Jantung Almara mencelos. Dalam waktu sepersekian detik, Almara berhasil sembunyi di titik yang tidak dapat dilihat oleh Rangga dan Fiolina Chow.
Almara ingin pergi, namun hatinya ingin dia tetap di sana.
“Please Fio, stop,” Rangga menjauhkan tubuh Fiolina Chow dari dirinya.
“Maaf,” Fiolina terdiam untuk sesaat. “Rangga, apa ada seorang wanita yang saat ini kamu suka?”
Rangga menggeleng.
“Lalu kenapa gak kita coba ...” Belum tuntas Fiolina bicara, Rangga sudah menyela kalimatnya.
“Fio, Aku kan pernah bilang sama Kamu, bagiku Kamu adalah adikku. Cuma itu perasaan yang Aku punya untuk Kamu,” terang Rangga.
Fiolina tersenyum, “Apa Aku sama sekali gak punya harapan?”
Rangga menyentuh kedua bahu Fiolina lalu berkata,”Jangan menaruh harapan apapun untukku, lebih baik kamu jaga hatimu dari rasa sakit.”
Air mata mulai menggenang di sudut mata Fiolina.
“Kamu pantas bersama laki – laki yang memberikan seluruh hatinya buat kamu. Kamu pantas untuk dicintai. Sedangkan Aku ...” Rangga terdiam sesaat lalu melanjutkan, “Aku gak tahu apa Aku bisa jatuh cinta lagi.”
‘Seandainya aku hanya mendapat separuh hati Kamu, it’s okay asalkan Aku bisa hidup bersama Kamu, Rangga,’ ucap Fiolina dalam hatinya.
“Kamu gak ada rencana untuk menikah?” tanya Fiolina.
“Untuk saat ini belum. Tapi mungkin nanti aku akan menikah. Walaupun usiaku udah hampir 30 tahun, Aku gak akan terburu – buru untuk menikah. Karena Aku hanya akan menikah dengan wanita yang sangat Aku cintai. Kalau Aku cuma sedikit tertarik dengannya, Aku gak akan nikahi dia sampai aku benar – benar yakin bahwa hatiku benar – benar mencintainya.”
Fiolina tertunduk, mengapa sangat sulit mendapatkan hati lelaki di hadapannya ini, pikirnya.
Sedangkan Almara merasakan ada sebuah kekuatan yang meremas hatinya. Satu sisi dia merasakan kehangatan, ternyata selama ini, dia sangat dicintai oleh suaminya,
Namun di sisi lain dia merasakan kegetiran. Jika Rangga menikahinya, itu berarti dirinya adalah seseorang yang benar – benar memiliki seluruh hati Rangga. Namun lihat apa yang dirinya lakukan sekarang. Tidak hanya hatinya, perbuatannya pun juga telah mengkhianati Rangga.
Dalam hati, Almara merasa simpati untuk Fiolina, namun juga kepada Rangga.
“Kamu antar aku pulang?” Suara Fiolina mendadak berubah ceria.
“Pasti, Yuk!” Rangga dan Fiolina berjalan pergi meninggalkan lorong hotel.
Almara pun menuju ke lobby hotel lalu memesan taksi online. Di dalam mobil, Almara terus memikirkan kejadian malam ini. Apa yang dia alami, saksikan, dan dengar malam ini semuanya di luar dugaan. Namun Almara memilih untuk melupakannya. Dia hanya berniat untuk menjalankan rencananya. Bagaimanapun, kembalinya dia ke masa lalu tidak boleh sia – sia.
...
Beberapa hari berlalu begitu saja. Hubungan Almara dan Ardan berjalan baik. Bahkan, Melissa beberapa kali mengajak Almara untuk berbelanja di Mall ataupun menjalani perawatan di salon. Namun karena kesibukan Almara, mereka belum sempat merealisasikannya.
Ketika Almara hendak ke kantin di sela waktu kuliahnya, Almara mendapat pesan dari Yoan.
[Al, mau bantu Aku ambil foto produk klien gak nanti sore ? Please, Aku bagi 30% dari fee nya deh]
Almara menghela nafas. Dia dan Yoan sama – sama pekerja keras. Semenjak kuliah memang mereka sudah menjadi pekerja lepas untuk beberapa proyek marketing yang membutuhkan materi visual.
