Saat pergi ke luar tepatnya di teras rumah, Kang Min merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah ponsel.Tuuuttt!Terdengar sedang menghubungi seseorang namun tak ada jawaban."Ke mana kamu, Sirene. Kenapa teleponku tidak kamu angkat."Kang Min yang sedari tadi mencoba menghubungi istrinya, tak juga kunjung Sirene menjawab telepon darinya."Argh… Sial!" Kang Min menggenggam kuat ponsel miliknya.Kemudian berjalan dan masuk ke dalam mobil lalu memijak pedal gas mobil miliknya.Di sepanjang jalan, Kang Min celingukan mencari keberadaan Sirene."Ke mana kamu, Sirene? teleponku tidak kamu angkat lalu sekarang aku harus mencarimu ke mana?" oceh Kang Min saat melintas tepi jalan yang ia tempuh."Sebaiknya aku bertanya dengan orang itu saja, mana tahu ia melihat Sirene lewat jalan ini." Batinnya.Kang Min turun dari mobil dan membawa ponselnya."Maaf Mbak, permisi numpang bertanya,""Iya, Mas, mau tanya apa, ya?""Apakah Mbak melihat orang ini, lewat sekitar sini?"Ibu-ibu setengah baya m
Tiga tahun menikah, hancur karena orang ketiga. Sirene hanya dapat mengenang masa indah persahabatan baik dengan Melani di waktu SMA, begitu pula dengan rumah tangganya yang begitu terlihat mesra dan harmonis ketika dirinya belum mengetahui jika suami yang selama ini di hormati, di sayang dan di cinta, tega melakukan penghianatan dengan teman baik Sirene sendiri.• • Asal kamu tahu, Sirene! Aku dan suamimu sudah menjalin cinta sejak kamu belum menikah!Kamu tahu, Sirene. Aku sudah berkali-kali tidur dengan suamimu ini! Menikmati indahnya surga dunia bersamanya di belakangmu!• • Bayangan dan kata kata Melani selalu melintas di ingatan Sirene bahkan bayangan itu benar-benar terlihat dengan jelas, begitu pula dengan suara yang menyakitkan hatinya terdengar begitu jelas di telinga Sirene. Rasanya benar-benar sakit dan pedih, bagaikan hati tersayat sembilu."Arrhh..!!" Sirene berteriak di dalam taksi ketika mengingat kejadian yang baru saja menyelimuti dirinya dengan meremas bajunya send
Tak terasa, tiga bulan sudah Sirene bekerja di tukang antar barang. Gaji tak seberapa namun bisa untuk biaya hidup sehari-hari dan juga untuk membayar kos-kosan.Sirene juga mendapati pesan setelah tiga bulan berpisah dengan Kang Min, ia menerima pesan WhatsApp dari mantan suaminya untuk segera menemui dirinya di sebuah resto, di mana Sirene harus menandatangani surat cerai itu.Dengan semangat dan tanpa ragu Sirene menemui Kang Min, ternyata di sana Kang Min tak hanya sendiri, di sana ada Melani dan juga Bu Rus yang sedang menunggu Sirene untuk menandatangani surat perceraian agar Melani segera menikah dengan Kang Min."Aku kira kamu tidak akan sanggup untuk bertemu Mas Min, ternyata kamu datang juga." Kata Melani."Jangan kamu pikir aku tidak mampu hidup bila tanpa dia!" tunjuk Sirene pada Kang Min."Tiga bulan berpisah dan nyatanya aku masih hidup sampai saat ini, tanpa suami juga aku bisa makan dan membeli apapun yang aku mau, dan aku bisa mewujudkan sendiri tanpa bantuan siapapun
Kang Min menoleh ke arah suara Nurin yang menyatakan bahwa Sirene adalah calon istrinya."Apa! Calon istri?" kata Kang Min kaget dengan menatap wajah pria yang ada di hadapannya saat ini."Iya, memangnya kenapa?" jawab Nurin dengan menatap ke arah Kang Min.Menoleh ke arah Sirene, "apa benar yang di katakan pria ini, Sirene? Dia adalah calon suamimu?" ujar Kang Min yang tak percaya.Sirene hanya diam saja tak menjawabnya, melainkan Nurin yang menjawab pertanyaan Kang Min dengan entengnya."Iya, dia adalah calon istriku, memangnya anda siapa ya? Berani sekali mendorong dorong pintu rumahku dan membuat calon istriku ketakutan!""Sirene, kamu baru saja seminggu yang lalu menandatangani surat cerai kita, kenapa kamu cepat sekali ingin menikah lagi?"Nurin menarik lengan Kang Min yang menatap ke arah Sirene."Anda tidak sopan sekali ya, saya berbicara dengan anda!" Ucap Nurin dengan menarik Sirene yang di tarik ke belakangnya."Awas!!" Kang Min berusaha menyingkirkan Nurin."Hey… siapa and
