Kiki yang di bawa oleh lee untuk menemui kedua orang tuanyany itu, di dalam mobil, Kiki terasa begitu gugup, namun Lee menatapnya dan memegang tangan kanan Kiki."Percaya padaku, aku yakin hubungan kita akan segera di restui," kata Lee meyakinkan Kiki.Sebelum Kiki dan juga Lee datang ke mansion itu, Kiki berkata pada Lee."Apa benar kamu menyukaiku?""Apa kamu masih meragukan ku?""Tidak, bukan itu, aku hanya heran padamu," "Kenapa?""Bukankah masih banyak gadis perawan di luar sana, kenapa kamu memilih janda, dan janda itu juga belum tentu bisa memberikanmu keturunan," kata Kiki lalu menunduk, ia menyembunyikan wajah sedihnya ketika berbicara soal keturunan.Ternyata Kiki telah mengajukan surat cerai kepada Reza dan memilih untuk bersama Lee pria yang ia tolong waktu itu, bukan karena Lee adalah seorang CEO melainkan Kiki telah jatuh hati padanya sebelum mencintai Reza.Menggenggam tangan Kiki dan menatapnya, "kiki, aku mencintaimu, aku menyayangimu, aku tidak perduli, mau kamu itu
Saat di dalam mobil, Lee dan juga kiki saling tatap sesekali, tersenyum sumringah terpancar dari keduanya."Kamu kenapa senyum senyum terus?" tanya Lee."Tidak ada, aku tidak apa apa," jawabnya."Hmm, aku tahu,""Tahu apa?""Aku tahu, kamu pasti bahagia menikah dengan aku," kata Lee."Kenapa?" jawab Kiki dengan menatap Lee."Iya, karena kamu adalah orang yang beruntung menikah dengan pria tampan seperti ku," ucap Lee dengan pedenya dan tersenyum manis pada Kiki."Jangan terlalu pede, aku mau menikah denganmu karena...""Karena apa?""Tidak, tidak apa, sudah jangan terlalu di fikirkan," kata Kiki lalu menatap ke arah depan."Hmm, aku tahu," jawab Lee."Apa?""Karena aku tampan dan kamu tertarik padaku, bukan begitu?""Sudah, jangan terlalu pede, yang jelas tidak juga kamu tampan.""Lalu kenapa kamu menerima lamaraku? Mengaku saja jika aku itu memang benar benar tampan, jangan gengsi.""Tidak, aku tidak gengsi, aku menerima kamu di landasi cinta, bukan karena kamu tampan," jelasnya."Ka
Pukul tujuh pagi, terlihat pantulan sinar matahari menyinari ruangan yang menembus kamar Sirene dan juga Kang Min.Sirene membuka tabir kamarnya, lalu terlihat suaminya yang masih terbaring di tempat tidur.Sebuah senyuman mengarah ke arah pria yang masih tertidur pulas dengan selimut yang masih berada di atas tubuhnya.Perlahan Sirene mendekat dan duduk di sisinya, dipandang wajah suaminya yang menikahi dirinya tiga tahun lalu.Dengan perlahan mengusap kening suaminya dan mengecup hangat, pria yang sangat Sirene kasihi dan cintai.Selama tiga tahun ini, pernikahan mereka masih tampak sepi tanpa kehadiran seorang anak di tengah-tengah mereka berdua."Dek," ucap Kang Min yang tiba-tiba terbangun ketika mendapat kecupan sang istri.Sirene hanya tersenyum menatap suaminya."Mas, tidur saja jika masih lelah, biar nanti Sirene buatkan Mas sarapan." Kata Sirene dengan lembut.Kang Min mengangguk dan Sirene beranjak pergi untuk segera membuatkan sarapan.Ketika Sirene hendak menuju dapur ter
"Kenapa anakku bisa belum pulang, Sirene?" menatap ke arah Sirene dengan melotot."Maaf, Bu. Saya juga tidak tahu!""Istri macam apa, kamu? Taunya cuma uang, sudah tidak bisa memberikan cucu, anakku pun kamu abaikan!" gerutuk Bu Rus pada Sirene dengan tatapan sinis."Bu, saya sejak tadi menelpon Mas min, tapi nomornya tidak aktif.""Ya usaha kamunya! Jangan cuma diem di situ.""Ini juga udah usaha, Bu!" lirih Sirene dengan menatap ponselnya."Usaha apa, kamu?" bentak Bu Rus yang membuat Sirene sedikit terkejut dengan suaranya."Usaha menelpon." Jawab Sirene singkat."Hih.!! Benar-benar deh, menantu gak ada gunanya, kamu."Bu Rus pun setelah mengomel ngeloyor keluar namun diikuti oleh Sirene."Bu, ibu mau ke mana?" tanya Sirene dengan berlari kecil mengejar mertuanya yang berjalan seperti kereta api."Mau cari anakku!" Sentaknya.Saat Bu Rus di depan pintu dan menarik gagang pintu rumah Sirene, terlihat seseorang yang telah berdiri di sana.Ternyata Kang Min telah berdiri di depan pint