Yoan selalu membantu Almara, karena itu Almara juga senang membantu Yoan.
[Dimana ?] Almara membalas pesan Yoan.
[Di Hotel El Grande. Bisa kah ?] balas Yoan.
[Bisa bos]
...
Di Hotel El Grande.
“Dimana lokasi shoot-nya?” tanya Almara kepada Yoan.
“Di kolam renang. Yuk kita ke atas!” Yoan memandu Almara menuju ke rooftop hotel yang juga terdapat kolam renangnya.
“Keren kan view-nya? Kapan – kapan kita renang disini yuk!” Yoan dengan semangat mengeluarkan kamera dan beberapa properti fotonya.
“Rangga!” Terdengar suara wanita yang cukup familiar bagi Almara. Benar saja ternyata itu adalah Fiolina Chow.
Fiolina memanggil Rangga sambil melambaikan dua gelas jus buah. Almara mengikuti arah pandangan Fiolina dan mendapati Rangga yang baru saja keluar dari kolam renang.
‘Duh kenapa ketemu mereka berdua lagi sih,’ gerutu Almara dalam hati.
Almara memandang Rangga. Rangga bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana renang yang menurut Almara terlalu ketat untuk digunakan di tempat umum.
Rangga berjalan menuju Fiolina Chow. Almara masih memandanginya. Entah kenapa Almara merasa tubuh Rangga begitu menggoda. Postur badannya yang ideal, cukup berotot, dan basah. Almara tentu familiar dengan tubuh itu, tubuh yang biasanya menyentuh tubuhnya. Almara tidak mau memalingkan pandangannya sekalipun dia sudah hafal dengan lekukan tubuh Rangga, gerakannya, bahkan ... desahannya.
“WOY!” Teriakan Yoan mengagetkan Almara. Almara menggeleng – gelengkan kepalanya seperti baru sadar dari keadaan mabuk.
“Ngelihatin apa sih? Wow...tajam juga mata kamu Al, bisa nemu cowok ganteng, seksi lagi,” Yoan mengikuti arah pandang Almara dan juga ikut memandangi Rangga.
“Apaan sih yuk fokus. Mata keranjang banget sih Kamu, ijo tau gak mata Kamu kalau lihat cowok ganteng,” kritik Almara untuk Yoan.
“Yah, ini nih, maling teriak maling. Jelas – jelas matamu lebih ijo Say barusan. Gak ngerasa tadi Kamu sampai nelen ludah ? Tapi gak papa lah, kita kan cewek normal,” Yoan terkikik.
Almara tidak bisa berkata- kata.
Almara dan Yoan mulai mengerjakan tugas mereka mengambil gambar untuk konten visual yang akan mereka garap. Sesekali Almara melirik ke arah Rangga dan Fiolina Chow. Memang benar kata orang – orang, Rangga dan Fiolina bisa jadi pasangan yang sangat serasi. Melihat mereka berdua berbicara dengan akrab dan sesekali saling mencubit membuat Almara merasa sebal.
‘Dasar Rangga munafik! Mana mungkin dia gak tertarik sama sekali dengan Fiolina Chow yang cantik dan seksi? Mereka seperti pasangan dari surga, kenapa gak menikah aja sih?’ ucap Almara dalam hatinya.
Setelah hampir 2 jam, Rangga dan Fiolina akhirnya meninggalkan rooftop. Almara dan Yoan pun sudah hampir selesai. Sesi foto terakhir berdekatan dengan tempat yang tadinya Rangga dan Fiolina duduki. Almara berpikir untunglah mereka berdua sudah pergi saat dia harus bekerja di posisi ini.
Saat Almara dan Yoan membereskan perlengkapan mereka, Almara mendengar suara ponsel berdering namun bukan dari ponselnya ataupun ponsel Yoan.
Yoan juga mendengar dering ponsel itu dan mereka berdua mencari – cari dari mana asal suara tersebut. Almara akhirnya menemukan ponsel tersebut. Ponsel itu ada di tempat yang tadinya diduduki Fiolina Chow.
Almara membalik ponsel untuk melihat nama penelepon. Ternyata tertulis nama Rangga dengan gambar hati di belakangnya. Benar saja, ponsel ini pasti milik Fiolina Chow.
Almara ingin meminta Yoan saja yang mengangkat panggilan itu namun Yoan malah menghilang entah kemana. Akhirnya Almara memberanikan diri mengangkat panggilan dari Rangga, “Halo?”
