”Ya, saya Rangga. Maaf Anda siapa?”
Almara tertegun, sesaat dia lupa jika ini adalah tahun 2015. Almara terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri bahwa seharusnya Rangga tidak sedekat itu dengan Fiolina Chow.
“Almara?” Ardan menghampiri Almara. ”Ada apa?”
“Hm ... Aku ...” Almara bingung harus menjawab apa. Dia menoleh pada Rangga lalu berkata, ”Maaf, Saya salah orang,” Tanpa menunggu respon dari siapa pun, Almara berjalan pergi.
Rangga mengerutkan alisnya, namun memilih untuk mengabaikan saja.
Ardan mengejar Almara dan meraih tangannya. “Almara, Kamu kenapa?”
“Gak papa, maaf tadi Aku kurang fokus. Aku ke toilet dulu ya,” Almara berjalan meninggalkan Ardan menuju ke toilet.
Di dalam toilet, Almara membasuh wajahnya, menyesali tindakan gegabahnya.
“Aku kan disini untuk mengubah nasib percintaanku. Harusnya aku sembunyi dari Rangga supaya dia gak kenal sama Aku. Kenapa aku malah bikin masalah sih?” ucap Almara dalam hatinya.
Saat dia memperbaiki riasannya, pintu kamar mandi terbuka, Fiolina Chow masuk dan berdiri di sebelah Almara untuk mencuci tangan dan memperbaiki riasannya.
“Oh, Hai, Kamu teman dekatnya Ardan kan?” sapa Fiolina Chow kepada Almara.
“Eh iya, Saya... pacarnya Ardan.” Almara menegaskan statusnya.
“Wow, ya, Aku udah duga sih dari cara dia kasih Kamu kue pertama tadi. Kalian pasangan yang serasi,” ujar Fiolina Chow sambil tetap memperbaiki riasannya.
“Terimakasih, Kamu dan Pacar Kamu juga serasi,” Almara melirik Fiolina Chow untuk memastikan ekspresinya.
“Maksud Kamu Rangga? Hubungan Kami tidak seperti itu. Kami hanya bersahabat,”
“Oh, maaf Saya gak tau. Kalian terlihat seperti pasangan.”
Fiolina Chow tersenyum. “Kamu kenal Rangga?”
“Saya gak kenal. Maaf tadi Saya beneran salah orang. Dia ... sangat mirip dengan orang yang Saya kenal,” sanggah Almara.
“Nama kenalan Kamu juga Rangga?” selidik Fiolina Chow.
Almara menganggukkan kepalanya lalu berkata, “Iya.”
“Hm... kebetulan banget ya,” Fiolina Chow tersenyum namun menyimpan sedikit kecurigaan.
“Iya, kebetulan. Saya duluan ya. Senang bisa ngobrol dengan model terkenal seperti Kamu.”
“Kamu kenal Aku?”
“Tentu saja Saya kenal. Memangnya siapa yang gak kenal dengan Fiolina Chow?”
Fiolina Chow tertawa ringan. “Itu berlebihan. Aku cuma model biasa, bukan artis papan atas. Pasti banyak yang gak kenal sama Aku.”
“Yah, setidaknya wajah kamu sering muncul di iklan TV kan.”
“Yah ... Puji Tuhan. Karena Kamu kenal dan tahu nama Aku. Rasanya kurang pas kalau kita gak kenalan secara resmi. Nama Kamu siapa?” tanya Fiolina Chow sambil mengulurkan tangannya.
Almara meraih tangan Fiolina Chow dan menyebutkan namanya. “Saya Almara.”
“Oke Almara, senang bisa kenal kamu. Next time semoga kita bisa ngobrol – ngobrol lagi ya. Kamu silahkan aja kalau mau duluan. Mungkin pacar Kamu udah nungguin.”
“Oke, bye,” Almara keluar dari toilet dengan perasaan yang tidak jelas. Sekarang dia tahu jika Rangga dan Fiolina Chow bukan sepasang kekasih. Ada kelegaan dalam hatinya, namun dia tidak tahu kenapa dia harus merasa lega.
Awalnya Almara berniat mengikuti pesta ini sampai selesai. Tadinya mood Almara sangat bagus, namun karena kehadiran Rangga, moodnya mendadak menjadi turun. Sekarang yang Almara inginkan hanya tidur lebih awal di kamar kosnya.
“Sayang, Aku kayaknya mau pulang duluan deh,” ujar Almara kepada Ardan. “Aku lupa kalau aku belum mengerjakan tugas untuk besok.”
“Serius? Kamu mau ninggalin pesta ulang tahun aku untuk tugas kuliah?” Ardan merasa kurang senang.
