"Kerja!" sahut Reza yang tiba tiba saja datang dari entah arah mana, mata Kiki menatap ke arah Reza dengan tatapan kesal."Sialan! ngapain dia pakek nongol segala." Batin Kiki saat menatap Reza datang."Apa benar itu Kiki?" tanga Bu Elen pada Kiki dengan menatapnya penuh tanda tanya."Iya ma, Kiki mau bekerja," jawab Kiki pada Bu Elen."Kenapa kamu harus kerja Kiki, nanti apa kata ibu dan ayahmu jika mereka tahu kamu masih bekerja, kamu itu sekarang sudah menjadi seorang istri dan tugasmu itu hanya di rumah, kenapa kamu malah masih bekerja?""Reza, apa kamu tidak memberikan uang kepada istrimu? kenapa dia masih bekerja?"Mata Reza membulat sempurna, "Ya Tuhan, kenapa mama menyalahkan Reza?""Ya habisnya bagaimana? ini istri kamu berangkat terus bekerja, sementara menjadi istri kamu saja baru dua hari.""Ya mana Reza tahu? Mama tanya saja dengan Kiki,"***Setelah drama rumah tangga yang heboh dengan adanya Kiki bekerja, akhirnya Kiki memutuskan untuk hari ini libur bekerja, Kiki kemba
Betapa terkejutnya Kiki setelah mendengar ucapan wanita itu, ternyata wanita cantik yang ada di hadapannya saat ini itu ternyata bunga, bunga wanita yang telah meninggal Reza di kala itu dan memilih pergi bersama pria lain."Maaf bunga, jika sekiranya aku membuat kamu tersinggung atau apa, tapi bukankah kamu bilang sendiri waktu itu, bahwa aku bukanlah pria yang kamu mau, tapi pria yang bersamamu adalah kekasih idamanmu sejak lama.""Tidak, aku hanya berbohong padamu, sebenarnya itu adalah perjodohan, aku tidak mencintainya. Aku benar benar terpaksa melakukan itu, sekarang Papa dan mama ku menyesal atas keputusannya waktu itu, karena Julio bukan pria baik baik Zaa.""Aku berharap kita bisa seperti dulu lagi, aku ingin kita balikan lagi zaa, kamu mau kan?"Tangan bunga meriah tangan Reza dan menggenggamnya tanpa menyadari ataupun menghiraukan Kiki yang ada di samping mereka berdua."Sialan! mereka bermesraan di depan gue, benar benar tidak erotis, tidak menghargai orang lain," Gumam Ki
setelah mendengar pernyataan Lisa Kiki pun akhirnya meminta untuk diantarkan dan menemui Tommy di kampung.perjalanan yang tak sebentar akhirnya mereka pun sampai di tujuan, Kiki, Gilang, dan juga Lisa beserta Reza ikut bersama menuju kampung halaman.setelah mereka sampai di rumah pak Usman dan juga bu Saodah mereka pun turun Lisa kemudian di malam hari memberitahukan bahwa Lisa telah memberitahu gigi jika orang tua kandung Kiki adalah Tommy bukanlah Gilang dan Kiki pun akhirnya meminta Lisa dan gilang untuk mengantarkan dirinya ke kampung untuk menemui orang tua kandung Kiki."Kiki nenek tahu bagaimana perasaan kamu selama 23 tahun ini kamu belum pernah melihat sosok ayahmu tapi percayalah nak Ayah tirimu lebih menyayangimu daripada orang tua kandung Kamu sendiri yang tega tidak pernah mengakui kehadiranmu di sisinya.""Gilang adalah sosok Ayah yang sempurna untukmu bilang juga yang telah membesarkanmu walaupun kamu bukanlah titik keturunan dari ayah mu ini, tapi percayalah bahwa ay
"Nak kita pergi saja dari sini," ucap Lisa yang iba saat melihat Putri nya tak di akui oleh Tomi.Merekapun pergi dari sana dan kembali ke rumah Bu saodah dan pak Usman.Saat berada di rumah sang nenek, Kiki langsung masuk ke dalam kamar, hatinya benar benar hancur berantakan, Kiki sangat ingin mengapa ayahnya namun sepertinya Tomi masih tidak mau mengakui bahwa Kiki adalah darah dagingnya sendiri."Apa aku sehina itu, makanya ayah tidak mau mengenal aku?" gumam Kiki pada dirinya sendiri.Saat Kiki berada di dalam kamar, Reza mengikuti Kiki dan duduk di sisinya."Lo ngapain ke sini?" tanya Kiki yang tiba tiba heran dengan keberadaan Reza di sisinya."Gue mau mastiin Lo gak bunuh diri, itu aja kok," jawabnya singkat."Gue masih waras dan Lo jangan buat gue tambah beban pikiran lagi, gue gak suka itu.""Gue tau," jawab Reza singkat."Lo tahu apa tentang gue?""Ya gue tahu Lo gak akan menyia nyiakan nyawa Lo untuk mengakhiri semua ini.""Terus Lo ngapain masih nuduh gue dengan sembaranga
