Bab 32 Canggung
'Rasanya gila, tak kusangka kamu pun merasakan apa yang kurasa.'
(Yori K. Hirata)
****
Usapan lembut berkabut asmara. Yori merasakan sensasi ingin lebih dan lebih. Memagut lembut dengan mengecap rasa manis sungguh memabukkan untuk bergerak lebih liar dari yang ia rencanakan.
Sejatinya ia hanya akan mengeluarkan apa yang ada di hatinya dengan bahasa fisik. Namun, mendapatkan balasan dari Hana malah semakin membuatnya bergolak untuk terus dan terus tidak terkendali.
Tanpa disadari kini tubuh Yori mulai merangkak naik, menindih tubuh Hana yang mulai kehilangan akal juga akibat kemarahan yang me
Bab 34 Bersama Sahabat 'Bila jatuh cinta sesakit ini, aku berjanji akan menyingkirkan perasaan itu dari kamus hidup hingga aku menutup lembaran kehidupan.' (Hana Aulia) **** Lusi terus saja memasukkan beberapa sayur ke dalam troli yang didorong Hana tanpa minat. Semua draft bahan masakan yang sejatinya akan dibelinya, kini seolah lenyap terbawa oleh pikiran buruk yang tiba-tiba menyergap. Hana menghela napas. Membaurkan diri bersama beberapa pengunjung supermarket yang juga sedang belanja dengan pura-pura memilih beberapa jenis buah. Menimbang berapa beratnya kemudian memasukkan ke dalam troli agar Lusi tidak mencurigai sikapnya yang mendadak
Bab 35 Celah Untuk Menghianati Cinta'Ketika ada celah, kumohon jangan pernah menggunakannya untuk membuatku kecewa.'(Hana Aulia)****Hening, Yori tidak segera menyahut pertanyaan Hana. Perempuan itu pun segera melanjutkan makan bersama rasa kecewa. Apa asumsinya kini benar? Yori memang tengah bersama Adelia dan sebagai bukti bahwa foto hari ini adalah nyata bukan merupakan memori mereka? Hana menelan rasa penasaran dalam dirinya.“Aku tadi sebenarnya sudah pulang jam empat, cuma ....”Hana melirik sekilas, kemudian meneguk minumannya tanpa menyela ucapan Yori yang tampak ragu. Ia tidak mau apa yang ia terka keluar dari mulutnya sendir
Bab 36 Kekecewaan Mendalam'Semakin aku kecewa, semakin pula aku menjauh.'(Hana Aulia)*****Hari sudah malam ketika Hana selesai memindahkan barangnya ke dalam kamar yang nanti rencananya akan ia tempati. Ia memilih ruangan yang memperlihatkan view bagian taman samping. Menurutnya itu sangat sempurna. Ia juga berharap Yori tetap setuju karena belum meminta pendapatnya terlebih dulu.Furniture yang dibeli sudah datang tepat pukul sepuluh pagi tadi. Hana segera menyiapkan diri untuk pindah seandainya kamarnya sudah siap.“Kamu yakin pak Yori sudah pulang?” tanya Hana ketika menghubungi pihak kantor suaminya setelah pukul
Bab 37 Pagi Yang Menyesakkan Dada 'Aku diam, itulah yang akan kulakukan selama perasaan ini belum membaik.' (Hana Aulia Divandra) **** Yori menarik kursi di ruang meja makan. Tampak Hana sedang mencuci piring, sedangkan sarapan sudah siap di bawah tudung saji. Hana sengaja masak lebih awal karena hari ini ia akan pergi ke butik Lusi setelah menerima penawaran sahabatnya itu untuk mulai belajar beberapa desain. Dulu saat dirinya masih SMP sering kali membuat aneka macam kerajinan tangan dibantu sang mama. Ia sangat berbakat menggambar dan berhitung saat itu. Semua orang tidak menyangka kalau Hana yang dulu begitu cerdas dan ceria bisa berubah urakan di masa remaja.