"Ayo sini, ibu bantu kamu." Dengan suara lirih dan lembut, Bu Rus meraih kedua tangan Melani dan membantunya berdiri.Saat kepergian Sirene dari ruang tamu, Bu Rus membantu Melani untuk duduk di atas sofa, menatap ke arah Melani, dan memandang perut Melani yang terlihat sedikit menonjol."Kamu beneran hamil, kan?" tanya Bu Rus pada Melani dengan menatapnya lekat saat duduk di atas sofa."Apa ibu ragu dengan bayi yang ada di kandunganku ini?" Melani berbalik tanya dan menatap wajah Bu Rus kemudian mengelus perutnya.Bu Rus menggeleng."Setahu ibu, Kang Min tidak pernah mau ibu suruh mencari istri lagi, tapi kenapa tiba-tiba dia membawakan ibu calon menantu baru yang cantik jelita ini dan juga calon cucu untuk ibu!" sahut Bu Rus dengan tersenyum dan melirik ke arah Kang Min kemudian Bu Rus mengelus perut Melani dan Melani membalasnya dengan senyuman."Min, ini pasti kejutan untuk ibu, kan?" menoleh ke arah Kang Min.Dengan raut wajah kesal, Kang Min ngeloyor pergi dari kedua orang yang
Saat pergi ke luar tepatnya di teras rumah, Kang Min merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah ponsel.Tuuuttt!Terdengar sedang menghubungi seseorang namun tak ada jawaban."Ke mana kamu, Sirene. Kenapa teleponku tidak kamu angkat."Kang Min yang sedari tadi mencoba menghubungi istrinya, tak juga kunjung Sirene menjawab telepon darinya."Argh… Sial!" Kang Min menggenggam kuat ponsel miliknya.Kemudian berjalan dan masuk ke dalam mobil lalu memijak pedal gas mobil miliknya.Di sepanjang jalan, Kang Min celingukan mencari keberadaan Sirene."Ke mana kamu, Sirene? teleponku tidak kamu angkat lalu sekarang aku harus mencarimu ke mana?" oceh Kang Min saat melintas tepi jalan yang ia tempuh."Sebaiknya aku bertanya dengan orang itu saja, mana tahu ia melihat Sirene lewat jalan ini." Batinnya.Kang Min turun dari mobil dan membawa ponselnya."Maaf Mbak, permisi numpang bertanya,""Iya, Mas, mau tanya apa, ya?""Apakah Mbak melihat orang ini, lewat sekitar sini?"Ibu-ibu setengah baya m
Tiga tahun menikah, hancur karena orang ketiga. Sirene hanya dapat mengenang masa indah persahabatan baik dengan Melani di waktu SMA, begitu pula dengan rumah tangganya yang begitu terlihat mesra dan harmonis ketika dirinya belum mengetahui jika suami yang selama ini di hormati, di sayang dan di cinta, tega melakukan penghianatan dengan teman baik Sirene sendiri.• • Asal kamu tahu, Sirene! Aku dan suamimu sudah menjalin cinta sejak kamu belum menikah!Kamu tahu, Sirene. Aku sudah berkali-kali tidur dengan suamimu ini! Menikmati indahnya surga dunia bersamanya di belakangmu!• • Bayangan dan kata kata Melani selalu melintas di ingatan Sirene bahkan bayangan itu benar-benar terlihat dengan jelas, begitu pula dengan suara yang menyakitkan hatinya terdengar begitu jelas di telinga Sirene. Rasanya benar-benar sakit dan pedih, bagaikan hati tersayat sembilu."Arrhh..!!" Sirene berteriak di dalam taksi ketika mengingat kejadian yang baru saja menyelimuti dirinya dengan meremas bajunya send
Tak terasa, tiga bulan sudah Sirene bekerja di tukang antar barang. Gaji tak seberapa namun bisa untuk biaya hidup sehari-hari dan juga untuk membayar kos-kosan.Sirene juga mendapati pesan setelah tiga bulan berpisah dengan Kang Min, ia menerima pesan WhatsApp dari mantan suaminya untuk segera menemui dirinya di sebuah resto, di mana Sirene harus menandatangani surat cerai itu.Dengan semangat dan tanpa ragu Sirene menemui Kang Min, ternyata di sana Kang Min tak hanya sendiri, di sana ada Melani dan juga Bu Rus yang sedang menunggu Sirene untuk menandatangani surat perceraian agar Melani segera menikah dengan Kang Min."Aku kira kamu tidak akan sanggup untuk bertemu Mas Min, ternyata kamu datang juga." Kata Melani."Jangan kamu pikir aku tidak mampu hidup bila tanpa dia!" tunjuk Sirene pada Kang Min."Tiga bulan berpisah dan nyatanya aku masih hidup sampai saat ini, tanpa suami juga aku bisa makan dan membeli apapun yang aku mau, dan aku bisa mewujudkan sendiri tanpa bantuan siapapun
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak