"Hana yang kamu kenal bukan Hana yang dulu mas Danang, Hana yang sekarang adalah Hana yang mandiri dan mampu mengurus diri sendiri bahkan aku bisa hidup tanpa kamu, mas Danang!" Sambung Hana.Tring!!!Suara telfon tiba tiba berdering.["Iya hallo!"]["Bu, Hana. Besok bisa anda ambil surat kepengadilannya!"]["Baik pak, besok pagi saya akan mengambilnya, trimkasih banyak!"]["Baik Bu Hana. Saya tunggu kedatangannya besok!"]["Baik"] ucap Hana dengan memutus telfonnya."Kamu lihat saja mas Danang. Setelah kita bercerai, aku atau kamu yang mengalami kehancuran!" Ucap Hana dengan sorot mata yang kosong.Saat Hana sedang mengalami kekesalan terhadap Danang, tiba tiba saja. Shifa yang baru saja belajar berjalan, menghampiri Hana."Ma-mama....." Ucap shifa yang masih belajar berbicara. Diiringi baby sister Ina yang mengawasi putri kecil Hana.Hana tersenyum melihat Shifa sudah pandai berbicara walau masih belajar."Shifa sayang, kamu sudah bangun nak?" Ucap Hana dengan menggendong Shifa diat
Danang mendekat dan langsung diberi bisikan oleh ibunya, mata Danang membulat sempurna saat mendengarkan bisikan ibunya yang saat ini."Apa kamu nggak mau Danang??" Ucap Bu Vina dengan raut wajahnya yang penuh dengan rencana. Dan menyunggingkan senyumnya."Bagaimana? Apakah kamu setuju dengan ide ibu!" Ucap Bu Vina dengan raut wajah tersenyum."Mau Bu, asalkan kita bisa melakukannya!""Bukan ibu yang akan melakukannya, tapi kamu, danang. Hahaha!" Bu Vina dan juga Danang tertawa bersama.Bu Vina sedang menyusun rencana yang akan ia siapkan untuk Danang dan juga Ica. Entah apa rencana Danang dan ibunya saat ini.---Pagi ini Hana pergi kerumah mertuanya untuk mengantar surat gugat cerai. Hana pergi seorang diri hanya ditemani oleh sang supir pribadinya. Hana melangkah masuk kedepan pintu rumah Bu Vina.Ting tong...Ting tong...Suara bel ditekan oleh Hana.Tak menunggu lama, danang keluar dan membuka pintu. Betapa terkejutnya Danang melihat siapa yang ada didepan dirinya saat ini."Han-
Pak Broto langsung keluar dari dalam rumah dan langsung menuju kedalam mobil. Melaju dengan kecepatan diatas rata-rata.Hana yang sedang merapikan rumahnya saat ini tak disangka mendapati tamu. Yaitu mertuanya pak Broto datang untuk bertemu dengan Hana.Tok... Tok..."Assalamualaikum!" Ucap salam pak Broto didepan pintu rumah Hana.Tok... Tok...."Assalamualaikum, Hana...!"Tok.... Tok...."Assalamualaikum!"Tak lama Hana mendengar suara orang mengetuk pintu didepan rumahnya. Hana langsung menghentikan aktivitasnya dan menuju kedepan untuk segera mengetahui siapa yang sedang bertamu disore hari ini.Tok.... Tok..."Assalamualaikum, Hana...!""Iya, tunggu sebentar!"Krekkk..Mata Hana membulat sempurna."Wa'alaikumsallam, pak." Hana langsung meraih tangan mertuanya dan langsung mencium punggung tangan pak Broto."Apa bapak boleh masuk, nak??" Ucap pak Broto dengan lirih."Iya pak, silahkan!" Jawab Hana dengan menyapa mertuanya dengan penuh hormat."Silahkan duduk pak!" Sambung Hana."H
Saat semua perpisahan telah diresmi Danang dan juga Hana berpisah secara agama maupun hukum. Sekarang Hana menjalankan hidupnya sebagai seorang janda.Walaupun Hana kini menjanda, tak membuat Hana menjadi sedih ataupun menjadi kesepian bahkan Hana saat ini menjadi wanita yang lebih tangguh dan juga kuat menghadapi semua cobaan yang Hana alami.Semua kenangan pahit yang dulu bersama suami dan mertuanya kini menjadi sebuah kenangan yang hanya mampu Hana buang jauh-jauh."Bik. Sekarang bibi bisa bantu-bantu saya dirumah ini. Kerjaan bibi yaitu mengurus rumah dan masak!" Ucap Hana yang keluar rumah lalu kembali membawa seorang wanita paruh baya yang Hana bawa untuk menjadi asisten rumah nya."Trimkasih nyonya. Sudah membawa saya kerumah nyonya dan saya diberikan pekerjaan!""Iya bik. Sama-sama, oh iya Bik. Kalau boleh saya meminta bibik. Jangan panggil saya nyonya ya, karena saya merasa tidak pantas jika dipanggil nyonya!" Jawab Hana dengan tersenyum."Lantas bibi harus memanggil apa??""