Bab 38. Berilmu Tetapi Tak Beradab 'Maaf, sebuah kalimat yang teramat mudah untuk diucapkan. Hanya terdiri dari dua suku kata, tetapi sulit bagiku untuk menerimanya begitu saja.' (Hana A. Divandra) **** Yori melakukan meeting rutin setiap akhir bulan untuk mendapatkan laporan keuangan perusahaan. Banyak anggota dibuat gerah dengan penemuannya tentang bocornya beberapa anggaran yang telah berjalan. Ia pun cukup tegas tentang masalah ini. Ayahnya begitu puas dengan kinerjanya selama bergabung di dalam perusahaan. Pria itu segera meninggalkan ruangan begitu selesai. Ia ingin menyelesaikan pekerjaannya dan pulang tepat waktu. Ingin sekali ia meminta maaf kepada Hana karena tel
Bab 39. Kejutan Menyebalkan'Seandainya ada jalan kembali ke masa lalu, sudah kukatakan bahwa aku ingin memperbaiki semuanya dari awal, sejak pertemuan hari itu.'(Yori Kristian Hirata)*****Yori meletakan tas ke dalam kamar. Bahkan ia harus terperanjat ketika tanpa disadarinya Adelia ikut ke dalam kamar. Buru-buru ia pun mendorong perempuan itu sebelum berkomentar lebih jauh mengenai ruangan pribadinya.“Hana, jangan marah, ya?” ucap Adelia ketika melihat Hana hanya duduk diam di depan TV yang dibiarkan menyala sementara tangannya sibuk mengetik pesan di ponsel.“Marah kenapa?” sahut Hana malas.
Bab 40. Ujian Perasaan'Di dalam hatiku jelas ada cinta untukmu, lalu bagaimana denganmu.'(Yori K. Hirata)****Malam terus bergulir dan semakin larut, tetapi kedua netra pasangan itu tidak juga terpejam. Yori dan Hana di tempat tidur terpisah. Namun, jiwa mereka berada bagai dalam ruangan yang sama, kehampaan.Tidak pernah terlintas dalam benak diri masing-masing. Menjalani hari pernikahan dalam kebisuan. Perjanjian tentang menikah dalam persahabatan ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan.Seminggu sudah itu berlalu tetap saja berjalan dalam kebuntuan. Hana menolak untuk ajak bicara, ia kini sibuk dengan dunianya yang baru meskipun lebih sering d
Bab 41. Perang Batin'Anda selalu menjadi malaikat saya. Bagaimanapun, alasan saya bertahan hanya karena Anda.'(Hana Aulia)***Hana menatap layar ponselnya dengan ragu-ragu. Terdapat tiga kali panggilan tidak terjawab dan masih saja panggilan itu berlangsung. Setelah memeriksa kalau pagar dan pintu rumahnya sudah terkunci semua, barulah ia berani menanggapi panggilan itu.“Hallo,” sapa Hana begitu panel layar berwarna hijau tergeser.“Hana, bunda kangen!” seru suara wanita dari seberang.“Ya ampun, Bunda,” sahut Hana dengan secercah senyum
Bab 64. Kebahagiaan Yang Sempurna'Virus cinta menginfeksi tubuh berpusat pada hati. Campuran dari rasa kagum, cemburu, egois, sayang, dan juga rindu. Ia kuat, tetapi mampu merapuhkan. Ia ramah, tetapi sanggup menghancurkan. Hitam putih warnanya tergantung pada siapakah kita letakkan biangnya.'(Syala Yaya)*****Delapan bulan sudah berlalu, hidup berjalan dengan indah. Saat ini pasangan itu sedang menunggu kelahiran buah cinta mereka yang akan terlahir dua minggu lagi. Keduanya disibukkan dengan persiapan untuk menyambut dengan mendesain ulang kamar. Hana sangat antusias, tidak kalah dengan keluarga Yori yang kini sering berkunjung ke rumahnya.Setelah m
Bab 63. Menikmati Kesabaran.'Tidak ada yang menang ketika memilih jalan untuk melepaskan genggaman silaturahmi. Keindahan saat kebersamaan terjalin harus pupus oleh keegoisan karena memaksakan keadaan untuk bisa memiliki.'(Syala Yaya)****Hana memandang Yori dalam diam. Ia lebih banyak menyimak obrolan mertuanya yang heboh dalam memilih nama yang kelak akan diberikan kepada calon anaknya kelak. Sebenarnya ia cukup bingung untuk ikut berkomentar. Ini bahkan terlalu cepat untuk membicarakan masalah itu berhubung kehamilannya baru menginjak enam minggu.“Cowok apa cewek, ya?” oceh Ayu belum berhenti berspekulasi.
