Kang Min menoleh ke arah suara Nurin yang menyatakan bahwa Sirene adalah calon istrinya."Apa! Calon istri?" kata Kang Min kaget dengan menatap wajah pria yang ada di hadapannya saat ini."Iya, memangnya kenapa?" jawab Nurin dengan menatap ke arah Kang Min.Menoleh ke arah Sirene, "apa benar yang di katakan pria ini, Sirene? Dia adalah calon suamimu?" ujar Kang Min yang tak percaya.Sirene hanya diam saja tak menjawabnya, melainkan Nurin yang menjawab pertanyaan Kang Min dengan entengnya."Iya, dia adalah calon istriku, memangnya anda siapa ya? Berani sekali mendorong dorong pintu rumahku dan membuat calon istriku ketakutan!""Sirene, kamu baru saja seminggu yang lalu menandatangani surat cerai kita, kenapa kamu cepat sekali ingin menikah lagi?"Nurin menarik lengan Kang Min yang menatap ke arah Sirene."Anda tidak sopan sekali ya, saya berbicara dengan anda!" Ucap Nurin dengan menarik Sirene yang di tarik ke belakangnya."Awas!!" Kang Min berusaha menyingkirkan Nurin."Hey… siapa and
Pada waktu itu Sirene mengenalkan Kang Min pada sahabatnya yang bernama Melani. Dan sejak saat itu pula Melani diam diam jatuh hati pada calon suami sahabatnya sendiri."Mas, kenalkan ini sahabatku, namanya Melani," ucap Sirene memperkenalkan Melani pada Kang Min.Kang Min dan juga Melani saling senyum pada awal bertemu, mereka juga saling jabat tangan dan juga saling berkenalan.Pada waktu itu Sirene dan Kang Min ingin memberitahu soal pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari.Waktu itu saat Sirene bertunangan Melani tak ada di sana, karena dirinya sedang merantau bekerja.Saat Melani pulang Sirene langsung memperkenalkan Kang Min pada Melani.Mereka bertiga saling mengobrol bahkan juga sesekali mereka tergelak akibat bercanda.Seiringnya waktu saat Sirene telah menikah Melani sering sekali datang menemui Sirene tujuannya untuk bertemu suami Sirene.Hingga Melani juga diam diam sering datang ke tempat Kang Min bekerja.Ia sering membawakan bekal untuk Kang Min. Namun Kang Min t
Hari ini ia bekerja di rumah Nurin, sebagai pembantu di rumah megah itu.berangkat pagi pagi dengan tergesa gesa menuju rumah Nurin atau Nurin Wijaya. Pemilik perusahaan terbesar di kota ini.Ting Tong!Ting Tong!Ting Tong!Sirene menekan bel rumah Nurin.Tak lama pria berbadan tinggi, putih dan tampan itu membuka pintu rumahnya dengan menatap Sirene di hadapannya."Jam berapa ini?" tanya pria tampan itu pada janda muda yang ada di hadapannya."Maaf Tuan, saya kesiangan, jam alarm saya mati, maaf," Sirene menundukkan kepalanya."Masuk, dan segera buatkan aku sarapan!" sahutnya lalu Sirene pun hanya bisa mengangguk dan kemudian masuk ke dalam.Saat Sirene berada di ruang tamu tiba tiba saja ia menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah Nurin yang masih berada di belakang pintu.Pria itu menatap ke arah Sirene dengan tatapan penuh tanda tanya."Kenapa kamu?""Maaf Tuan, di mana letak dapurnya, rumah ini begitu luas aku tidak tahu harus ke mana."Nurin menggeleng lalu ia menarik l
Semua menu telah tersedia di meja makan, terhidang dengan begitu lezat dan istimewa.Gulai ikan nila, sambal kecap, opor ayam dan juga masih banyak menu makanan yang ada di meja makan. Bahkan buah buahan tersedia sebagai pencuci mulut ketika selesai makan.Erlangga pulang dengan tersenyum menghampiri kedua orang tuanya yang telah duduk di meja makan beserta adik perempuan Erlangga yang juga ikut makan di sana."Erlang, mama lihat kamu sangat gembira akhir akhir ini, lagi dapat apa si?" tanya Bu Killa pada anak tirinya itu."Tidak ada Ma," jawabnya dengan tersenyum manis meraih sendok yang ada di piring untuk segera mengambil nasi dan lauk yang tersedia di meja makan.Bu Killa mengambilkan makanan ke dalam piring Ayah Erlangga yang bernama Putra Arlo.Saat mereka sedang makan, tiba-tiba pak putra menanyakan ke mana Erlangga pergi seharian ini."Kamu ke mana tadi seharian? Dan pulang begitu ceritah wajahmu?" tanya pak putra yang memang terlihat tegas dalam mendidik anak dan juga terliha
