Mata terasa perih dan perlahan membukanya, Yun Rodriguez pun tersenyum seketika mendapati perlakuan aneh dari Kiki.Seumur hidupnya baru Kiki lah wanita yang berani melakukan hal ini terhadapnya, biasanya Yun Rodriguez selalu di hormati dan di segani, namun kali ini, dirinya begitu tak berarti di hadapan Kiki."Kamu memang wanita yang spesial, aku semakin kamu membuatku sengsara, maka semakin pula cintaku membara," ucap Yun yang sedang berdiri dengan memegang dinding.Sementara di sisi lain, Kiki yang kembali ke rumahnya dan bersama kakak laki lakinya itu, Kiki duduk di atas sofa dengan melamun ketika ia pulang bekerja."Kenapa tidak langsung mandi?" tanya Boy yang tiba tiba muncul."kamu kenapa mengagetkan ku?" Kiki menoleh ke arah suara Boy.Boy tersenyum tipis dan tertawa kecil, melihat ekspresi wajah sang adik seperti sedang syok tiba tiba."Suka sekali membuat aku jantungan," gerutuk Kiki."Kamu kenapa? Kok tiba tiba ngelamun? Bukannya segera mandi, kan ini sudah sore dan bentar
Kiki menelan salivanya, "memangnya siapa yang mau menjadi kekasihmu?" sahutnya lalu memalingkan wajah dan menyilangkan kedua tangannya."Ya sudah, menikahlah denganku, jika tidak mau menjadi kekasihku." Kata Lee dengan menarik dagu kiki mengarahkan wajahnya ke hadapan Lee, membuat jantung Kiki bergemuruh hebat ketika mereka saling bertatapan.Plak!!Kiki menepiskan tangan Lee lalu mengerjapkan mata beberapa kali dengan memalingkan wajahnya lalu membenarkan rambut dan di tautkan di sela telinganya, Lee hanya menatap tingkah Kiki yang aneh."Kamu kenapa?" tanya Lee yang masih menatapnya."Aku, aku tidak apa apa," jawabnya dengan menggelengkan kepala."Bagaimana tawaranku?" tanya Lee mengulang pertanyaannya."Apa?""Menikah!" sahut Lee."Kita hanya teman." Kata Kiki."Memangnya menikah tidak bisa menjadi teman, teman seumur hidup, dan kita akan bertemu orang tuaku, sekarang!" kata Lee yang gegas menarik sabuk pengaman mobil hendak di pasangkan ke tubuh kiki.Akan tetapi Kiki memegang tan
Kiki yang di bawa oleh lee untuk menemui kedua orang tuanyany itu, di dalam mobil, Kiki terasa begitu gugup, namun Lee menatapnya dan memegang tangan kanan Kiki."Percaya padaku, aku yakin hubungan kita akan segera di restui," kata Lee meyakinkan Kiki.Sebelum Kiki dan juga Lee datang ke mansion itu, Kiki berkata pada Lee."Apa benar kamu menyukaiku?""Apa kamu masih meragukan ku?""Tidak, bukan itu, aku hanya heran padamu," "Kenapa?""Bukankah masih banyak gadis perawan di luar sana, kenapa kamu memilih janda, dan janda itu juga belum tentu bisa memberikanmu keturunan," kata Kiki lalu menunduk, ia menyembunyikan wajah sedihnya ketika berbicara soal keturunan.Ternyata Kiki telah mengajukan surat cerai kepada Reza dan memilih untuk bersama Lee pria yang ia tolong waktu itu, bukan karena Lee adalah seorang CEO melainkan Kiki telah jatuh hati padanya sebelum mencintai Reza.Menggenggam tangan Kiki dan menatapnya, "kiki, aku mencintaimu, aku menyayangimu, aku tidak perduli, mau kamu itu
Saat di dalam mobil, Lee dan juga kiki saling tatap sesekali, tersenyum sumringah terpancar dari keduanya."Kamu kenapa senyum senyum terus?" tanya Lee."Tidak ada, aku tidak apa apa," jawabnya."Hmm, aku tahu,""Tahu apa?""Aku tahu, kamu pasti bahagia menikah dengan aku," kata Lee."Kenapa?" jawab Kiki dengan menatap Lee."Iya, karena kamu adalah orang yang beruntung menikah dengan pria tampan seperti ku," ucap Lee dengan pedenya dan tersenyum manis pada Kiki."Jangan terlalu pede, aku mau menikah denganmu karena...""Karena apa?""Tidak, tidak apa, sudah jangan terlalu di fikirkan," kata Kiki lalu menatap ke arah depan."Hmm, aku tahu," jawab Lee."Apa?""Karena aku tampan dan kamu tertarik padaku, bukan begitu?""Sudah, jangan terlalu pede, yang jelas tidak juga kamu tampan.""Lalu kenapa kamu menerima lamaraku? Mengaku saja jika aku itu memang benar benar tampan, jangan gengsi.""Tidak, aku tidak gengsi, aku menerima kamu di landasi cinta, bukan karena kamu tampan," jelasnya."Ka