“Iya, maaf banget ya. Tugas ini penting banget karena presentasenya besar untuk nilai akhir.”
“Hm ... yaudah deh. Aku anter ya.”
“Jangan. Kamu kan yang ulang tahun, masa iya Kamu mau pergi. Gak papa Aku naik taksi aja. Oke? Nanti kalau Aku sampai kos aku kabari Kamu.”
Ardan sebetulnya tidak senang, namun merasa ucapan Almara masuk akal. “Oke. Hati- hati ya,” Ardan mencium kening Almara.
Almara berjalan ke luar Ballroom dan mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi online. Namun jaringan ponselnya melemah. Almara berjalan melalui lorong hotel untuk mencari titik di mana jaringan ponselnya bisa kuat.
Namun kejadian di salah satu sisi lorong hotel membuat Almara menghentikan langkahnya. Almara menyaksikan Rangga dan Fiolina Chow saling menautkan bibir, mereka berciuman.
Jantung Almara mencelos. Dalam waktu sepersekian detik, Almara berhasil sembunyi di titik yang tidak dapat dilihat oleh Rangga dan Fiolina Chow.Almara ingin pergi, namun hatinya ingin dia tetap di sana.“Please Fio, stop,” Rangga menjauhkan tubuh Fiolina Chow dari dirinya.“Maaf,” Fiolina terdiam untuk sesaat. “Rangga, apa ada seorang wanita yang saat ini kamu suka?”Rangga menggeleng.“Lalu kenapa gak kita coba ...” Belum tuntas Fiolina bicara, Rangga sudah menyela kalimatnya.“Fio, Aku kan pernah bilang sama Kamu, bagiku Kamu adalah adikku. Cuma itu perasaan yang Aku punya untuk Kamu,” terang Rangga.Fiolina tersenyum, “Apa Aku sama sekali gak punya harapan?”Rangga menyentuh kedua bahu Fiolina lalu berkata,”Jangan menaruh harapa
“Halo,” ucap Rangga dari dalam ponsel. “Ya?” jawab Almara singkat. “Halo, teman saya pemilik HP ini, boleh tahu posisi Anda sekarang di mana? Saya akan beri imbalan yang lebih mahal dari HP ini kalau Anda bersedia mengembalikan kepada Kami,” ujar Rangga. Almara terkesan, ternyata Rangga cukup royal jika menyangkut urusan Fiolina. “Tidak perlu. Saya akan kembalikan. Sekarang Saya ada di rooftop Hotel El Grande.” “Oh disana ternyata, Oke Saya naik ke atas sekarang ya. Saya sekarang di lobby hotel,” Rangga menaiki lift menuju rofftop. Almara tidak ingin bertemu Rangga, oleh karena itu dia meminta Yoan untuk mengembalikan ponsel itu kepada Rangga. Sementara Almara bersembunyi di lokasi yang tidak terlihat. Yoan dengan senang hati menggantikan Almara bertemu dengan Si Tampan Rangga. Namun saat Almara bersembunyi, sebuah tangan menepuk
“Kamu bisa bantu Aku?” Fiolina sedikit terkejut dengan tawaran Almara. Memang, Almara berniat menjodohkan Rangga dan Fiolina agar di masa ini Rangga tidak jatuh cinta kepadanya. Jika Almara berhasil membuat Rangga jatuh cinta kepada wanita lain, maka itu akan sedikit mengurangi rasa bersalah yang Almara rasakan. “Ya, mungkin Aku bisa coba. Aku agak ahli dalam menjodohkan pasangan,” Almara sebetulnya sama sekali belum pernah menjadi Mak Comblang. Namun, Almara cukup percaya diri. Dulu dia berhasil membuat Rangga jatuh cinta kepadanya, mungkin tidak akan sulit untuk membuat Rangga jatuh cinta kepada Fiolina. Dia hanya perlu mengingat hal apa saja yang membuat Rangga menyukainya. “Hm ... Kamu pasti ahli dalam memahami laki – laki ya. Buktinya Kamu bisa mendapatkan Ardan.” “Ah gak juga. Tapi bukannya layak dicoba ? Nanti Kita akan atur gimana caranya supaya Kamu bisa mendapatkan hati Rangga. Kamu
DEGAlmara tertegun.“Almara? Halo?” Fiolina memanggil – manggil karena Almara hanya terdiam.“Eh iya, halo,”“Almara, Kamu denger kan apa yang Aku bilang barusan?”“Iya Aku denger kok. Pokoknya intinya begini, kamu harus tetap santai, jangan perlihatkan kalau Kamu seneng banget diajak keluar berdua okay? Bicarakan apa saja dengan Rangga tapi jangan singgung tentang perasaan Kamu ke dia sama sekali,” Almara memberi nasihat kepada Fiolina bak seorang profesional dalam dunia percintaan.“Okay, kalau gitu Aku siap – siap ya. Nanti Aku akan laporkan setiap perkembangannya ke Kamu,” Fiolina menutup teleponnya.Almara lalu segera bersiap untuk turun menemui Ardan. Almara berdandan seadanya. Dia mengenakan skinny jeans , blouse pendek dan cardigan rajut. Rambutnya p