Mereka pun akhirnya pulang ke kota bersama, sesampainya di kota mereka istirahat dengan rasa lelahnya.Saat berada di dalam kamar, Kiki pun berbicara pada Reza."Za, gue mau ngomong serius sama Lo."Reza menatap Kiki, "apa itu?""Kapan Lo akan ceraikan gue?"seketika Reza menyemburkan air minum yang telah ia teguk."Gue serius zaa, gue udah gak tahan dengan sandiwara ini," kata Kiki dengan menatap Reza."Ya gak bisa gitu dong, gue itu harus dapat warisan dulu dari orang tua gue, dan Lo baru bisa gue ceraikan.""Ya tapi kapan zaa, masa iya gue harus jadi istri Lo selamanya.""Ya gak lah, gue juga mau cari istri idaman gue, ya kali nikah sama Lo seumur hidup gue.""Terus kapan gue akan Lo ceraikan?""Ya tunggu sampai waktu 5 bulan, kan di perjanjian begitu.""Hmm, menunggu lagi dong gue.""Iya harus." sahut Reza dengan mengangguk.***Keesokan paginya Kiki pun bersiap siap untuk berangkat bekerja, saat bersiap Reza menatap wajah Kiki."Lo mau ke mana?""Gue mau kerja," sahut Kiki dengan
Akhirnya Kiki pun di sepanjang perjalan Kiki memutuskan untuk membawa pria itu ke sebuah kontrakan. Kiki menyewakan kontrakan untuk pria itu tinggal sampai pria itu pulih dari ingatannya itu.sesampainya di depan rumah yang telah Kiki kontrakkan itu, pria itu terdiam."Kamu kenapa diam saja di situ? ayo cepat naiki anak tangga itu, karena tempat tinggal yang akan kamu tempati itu berada di atas sana," kata Kiki dengan menunjuk tempat tinggal itu.Lalu pria itu menatap kiki dengan masih berdiri dengan satu tongkat di tangannya."Ya Tuhan," Kiki pun kembali turun beberapa langkah dan langsung mengerti saat melihat pria itu terdiam dengan satu tongkat menatap anak tangga.Kiki pun turun dan membantunya menaiki anak tangga hingga sampai di tempat kos kosan."Kamu duduk saja di sini." Kata kiki dengan menunjuk sofa yang ada di ruang tamu.Tempatnya tidak begitu luas hanya terdapat kamar satu dan juga ruang tamu.Tempat itu lah Kiki mencarikan tempat tinggal untuk pria itu tinggal di dalamn
"Ambil, dan minumlah." Menyodorkan air hangat pada pria itu, lalu kemudian meraih dan Kiki pun masuk ke dalam kamar untuk segera tidur.Pria itu diam menatap Kiki masuk ke dalam kamar, lalu membalikkan badan dan membelakangi kamar Kiki.Memegang perutnya yang terasa lapar dan keroncongan itu."Dasar wanita tidak berperasaan, tidak peka, dan tidak mengerti jika aku sedang lapar," omelnya dengan lirih lalu berbaring di sofa yang ada di ruang tamu dan kemudian berusaha keras untuk segera memejamkan kedua bola matanya itu.Keesokan paginya pria itu terbangun dan mengguling ke sisi kanan, namun beruntungnya ia disangga oleh dua kursi untuk dirinya agar tidak terjatuh ke lantai.Di satu sisi samping tangannya dan satu di samping kakinya.Pria itu terdiam sejenak ketika mendapati dirinya di atas kursi kayu yang menyangganya tadi.Pria itu terbangun perlahan dan kemudian bangkit dan duduk di meja makan. Saat berada di meja maka, ia melihat selembar kertas yang berisi dengan tulisan di atasnya
Mata Kiki menatap tajam pada meme. Meme yang mendapati tatapan tersebut hanya bisa tersenyum dengan meminum air putih yang ia bawa itu lalu menutupnya dengan perlahan."Maksudku, bukan satu kamar, Me.""Lalu bagaimana? maaf aku tidak tahu,""Dua hari ini ada pria di dalam rumahku, maksudku aku menolongnya ketika dia mengalami kecelakaan.""Jadi kamu membawa dia ke dalam kos kosan mu, Kiki?" mata Meme melotot.Kiki mengangguk."Kamu sungguh berani, Ki!""Aku terpaksa melakukannya, tidak ada pilihan lain, dia mengira aku yang telah menabraknya, bahkan sekarang aku bingung harus bagaimana?" jelas Kiki pada meme yang sedang menikmati makan siang bersama."Lalu bagaimana dengan orang tuamu? apakah dia tahu?"Kiki menggeleng pelan, "tidak, dia tidak tahu, bahkan kamu tahu, dia pria yang menyebalkan, aku sangat kesal dengannya, aku telah menyewakan rumah untuknya bahkan aku telah mengabaikan orang tuaku, tapi dia malah seolah selalu menuduh dan mengira aku penyebab semua kecelakaannya,""Apak
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak