Gio mendekati Nadia yang sedang tertidur pulas, dengan langkah perlahan agar tidak membangunkan sang istri. Diciumnya dalam-dalam pucuk kepala sang istri untuk melepas segala kerinduan telah yang meraja di hati. "Maafkan aku! Aku hanya tak ingin menyakitimu." Kembali Gio mencium pucuk kepala istrin
Tidak seperti hari-hari biasanya, hari ini Nadia datang ke ruko pagi-pagi sekali. Setelah tiba di depan ruko, Nadia tampak sedang menghubungi seseorang, tak lama kemudian terdengar suara berisik dari folding gate yang dibuka, memang hanya dibuka sedikit, sekedar cukup untuk Nadia masuk lalu folding
Saat pertanyaan dijawab dengan pertanyaan balik sudah pasti tidak akan ditemukan jawabannya. Begitu juga yang terjadi antara Nadia dan Gio saat mereka mempertahankan ego masing-masing. Menganggap pertanyaannya lebih penting dan harus mendapat jawaban lebih dahulu, sebelum menjawab pertanyaan dari la
"Kau benar-benar ingin tahu?" "Ya." Jawab Nadia singkat. "Kau mengenal Leo?" Gio menatap tajam Nadia. "Ya," Nadia membalas tatapan Gio. "Harusnya aku tahu kalau kalian mempunyai hubungan, Giovanni Kalandra Oetama dan Leonardo Kaindra Oetama. Mengapa aku tak pernah berpikir kesana?" "Ada yang kau
Benar kata nasihat bahwa amarah tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah dan justru akan semakin menambah masalah yang ada. Apa yang dialami oleh Nadia dan Gio saat mereka tidak bisa mengendalikan amarah hanya menyisakan sebuah penyesalan. Penyesalan selalu datang terlambat, jika datang diawal i
Gio bergegas menatap ke arah Nadia saat merasakan ada gerakan kecil yang dilakukan oleh istrinya tersebut. Nadia dan Gio saling bertatapan, dengan tatapan mata yang sama, mereka sama-sama kehilangan, mereka sama-sama terluka. "Puas?" Lirih Nadia bertanya, dia masih terlihat lemah tak berdaya, perta
Ada perasaan tak tega saat melihat wajah pucat sang istri. Tapi tampaknya Gio sudah kehabisan cara untuk menghadapi betapa keras kepalanya sang istri. Gio tampak putus asa memaksa Nadia untuk segara makan, karena sudah memasuki waktu untuk minum obat. Dia ingin istrinya segera sembuh dan pulih seper
Nadia mengalihkan pandangannya, jengah dengan sikap suaminya tersebut. Sedangkan Noorma, tampak ada kelegaan di wajah wanita paruh baya itu, hingga senyum terukir manis di bibirnya. Tanpa membuang waktu Noorma segera menghampiri Nadia yang masih terduduk di brangkarnya. Noorma segera menjatuhkan pa