“Halo,” ucap Rangga dari dalam ponsel. “Ya?” jawab Almara singkat. “Halo, teman saya pemilik HP ini, boleh tahu posisi Anda sekarang di mana? Saya akan beri imbalan yang lebih mahal dari HP ini kalau Anda bersedia mengembalikan kepada Kami,” ujar Rangga. Almara terkesan, ternyata Rangga cukup royal jika menyangkut urusan Fiolina. “Tidak perlu. Saya akan kembalikan. Sekarang Saya ada di rooftop Hotel El Grande.” “Oh disana ternyata, Oke Saya naik ke atas sekarang ya. Saya sekarang di lobby hotel,” Rangga menaiki lift menuju rofftop. Almara tidak ingin bertemu Rangga, oleh karena itu dia meminta Yoan untuk mengembalikan ponsel itu kepada Rangga. Sementara Almara bersembunyi di lokasi yang tidak terlihat. Yoan dengan senang hati menggantikan Almara bertemu dengan Si Tampan Rangga. Namun saat Almara bersembunyi, sebuah tangan menepuk
“Kamu bisa bantu Aku?” Fiolina sedikit terkejut dengan tawaran Almara. Memang, Almara berniat menjodohkan Rangga dan Fiolina agar di masa ini Rangga tidak jatuh cinta kepadanya. Jika Almara berhasil membuat Rangga jatuh cinta kepada wanita lain, maka itu akan sedikit mengurangi rasa bersalah yang Almara rasakan. “Ya, mungkin Aku bisa coba. Aku agak ahli dalam menjodohkan pasangan,” Almara sebetulnya sama sekali belum pernah menjadi Mak Comblang. Namun, Almara cukup percaya diri. Dulu dia berhasil membuat Rangga jatuh cinta kepadanya, mungkin tidak akan sulit untuk membuat Rangga jatuh cinta kepada Fiolina. Dia hanya perlu mengingat hal apa saja yang membuat Rangga menyukainya. “Hm ... Kamu pasti ahli dalam memahami laki – laki ya. Buktinya Kamu bisa mendapatkan Ardan.” “Ah gak juga. Tapi bukannya layak dicoba ? Nanti Kita akan atur gimana caranya supaya Kamu bisa mendapatkan hati Rangga. Kamu
DEGAlmara tertegun.“Almara? Halo?” Fiolina memanggil – manggil karena Almara hanya terdiam.“Eh iya, halo,”“Almara, Kamu denger kan apa yang Aku bilang barusan?”“Iya Aku denger kok. Pokoknya intinya begini, kamu harus tetap santai, jangan perlihatkan kalau Kamu seneng banget diajak keluar berdua okay? Bicarakan apa saja dengan Rangga tapi jangan singgung tentang perasaan Kamu ke dia sama sekali,” Almara memberi nasihat kepada Fiolina bak seorang profesional dalam dunia percintaan.“Okay, kalau gitu Aku siap – siap ya. Nanti Aku akan laporkan setiap perkembangannya ke Kamu,” Fiolina menutup teleponnya.Almara lalu segera bersiap untuk turun menemui Ardan. Almara berdandan seadanya. Dia mengenakan skinny jeans , blouse pendek dan cardigan rajut. Rambutnya p
“Aku tahu karena...” Almara terdiam sesaat lalu melanjutkan, “ ... karena Fiolina yang kasih tahu Aku,” jawab Almara sekenanya. “Kamu kasih tahu dia kalau Aku alergi udang?” Rangga menoleh kepada Fiolina dan bertanya dengan heran. Fiolina yang tiba – tiba ditodong tidak punya pilihan lain selain berbohong. “Eh iya, kapan hari kami ngobrol random aja, biasa lah perempuan. Terus kami ngomongin soal alergi dan Aku jadi cerita soal alergi Kamu.” Almara menghela nafas lega. Syukurlah Fiolina bisa diajak kerjasama, pikirnya. Rangga pun hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut. “Oh ya, bukannya tugas akhirmu nanti kerjasama dengan PT. Natura Mega Chemica ya Al?” tanya Ardan kepada Almara secara tiba – tiba. Mendengar nama perusahaannya disebut, Rangga otomatis menoleh ke arah Almara. “Benarkah?” Rangga mengangkat alisnya turut bertanya kepada Almara.