“Aku tahu karena...” Almara terdiam sesaat lalu melanjutkan, “ ... karena Fiolina yang kasih tahu Aku,” jawab Almara sekenanya. “Kamu kasih tahu dia kalau Aku alergi udang?” Rangga menoleh kepada Fiolina dan bertanya dengan heran. Fiolina yang tiba – tiba ditodong tidak punya pilihan lain selain berbohong. “Eh iya, kapan hari kami ngobrol random aja, biasa lah perempuan. Terus kami ngomongin soal alergi dan Aku jadi cerita soal alergi Kamu.” Almara menghela nafas lega. Syukurlah Fiolina bisa diajak kerjasama, pikirnya. Rangga pun hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut. “Oh ya, bukannya tugas akhirmu nanti kerjasama dengan PT. Natura Mega Chemica ya Al?” tanya Ardan kepada Almara secara tiba – tiba. Mendengar nama perusahaannya disebut, Rangga otomatis menoleh ke arah Almara. “Benarkah?” Rangga mengangkat alisnya turut bertanya kepada Almara.
“Almara, sebaiknya Kita pulang dulu. Besok Kita bisa kesini lagi untuk menjenguk Rangga,” Ardan menggenggam tangan Almara dan mengajaknya pulang.“Iya benar Al, sebaiknya Kalian berdua pulang dulu. Biar Aku saja yang jaga Rangga. Terimakasih Kalian sudah banyak membantu kami.”“Oke, besok Aku akan kesini lagi. Nanti kabari Aku ya Fio, kalian dipindah ke kamar mana,” Almara akhirnya setuju untuk pulang.“Oke,” jawab Fiolina.Saat Ardan dan Almara sudah keluar dari ruang IGD, Ardan berhenti dan menahan tangan Almara.“Almara,”“Ya? Kenapa Ar?” tanya Almara yang agak kaget mengapa Ardan tiba – tiba menghentikan langkanya.Ardan mendekati Almara hingga jarak mereka berdua hanya sepuluh cm saja. Tangannya menyentuh pipi Almara dan berkata, “Kamu menangis,&rdquo
Tiga hari berlalu semenjak kecelakaan Rangga. Namun, Rangga belum juga sadarkan diri. Setiap hari Almara datang ke rumah sakit untuk menemani Fiolina. Begitu juga hari ini. Setelah kuliah berakhir, Almara menyempatkan diri datang ke rumah sakit.Saat tiba di pintu kamar Rangga, Almara mendengar lagi – lagi Rangga menyebut nama Nayra.“Seandainya bisa, Aku pasti hadirkan Nayra disini buat Kamu Rang, tapi Nayra udah gak ada,” Fiolina berkata lirih sambil menangis.“Sudah Fio, jangan menangis terus. Aku yakin sebentar lagi Rangga akan sadar. Ayo kita ke kantin dulu, kamu pasti belum makan kan?” Almara mencoba menenangkan Fiolina.Saat mereka tiba di kantin, Almara tidak bisa menahan diri untuk bertanya kepada Fiolina, “Hm ... Fio, boleh Aku tahu siapa itu Nayra? Beberapa hari ini Rangga terus menyebut nama Nayra.”“Nayra itu cinta pert
“Woah, kalian benar – benar keterlaluan, bisa – bisanya kalian berciuman seperti itu di depan Almara,” Ardan bersandar pada kusen pintu kamar Rangga dengan satu tangannya berada di dalam saku celananya.“Ardan? Kamu disini?” Almara menghampiri Ardan. Diliriknya Rangga dan Fiolina yang ternyata sudah menghentikan ciuman mereka.“Iya, Aku mau nyusul Kamu. Aku kesepian diabaikan sama pacar kesayanganku,” ujar Ardan sambil menghampiri Almara. Tangannya meraih tangan Almara lalu menuntunnya masuk ke dalam kamar Rangga.“Syukurlah Kamu sudah sadar Rangga. Beberapa hari ini aku dicuekin pacarku karena dia mau menemani pacarmu di sini,”Disebut sebagai pacar Rangga, ada semburat rona mera di pipi Fiolina. Namun dia hanya diam dan menanti respon Rangga.“Maaf, terimakasih ya Almara karena Kamu mau menemani Fiolina disini se