Pukul tujuh pagi, terlihat pantulan sinar matahari menyinari ruangan yang menembus kamar Sirene dan juga Kang Min.Sirene membuka tabir kamarnya, lalu terlihat suaminya yang masih terbaring di tempat tidur.Sebuah senyuman mengarah ke arah pria yang masih tertidur pulas dengan selimut yang masih berada di atas tubuhnya.Perlahan Sirene mendekat dan duduk di sisinya, dipandang wajah suaminya yang menikahi dirinya tiga tahun lalu.Dengan perlahan mengusap kening suaminya dan mengecup hangat, pria yang sangat Sirene kasihi dan cintai.Selama tiga tahun ini, pernikahan mereka masih tampak sepi tanpa kehadiran seorang anak di tengah-tengah mereka berdua."Dek," ucap Kang Min yang tiba-tiba terbangun ketika mendapat kecupan sang istri.Sirene hanya tersenyum menatap suaminya."Mas, tidur saja jika masih lelah, biar nanti Sirene buatkan Mas sarapan." Kata Sirene dengan lembut.Kang Min mengangguk dan Sirene beranjak pergi untuk segera membuatkan sarapan.Ketika Sirene hendak menuju dapur ter
"Kenapa anakku bisa belum pulang, Sirene?" menatap ke arah Sirene dengan melotot."Maaf, Bu. Saya juga tidak tahu!""Istri macam apa, kamu? Taunya cuma uang, sudah tidak bisa memberikan cucu, anakku pun kamu abaikan!" gerutuk Bu Rus pada Sirene dengan tatapan sinis."Bu, saya sejak tadi menelpon Mas min, tapi nomornya tidak aktif.""Ya usaha kamunya! Jangan cuma diem di situ.""Ini juga udah usaha, Bu!" lirih Sirene dengan menatap ponselnya."Usaha apa, kamu?" bentak Bu Rus yang membuat Sirene sedikit terkejut dengan suaranya."Usaha menelpon." Jawab Sirene singkat."Hih.!! Benar-benar deh, menantu gak ada gunanya, kamu."Bu Rus pun setelah mengomel ngeloyor keluar namun diikuti oleh Sirene."Bu, ibu mau ke mana?" tanya Sirene dengan berlari kecil mengejar mertuanya yang berjalan seperti kereta api."Mau cari anakku!" Sentaknya.Saat Bu Rus di depan pintu dan menarik gagang pintu rumah Sirene, terlihat seseorang yang telah berdiri di sana.Ternyata Kang Min telah berdiri di depan pint
"Ayo sini, ibu bantu kamu." Dengan suara lirih dan lembut, Bu Rus meraih kedua tangan Melani dan membantunya berdiri.Saat kepergian Sirene dari ruang tamu, Bu Rus membantu Melani untuk duduk di atas sofa, menatap ke arah Melani, dan memandang perut Melani yang terlihat sedikit menonjol."Kamu beneran hamil, kan?" tanya Bu Rus pada Melani dengan menatapnya lekat saat duduk di atas sofa."Apa ibu ragu dengan bayi yang ada di kandunganku ini?" Melani berbalik tanya dan menatap wajah Bu Rus kemudian mengelus perutnya.Bu Rus menggeleng."Setahu ibu, Kang Min tidak pernah mau ibu suruh mencari istri lagi, tapi kenapa tiba-tiba dia membawakan ibu calon menantu baru yang cantik jelita ini dan juga calon cucu untuk ibu!" sahut Bu Rus dengan tersenyum dan melirik ke arah Kang Min kemudian Bu Rus mengelus perut Melani dan Melani membalasnya dengan senyuman."Min, ini pasti kejutan untuk ibu, kan?" menoleh ke arah Kang Min.Dengan raut wajah kesal, Kang Min ngeloyor pergi dari kedua orang yang
Saat pergi ke luar tepatnya di teras rumah, Kang Min merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah ponsel.Tuuuttt!Terdengar sedang menghubungi seseorang namun tak ada jawaban."Ke mana kamu, Sirene. Kenapa teleponku tidak kamu angkat."Kang Min yang sedari tadi mencoba menghubungi istrinya, tak juga kunjung Sirene menjawab telepon darinya."Argh… Sial!" Kang Min menggenggam kuat ponsel miliknya.Kemudian berjalan dan masuk ke dalam mobil lalu memijak pedal gas mobil miliknya.Di sepanjang jalan, Kang Min celingukan mencari keberadaan Sirene."Ke mana kamu, Sirene? teleponku tidak kamu angkat lalu sekarang aku harus mencarimu ke mana?" oceh Kang Min saat melintas tepi jalan yang ia tempuh."Sebaiknya aku bertanya dengan orang itu saja, mana tahu ia melihat Sirene lewat jalan ini." Batinnya.Kang Min turun dari mobil dan membawa ponselnya."Maaf Mbak, permisi numpang bertanya,""Iya, Mas, mau tanya apa, ya?""Apakah Mbak melihat orang ini, lewat sekitar sini?"Ibu-ibu setengah baya m