“Almara, sebaiknya Kita pulang dulu. Besok Kita bisa kesini lagi untuk menjenguk Rangga,” Ardan menggenggam tangan Almara dan mengajaknya pulang.“Iya benar Al, sebaiknya Kalian berdua pulang dulu. Biar Aku saja yang jaga Rangga. Terimakasih Kalian sudah banyak membantu kami.”“Oke, besok Aku akan kesini lagi. Nanti kabari Aku ya Fio, kalian dipindah ke kamar mana,” Almara akhirnya setuju untuk pulang.“Oke,” jawab Fiolina.Saat Ardan dan Almara sudah keluar dari ruang IGD, Ardan berhenti dan menahan tangan Almara.“Almara,”“Ya? Kenapa Ar?” tanya Almara yang agak kaget mengapa Ardan tiba – tiba menghentikan langkanya.Ardan mendekati Almara hingga jarak mereka berdua hanya sepuluh cm saja. Tangannya menyentuh pipi Almara dan berkata, “Kamu menangis,&rdquo
Tiga hari berlalu semenjak kecelakaan Rangga. Namun, Rangga belum juga sadarkan diri. Setiap hari Almara datang ke rumah sakit untuk menemani Fiolina. Begitu juga hari ini. Setelah kuliah berakhir, Almara menyempatkan diri datang ke rumah sakit.Saat tiba di pintu kamar Rangga, Almara mendengar lagi – lagi Rangga menyebut nama Nayra.“Seandainya bisa, Aku pasti hadirkan Nayra disini buat Kamu Rang, tapi Nayra udah gak ada,” Fiolina berkata lirih sambil menangis.“Sudah Fio, jangan menangis terus. Aku yakin sebentar lagi Rangga akan sadar. Ayo kita ke kantin dulu, kamu pasti belum makan kan?” Almara mencoba menenangkan Fiolina.Saat mereka tiba di kantin, Almara tidak bisa menahan diri untuk bertanya kepada Fiolina, “Hm ... Fio, boleh Aku tahu siapa itu Nayra? Beberapa hari ini Rangga terus menyebut nama Nayra.”“Nayra itu cinta pert
“Woah, kalian benar – benar keterlaluan, bisa – bisanya kalian berciuman seperti itu di depan Almara,” Ardan bersandar pada kusen pintu kamar Rangga dengan satu tangannya berada di dalam saku celananya.“Ardan? Kamu disini?” Almara menghampiri Ardan. Diliriknya Rangga dan Fiolina yang ternyata sudah menghentikan ciuman mereka.“Iya, Aku mau nyusul Kamu. Aku kesepian diabaikan sama pacar kesayanganku,” ujar Ardan sambil menghampiri Almara. Tangannya meraih tangan Almara lalu menuntunnya masuk ke dalam kamar Rangga.“Syukurlah Kamu sudah sadar Rangga. Beberapa hari ini aku dicuekin pacarku karena dia mau menemani pacarmu di sini,”Disebut sebagai pacar Rangga, ada semburat rona mera di pipi Fiolina. Namun dia hanya diam dan menanti respon Rangga.“Maaf, terimakasih ya Almara karena Kamu mau menemani Fiolina disini se
“Kamu cemburu?” Rangga memicingkan matanya menatap Almara. Almara terdiam untuk sesaat. Dia menyesali sikapnya yang impulsif. Sekarang dia kebingungan harus menjawab apa. Sementara Fiolina menatapnya dengan tegang. “Iya Aku cemburu ... “ Almara menjeda kalimatnya, berpikir keras. “Aku cemburu karena sejak kalian berdua jadian, Aku jadi jarang keluar bersama Fiolina seperti dulu. Bahkan kalian menjadikan Aku obat nyamuk. Dari dulu Aku gak pernah punya saudara atau sahabat perempuan, jadi Aku seneng banget saat Fiolina mau berteman sama Aku. Maaf kalau Aku berlebihan.” Almara membuat alasan panjang lebar untuk menutupi perasaannya yang sesungguhnya. Sebenarnya dia merasa jijik bertingkah seolah – olah dia teman yang sangat posesif. Namun demi tidak memunculkan kecurigaan Rangga dan Fiolina, Almara mati – matian menahannya. “Ya Ampun, Aku minta maaf Al. Bahkan makan