"mau kemana sayang??" Tanya Danang pada Ica istri kedua Danang.Ica menatap kearah Danang dengan tersenyum manja dan mendekati Danang dan merangkulnya."Sayang, aku pengen banget makan diresto dimana tempat mantan istrimu!""Kenapa kamu tiba-tiba ingin makan disana??" Tanya Danang."Nampaknya, ini kemauan anak kita!" Ucap Ica dengan mengelus perutnya."Tapi sayang, kenapa harus makan disana. Kenapa nggak cari makanan ditempat lain saja, mas males banget bertemu dengan Hana. Mas benci dengan dia!""Kamu benci atau masih suka dengan mantan istri kamu itu mas?""Yaampun sayang, mana mungkin aku cinta sama Hana. Kalau memang aku menaruh hati, pasti sudah lama aku memiliki rasa itu dengan Hana. Tapi nyatanya zoonk!"Ica tersenyum dan tertawa kecil."Sayang, kenapa sih kamu begitu membenci Hana?? Bukannya dia itu wanita baik dan juga sangat berbakti dengan suami??""Memang dia berbakti dengan suami dan keluargaku, bahkan dia juga mau diajak hidup sengsara!""Lantas kenapa kamu menelantarkan
Prok.. prok...Hana bertepuk tangan."Maling teriak maling, itulah anda. Jika kamu wanita baik-baik. Kamu tidak akan Sudi merebut bekas orang lain, namun kenyataanya kamu itu. Murah!" Ucap Hana pada Ica.Ica mengepalkan tangannya. Ia benar-benar tak trima bila dipermalukan oleh Hana didepan mata umum.Hana melihat tangan Ica yang mulai mengepal dan wajah Ica mulai memerah akibat marah karena Hana berhasil membuatnya malu."Kenapa? Kamu malu, seharusnya wanita jalang seperti kamu itu tidak punya rasa malu karena telah merebut suamiku!" Ucap Hana."Kamu lihat saja, aku akan membuat perhitungan denganmu, Hana!" Ucap ica lalu kemudian pergi, dan disusul oleh Danang."Baiklah. Akan aku tunggu permainanmu Ica!" Menjawab saat Ica pergi.Saat Ica sudah berada diluar, Ica benar-benar kesal disamping mobil Danang. Danang menghampiri Ica."Kamu kenapa sih mas. Diam aja pas aku dipermalukan oleh wanita kampung itu. Kamu seneng aku dibuat begini oleh mantan istri kamu, aku ini sedang hamil mas. An
"kalau kamu nggak becus, ngurus kantor ibu. Lebih baik kamu nggak usah kerja dikantor ibu lagi, Danang! Ibu sudah muak sama kamu, tiap hari kamu hanya bisa menghabiskan uang dikantor ibu!""Tapi Bu, aku inikan anak ibu. Kenapa aku nggak boleh pakai uang ibu!" Jawab Danang."Danang!" Bentak Bu Vina."Cukup ya. Kamu itu benar-benar membuat naik darah ibu semakin tinggi. Kamu hanya bisa menghamburkan uang ibu. Kamu kira uang yang kamu pakai itu semua daun!""Sekarang juga kamu nggak usah lagi kerja dikantor ibu. Kamu pergi saja, ibu nggak butuh anak seperti kamu!"Bu Vina mengusir Danang dari kantor dan menutup pintu kantor.Danang yang malang akhirnya pulang kerumah Ica.---"Apa mas! Kamu diusir sama ibu kamu sendiri!" Jawab Ica dengan kaget."Iya sayang. Aku diusir karena dituduh telah menghabiskan uang kantor. Memang uang yang selama ini aku gunakan itu adalah uang kantor dan bukan uang pribadi ku!""Jadi sekarang kamu kere mas!!" Jawab Ica."Iya sekarang aku memang nggak punya apa-a
"kok belum pulang juga ya! Padahal sudah jam delapan malam, tumben sekali. Apa dia lembur. Makanan yang aku buat juga sepertinya sudah mulai dingin. Lebih baik aku tunggu saja didepan agar nanti saat Ica pulang aku tahu kedatangannya!" Ucap Danang lalu duduk diruang tamu.Karena lelah Danangpun akhirnya terbaring disofa ruang tamu dan tertidur disana.Tak lama Ica pulang dengan membuka pintu.Krekkk...Suara pintu terdengar oleh Danang. Danang terbangun dan langsung membuka matanya dan melihat Ica yang baru saja pulang."Sayang, kamu baru pulang??" Tanya Danang pada Ica."Hmm!!!" Jawab Ica."Sayang, aku udah masak untuk kamu. Kamu makan ya, biar aku ambilkan!""Nggak perlu mas. Aku udah kenyang, kalau kamu mau makan. Silahkan saja untuk kamu!"Danang yang sejak tapi mengikuti Ica hingga didepan kamar pun pintu kamar ditutup dengan keras oleh Ica.Danang hanya bisa diam dengan melihat Ica yang saat ini berubah sifat dengan dirinya."Kenapa Istriku begitu dingin denganku. Padahal aku ud