Bab 62. Kabar Bahagia.'Kebahagiaan tidak bisa diukur dari materi. Setiap saat bisa memeluk, mencium, dan mengucapkan selamat pagi saja rasanya sudah cukup.'(Hana Aulia Divandra)****Hari-hari berlalu dengan begitu cepat. Minggu berganti bulan dan semua bahkan tidak menyadarinya.Hana lebih sering ke rumah sakit untuk menemani ayahnya. Sambil menunggu kemoterapi dan berbagai pengobatan sebelum mendapatkan donor hati yang cocok, Hana pun mengisi waktunya dengan membuat gambar desain. Iwan yang melihat begitu seriusnya Hana bekerja, mendadak menitikkan air mata diam-diam. Seorang anak yang sering ia maki dengan kata-kata tidak pantas hanya karena tidak ko
Bab 61. Hidup Dengan Perasaan Damai'Bila bibir masih mampu mengucapkan kata maaf dan sayang, maka lakukanlah. Sungguh, sebenci apa pun pada seseorang, dia masih memiliki hak untuk diberi kesempatan yang ke dua.'(Syala Yaya)****Hana mematung di ambang pintu. Ia tidak pernah dekat lagi dengan papahnya sejak mamah meninggal. Dunia mereka berdua seakan tersekat waktu dan keadaan. Hana merasa papah sudah membangun dunianya yang baru hingga sulit baginya untuk ikut masuk ke dalamnya.Hana menatap sekeliling ruang, tampak kosong. Perempuan itu pun sadar, Mila sama sekali tidak merawat papahnya. Kakinya pun kini melangkah maju untuk me
Bab 60. Mengakhiri perang dingin.'Memaafkan masa lalu adalah cara efektif untuk membuang bayangan kelam saat menatap masa depan.'(Syala Yaya)*****Begitu tiba di rumah, Hana segera bergegas menghubungi papahnya. Tubuhnya sebenarnya cukup letih, tetapi wajah Yori lagi-lagi membuatnya terus bertanya-tanya. Ada apa dengan papahnya? Sayang sekali, kemudian ia pun memutuskan hubungan sepihak saat terdengar dari seberang suara papahnya menyahut panggilan.“Aku pergi sebentar, ya. Istirahatlah,” pamit Yori kemudian bergegas pergi.Yori segera menerima
Bab 59. Bulan Madu 2'Jangan pernah lari dariku. Secepat apa pun kamu menghilang, aku akan tetap menemukanmu.'(Yori Kristian Hirata)*****Malam bertabur bintang. Cuaca sangat bagus untuk makan malam di teras yang terletak di samping area kamar dengan suasana terbuka dan menyatu dengan taman.Hana sudah siap, duduk berhadapan dengan Yori. Keduanya saling menautkan jemari tangan di atas meja. Saling memindai wajah satu sama lain diiringi senyuman. Mata berkabut asmara sangat terlihat jelas dari keduanya saat saling memandang.“Terima kasih sudah bersedia menjadi bagian dari hidup Yor
Bab 58. Bulan Madu'Cinta, kenapa bisa seindah ini. Bila aku tidak pernah merasakan sakitnya saat putus, sudah kupastikan akan menggenggam cinta selamanya.'(Hana Aulia Divandra)****Keesokan harinya Hana dan Yori berangkat ke Gili Trawangan. Memilih tempat destinasi wisata tersebut karena sang bunda sudah menyewakan sebuah resort khusus berada di pantai sangat terpencil. Yori sangat kagum dengan keromantisan ayah dan bundanya saat berlibur. Pria itu tidak menyangka mereka berdua memiliki selera yang sama uniknya.“Bunda kamu keren,” bisik Hana ketika mereka berdua sudah dijemput oleh pihak resort setelah menggunakan fast boat dari Pelabuhan
Bab 57. Resepsi Pernikahan'Izinkan aku sekali lagi untuk mengukuhkan, betapa berharganya kamu di dalam hidupku.'(Yori Kristian Hirata)*****Ballroom Hotel Santosa.Tidak seperti bulan lalu saat perayaan ulang tahun Yori yang ke-24. Kali ini acara digelar untuk resepsi pernikahan Yori dan Hana yang akadnya telah dilangsungkan bulan lalu di tempat yang sama.Yori dan Hana terlihat bahagia saat menyalami tamu yang hadir untuk memberikan ucapan selamat pada mereka. Sengaja tidak menerima kado maupun sumbangan. Dalam acara malam ini keluarga Hirata menggunakan momen itu dengan mengajak para tamu undanga
Bab 56. Posisiku Sangat Berarti'Saat cinta sudah mulai tumbuh, kumohon tidak akan ada lagi halangan yang bisa memisahkan kita. Aku dan kamu selamanya. Menunggu malaikat kecil yang akan menyempurnakan kisah perjalanan rumah tangga kita.'(Yori Kristian Hirata)****Hana memasukkan suapan besar ke dalam mulutnya. Merasai setiap sensasi kuah menyegarkan yang menggoyang lidah. Sangat menyenangkan dan membuatnya senang. Makanan kesukaan mamahnya.Kerinduan pada sang mamah yang tiba-tiba menyentuh kalbu Hana, bukan lagi kesedihan melainkan perasaan cinta yang menggebu. Yori pun ikut memesan menu sama seperti Hana, menatap bahagia perempuan itu. Hana malam ini makan dengan sangat lahap