Sirene menyiapkan semua makanan di meja makan dengan menu makanan yang ia bisa masak.Tuan Nurin keluar dari dalam kamar dengan kondisi yang rapi.Mata Sirene membuat ketika menatapnya.Pria tampan itu berjalan dengan elegannya, gagah dan juga sangat cool membuat Sirene tertegun sejenak ketika memandangnya.Menarik kursi dan duduk di meja makan, menatap ke arah Sirene yang terima."Kamu mau sampai kapan diam begitu?" tanya Nurin yang menatap Sirene dengan heran."Maaf tuan, maafkan saya, saya tidak....""Sudah, tidak usah jelaskan apapun, yang jelas segeralah kamu buatkan saya jus.""Jus apa, Tuan?""Apa saja, asal jangan jus basi kamu suguhkan.""Ya Tuhan dia benar benar ketus, untung saja dia majikanku, jika tidak ku akan meracuni minumannya." Batin Sirene dengan menatap kosong ke arah pria yang ada di hadapannya saat ini."Kamu lihat apa?"Sontak kaget Sirene ketika Tuan Nurin mengagetkan dirinya."Bukan apa apa Tuan, anda sedikit berbeda hari ini," ucap Sirene yang mengalihkan pem
"Bagaimana Melani, apakah rencana kita berjalan dengan lancar?" ucap Bu rus mertua Melani.Wajah masam terlihat dari tatapan mata Melani."Kamu kenapa?" tanya Bu Rus pada Melani."Mas Min marah Bu dengan ku,""Kenapa?""Dia marah sama aku karena aku selalu mengajaknya berfoto, Bu, dia marah sama aku yang ke kanak Kanakan.""Tapi kamu berhasil kan membuat Sirene melihat status kamu?""Gak tahu sih Bu, tapi yang jelas aku udah tandai semua orang yang berteman di sosial media milik dia, jadi otomatis saat Sirene melihat beranda Facebooknya, pasti dia akan melihat semua postingan aku sama mas mis Bu.""Bagus, itu yang ibu mau, memang harusnya begitu, kamu dan Min harus bisa berprilaku seromantis mungkin agar Sirene panas sama keharmonisan kalian berdua.""Tapi kalau Sirene gak lihat bagaimana Bu?""Iya juga ya, tapi ibu akan siapkan rencana lain setelah ini, kamu tenang saja, kamu gak boleh cemas, ibu akan bantu kamu.""Bener ya Bu, ibu harus bantuin Melani agar mas min mau nerima Melani.
Di sisi lain, wanita hamil dengan mentap kaca dari jam selepas mandi itu dengan kemudian berdandan agar bertujuan sang suami mau menerima dirinya untuk menjadi istrinya."Aku yakin, Mas min akan segera jatuh cinta padaku, dan dia akan bilang kalau aku itu cantik," ucap Melani yang belum apa apa sudah kegeeran terlebih dulu.Di polesnya dempul ke wajahnya, listrik merah merona, eyeshadow dan juga eyeliner serta bulu mata yang cegar hingga alis yang runcing bagaikan pedang patimura.Ceklek!Pintu kamar di buka oleh Kang Min dan kemudian ia hanya meraih baju kerja tanpa memperdulikan istrinya yang ada di dalam kamar itu."Mas, kamu mau ke mana?""Ngapain kamu tanya tanya aku!" Ketusnya.Lalu Melani beranjak dan menghampirinya kang min dan melihatkan hasil make-upnya itu.Kang min yang merasa aneh dengan dandanannya itu, menatap dari atas hingga bawah.Tersenyum manis menatap suaminya, "bagaimana mas, apakah aku sudah cantik?""Mau ke mana kamu? Kondangan?" ledek kang min."Mas, aku dandan
Melani pulang ke rumah Dengan Bu Rus. Terlihat bahagia di wajah Bu Rus ketika mendapatkan cucu dari Melani."Ayo sayang, ibu bantu kamu," ucap Bu Rus dengan perlahan membantu Melani.Melani duduk di sofa perlahan dan Bu Rus mengambilkan air minum untuknya."Di minum sayang airnya, ini ibu bawakan air," ucap Bu Rus setelah meletakkan bayi Melani.Melani meneguk habis minuman itu, Bu rus pun meraihnya."Melani, tidak usah kamu pikirkan ucapan Kang Min, dia memang begitu, tapi ibu yakin sekali, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia sangat bahagia.""Bahagia? karena apa Bu?""Iya karena kamu sudah memberikannya anak, apa lagi kalau bukan itu.""Apa iya mas Min bahagia Bu?""Tentu, kenapa tidak?"Sementara di sisi lain, Sirene yang sejak tadi di tanya oleh Nurin hanya diam tak kunjung ada jawaban."Kamu kenapa? kenapa kamu melamun.""Tidak apa Tuan, saya baik baik saja," sahutnya."Jika kamu baik, kamu tidak akan mengalami hal seperti ini, ini bahaya, tanganmu terluka, kenapa?""Tid