"Ambil, dan minumlah." Menyodorkan air hangat pada pria itu, lalu kemudian meraih dan Kiki pun masuk ke dalam kamar untuk segera tidur.Pria itu diam menatap Kiki masuk ke dalam kamar, lalu membalikkan badan dan membelakangi kamar Kiki.Memegang perutnya yang terasa lapar dan keroncongan itu."Dasar wanita tidak berperasaan, tidak peka, dan tidak mengerti jika aku sedang lapar," omelnya dengan lirih lalu berbaring di sofa yang ada di ruang tamu dan kemudian berusaha keras untuk segera memejamkan kedua bola matanya itu.Keesokan paginya pria itu terbangun dan mengguling ke sisi kanan, namun beruntungnya ia disangga oleh dua kursi untuk dirinya agar tidak terjatuh ke lantai.Di satu sisi samping tangannya dan satu di samping kakinya.Pria itu terdiam sejenak ketika mendapati dirinya di atas kursi kayu yang menyangganya tadi.Pria itu terbangun perlahan dan kemudian bangkit dan duduk di meja makan. Saat berada di meja maka, ia melihat selembar kertas yang berisi dengan tulisan di atasnya
Mata Kiki menatap tajam pada meme. Meme yang mendapati tatapan tersebut hanya bisa tersenyum dengan meminum air putih yang ia bawa itu lalu menutupnya dengan perlahan."Maksudku, bukan satu kamar, Me.""Lalu bagaimana? maaf aku tidak tahu,""Dua hari ini ada pria di dalam rumahku, maksudku aku menolongnya ketika dia mengalami kecelakaan.""Jadi kamu membawa dia ke dalam kos kosan mu, Kiki?" mata Meme melotot.Kiki mengangguk."Kamu sungguh berani, Ki!""Aku terpaksa melakukannya, tidak ada pilihan lain, dia mengira aku yang telah menabraknya, bahkan sekarang aku bingung harus bagaimana?" jelas Kiki pada meme yang sedang menikmati makan siang bersama."Lalu bagaimana dengan orang tuamu? apakah dia tahu?"Kiki menggeleng pelan, "tidak, dia tidak tahu, bahkan kamu tahu, dia pria yang menyebalkan, aku sangat kesal dengannya, aku telah menyewakan rumah untuknya bahkan aku telah mengabaikan orang tuaku, tapi dia malah seolah selalu menuduh dan mengira aku penyebab semua kecelakaannya,""Apak
kiki menatap ke arah pria yang ia beri nama Cahya, pria itu terdiam ketika duduk bersebelahan dengan Kiki."Cahya, apa kamu benar benar tidak mengingat apapun?" tanya kiki dengan menatapnya.Cahya menoleh ke arah kiki dan menatapnya, "tidak, aku tidak ingat, bahkan semakin aku ingin mengingatnya, semakin terasa sakit kepalaku ini untuk mengingat sesuatu hal yang mungkin aku paksakan itu."Kiki yang mendengar nya pun menatap iba pada pria yang ada di hadapannya saat ini.Pria yang benar benar lupa akan hal di mana keluarga, nama dan juga siapa dirinya."Kenapa kamu menatapku begitu?""Tidak, aku hanya kasihan denganmu, aku yakin orang tuamu beserta keluargamu pasti sangat mencemaskan keadaanmu saat ini, karena kamu tak kunjung kembali."Kiki menarik nafas panjang dengan menatap ke arah pria itu."Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk cepat mengingat siapa namamu serta di mana keluargamu, kamu bisa tinggal di sini sampai ingatanmu kembali pulih.""Hah, tidur lah dengan nyaman dan semo
Malam ini Cahya dan juga kiki duduk bersamaan di atas sofa setelah makan malam. Mereka saling bercerita satu sama lain, tampaknya semakin hari mereka semakin dekat saja.Namun Cahya menceritakan seorang pangeran dan juga tuan putri, seorang pangeran yang sedang memperebutkan cinta sang putri hingga mereka berperang dan salah satunya tewas."Kamu ingin mendengar cerita tuan putri yang diperebutkan oleh tiga pangeran, tidak?""Boleh, ceritakan saja padaku, aku siap mendengar kannya."Cahya pun akhirnya menceritakan dari awal hingga akhir."Namun sayangnya pangeran tidak bisa menikah dengan tuan putri," lirihnya."Kenapa?" tanya kiki dengan rasa penasaran."Apa pangeran kalah?" imbuh kiki."Tidak, ia memenangkan pertandingan itu.""Lalu? apa yang terjadi padanya?" ucap kiki dengan menatap ke arah Cahya."Karena pangeran hanya seorang anak pungut yang di angkat menjadi anak seorang raja dan tidak mungkin bersanding dengan seorang putri cantik pewaris kerajaan." Jelas Cahya membuat hati ki