Pada waktu itu Sirene mengenalkan Kang Min pada sahabatnya yang bernama Melani. Dan sejak saat itu pula Melani diam diam jatuh hati pada calon suami sahabatnya sendiri."Mas, kenalkan ini sahabatku, namanya Melani," ucap Sirene memperkenalkan Melani pada Kang Min.Kang Min dan juga Melani saling senyum pada awal bertemu, mereka juga saling jabat tangan dan juga saling berkenalan.Pada waktu itu Sirene dan Kang Min ingin memberitahu soal pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari.Waktu itu saat Sirene bertunangan Melani tak ada di sana, karena dirinya sedang merantau bekerja.Saat Melani pulang Sirene langsung memperkenalkan Kang Min pada Melani.Mereka bertiga saling mengobrol bahkan juga sesekali mereka tergelak akibat bercanda.Seiringnya waktu saat Sirene telah menikah Melani sering sekali datang menemui Sirene tujuannya untuk bertemu suami Sirene.Hingga Melani juga diam diam sering datang ke tempat Kang Min bekerja.Ia sering membawakan bekal untuk Kang Min. Namun Kang Min t
Hari ini ia bekerja di rumah Nurin, sebagai pembantu di rumah megah itu.berangkat pagi pagi dengan tergesa gesa menuju rumah Nurin atau Nurin Wijaya. Pemilik perusahaan terbesar di kota ini.Ting Tong!Ting Tong!Ting Tong!Sirene menekan bel rumah Nurin.Tak lama pria berbadan tinggi, putih dan tampan itu membuka pintu rumahnya dengan menatap Sirene di hadapannya."Jam berapa ini?" tanya pria tampan itu pada janda muda yang ada di hadapannya."Maaf Tuan, saya kesiangan, jam alarm saya mati, maaf," Sirene menundukkan kepalanya."Masuk, dan segera buatkan aku sarapan!" sahutnya lalu Sirene pun hanya bisa mengangguk dan kemudian masuk ke dalam.Saat Sirene berada di ruang tamu tiba tiba saja ia menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah Nurin yang masih berada di belakang pintu.Pria itu menatap ke arah Sirene dengan tatapan penuh tanda tanya."Kenapa kamu?""Maaf Tuan, di mana letak dapurnya, rumah ini begitu luas aku tidak tahu harus ke mana."Nurin menggeleng lalu ia menarik l
Semua menu telah tersedia di meja makan, terhidang dengan begitu lezat dan istimewa.Gulai ikan nila, sambal kecap, opor ayam dan juga masih banyak menu makanan yang ada di meja makan. Bahkan buah buahan tersedia sebagai pencuci mulut ketika selesai makan.Erlangga pulang dengan tersenyum menghampiri kedua orang tuanya yang telah duduk di meja makan beserta adik perempuan Erlangga yang juga ikut makan di sana."Erlang, mama lihat kamu sangat gembira akhir akhir ini, lagi dapat apa si?" tanya Bu Killa pada anak tirinya itu."Tidak ada Ma," jawabnya dengan tersenyum manis meraih sendok yang ada di piring untuk segera mengambil nasi dan lauk yang tersedia di meja makan.Bu Killa mengambilkan makanan ke dalam piring Ayah Erlangga yang bernama Putra Arlo.Saat mereka sedang makan, tiba-tiba pak putra menanyakan ke mana Erlangga pergi seharian ini."Kamu ke mana tadi seharian? Dan pulang begitu ceritah wajahmu?" tanya pak putra yang memang terlihat tegas dalam mendidik anak dan juga terliha
Sirene menyiapkan semua makanan di meja makan dengan menu makanan yang ia bisa masak.Tuan Nurin keluar dari dalam kamar dengan kondisi yang rapi.Mata Sirene membuat ketika menatapnya.Pria tampan itu berjalan dengan elegannya, gagah dan juga sangat cool membuat Sirene tertegun sejenak ketika memandangnya.Menarik kursi dan duduk di meja makan, menatap ke arah Sirene yang terima."Kamu mau sampai kapan diam begitu?" tanya Nurin yang menatap Sirene dengan heran."Maaf tuan, maafkan saya, saya tidak....""Sudah, tidak usah jelaskan apapun, yang jelas segeralah kamu buatkan saya jus.""Jus apa, Tuan?""Apa saja, asal jangan jus basi kamu suguhkan.""Ya Tuhan dia benar benar ketus, untung saja dia majikanku, jika tidak ku akan meracuni minumannya." Batin Sirene dengan menatap kosong ke arah pria yang ada di hadapannya saat ini."Kamu lihat apa?"Sontak kaget Sirene ketika Tuan Nurin mengagetkan dirinya."Bukan apa apa Tuan, anda sedikit berbeda hari ini," ucap Sirene yang mengalihkan pem