secercah senyum
Bab 42. Kunjungan Bunda'Dalam segala sesuatu saat aku marah, maka saat itu pula aku tidak memiliki alasan apa pun kecuali lelah bersabar.'(Yori K. Hirata)*****Yori memarkirkan kendaraan di samping mobil ibunya. Ia tidak menyangka akan mendapatkan kunjungan secepat ini. Bukankah acara resepsi pernikahannya masih sepuluh hari lagi. Pikir Yori seraya turun dari mobil.Langkahnya semakin bersemangat saat mendengarkan suara tawa yang berasal dari dalam. Yori bisa melihat sepasang bidadari di dalam hatinya tengah duduk bersandingan dengan tawa pecah. Mereka sedang mengomentari sebuah album. Wajah Yori seketika menjadi merah padam, pasti saat ini mereka tengah membicarakan te