Saat Kiki berada di dalam kamar, kiki memandangi langit langit kamarnya dan sesaat ia berpikir untuk meraih ponsel di sisi kanannya lalu membuka sosial media, tak sengaja ia melihat beauty blogger di sana.Tiba tiba saja Kiki terpikir untuk menjadi perias pengantin dan ingin mengubah pekerjaannya itu.dan sesaat telpon dari Reza pun masuk ke aplikasi hijau milik Kiki.Drrtt drrrtt drrrtt"Reza, bagaimana ini?" ucap Kiki dengan bingung.Lalu tak menunggu lama, Kiki pun mengangkat telfon dari Reza."Hallo, Lo di mana sih? kenapa Lo kagak balik balik? Lo ingar ya sama janji kontrak itu? jangan sampai Lo gue cari ya.""Lo apa apaan sih Zaa marah marah sama gue!""Ya elo apaan? kenapa Lo tiba tiba ngilang dari gue, bukannya kontrak kita ada lima bulan, dan Lo gak bisa pergi gitu aja, Lo itu udah hampir mengkhianati janji kontrak, dan gak bisa gitu.""Iya gue tahu itu, tapi Lo gak bisa nuduh gue ingkar dong, gue ada masalah di sini dan Lo gak tahu itu.""Masalah Lo itu ada di gue, kenapa gu
Sejak kepergian Reza membuat Kiki tampak bingung, apa lagi dirinya di tuduh mencintai Cahya dari pada memilih pergi bersama Reza."Apa kamu mencintainya? sampai sampai kamu memilih terikat dengannya dari padaku pulang bersamamu!"Sejak saat itu pikiran Kiki benar benar kacau, dirinya teringat akan ucapan Reza siang tadi, apa lagi Cahya yang tiba tiba saja menghilang tanpa memberitahu dirinya terlebih dulu dia pergi entah ke mana."Kamu gak tahu zaa, kamu hanya memikirkan dirimu saja, coba mengerti sejenak saja, aku sedang dalam masalah. Gak mungkin pria itu aku tinggalkan, sementara dia sedang lupa ingatan," Ucap Kiki yang bicara sendirian tanpa seorang teman.Tiba tiba saja Cahya telah kembali ke kosan Kiki, hingga siang itu Cahya berniat untuk membantu Kiki membersihkan rumah dengan menyapu dan juga mencuci piring.Namun saat ia mencuci piring, keran itu tiba tiba saja macet, Cahya berniat membenarkan keran air yang ada di wastafel yang tak mengeluarkan air. Namun tiba tiba saja ker
Mata seluruh Meme seketika terpesona dengan ketampanan pria itu, dan belum lagi beberapa wanita yang sedang berbelanja ke tempat Atong Asmat, juga terpesona akan ketampanan pria itu."Tampan sekali dia, itu siapa?" ucap para pelanggan wanita itu menantap takjub ke arah pria itu."Wow...."Sekumpulan pelanggan wanita begitu terpana oleh ketampanan pria yang tiba tiba menghampiri Kiki.Mata Meme juga membulat terpesona oleh ketampanan pria itu dan tiba tiba saja,"Sayang, jika anak kita lahir nanti, kamu akan memberinya nama siapa?"Meme yang tiba tiba saja menghayal jauh, dan bermimpi telah menikah dengan pria tampan yang ada di hadapannya saat ini, dan sedang mengandung anak dari pria yang di lihatnya itu.Sungguh angan angan meme tak terduga. Begitu sangat jauh.Terlihat jelas bibir Meme semerkah karena tersenyum senyum sendirian ketika menghayal dengan meremas buket bunga yang ada di tangannya saat ini.Meme bersandar seketika di pundak Kiki yang membuat Kiki sontak menoleh kaget ke
Di saat kiki sedang mengecek barang yang telah di kemas, tuan Huan tiba tiba saja datang menemuinya.Kiki hanya menyapanya dengan tersenyum ketika melihat atasannya datang."Kiki, apa kamu sudah menerima buket bunga yang aku berikan pagi ini?" tanyanya dengan menatap Kiki yang masih bekerja."Iya tuan Huan, terima kasih banyak," jawabnya dengan tersenyum, walau sebenarnya kiki sendiri risih dengan tingkah laku atasanya itu, bagi Kiki, tuan Huan begitu menyebalkan, selalu memberikan buket bunga padanya."Apa kamu suka dengan hadiahnya?"Kiki berhenti mengecek barang dan menoleh ke arah atasannya itu yang berada di belakangnya saat ini."Tuan Huan, saya sangat menyukainya, terima kasih atas buketnya," ucap Kiki dengan senyum paksa."Syukurlah, aku kira kamu tidak akan menyukai pemberian dariku!" jawabnya dengan menatap Kiki.Kiki hanya tersenyum tipis dan melanjutkan pekerjaannya kembali.Tangan Tuan Huan memegang lengan tangan kiki namun dengan cepat ia menariknya dan menoleh ke arah T
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak