"Mbak!""Mbak...." Hana melambaikan tangannya didepan wajah Dewi, seketika lamunan Dewi terbuyar saat Hana memanggilnya."Haaa!" Ucap Dewi saat lamunannya terbuyar."Mbak, disuruh ibu untuk menyuapinya!""Kenapa nggak kamu aja, Hana?""Tadi udah aku tawarin, tapi ibu maunya sama Mbak!" Ucapku."Iihh... Bener-bener deh. Ganggu orang lagi santai aja, itu tua bangka!" Gerutuk Dewi dalam hatinya."Mbak, kenapa ngelamun. Itu ibu sudah menunggu sejak tadi""Iya, iya. Dimana ibu?""Ada diruang tamu, mbak!""Ya udah, kamu keluar aja dulu, nanti mbak nyusul""Nggak bisa mbak. Itu ibu minta suapin sekarang!""Hadeh! Iya deh iya." Ucap Dewi dengan wajah lesu.Dewi dan Hana keluar dari dalam kamar Dewi dan menuju keruang tamu. Disana Bu Vina sedang terbaring menunggu menantu kesayangannya untuk menyuapi dirinya saat ini."Bu, ini mbak Dewi!" Ucap Hana. Lalu Bu Vina menoleh kearah Dewi dengan tersenyum."Dewi, kamu maukan suapin ibu!" Ucap Bu Vina kemudian memegang tangan menantunya."Iih... Apaan
Pagi yang cerah disambut dengan mentari yang indah dan aku melihat suamiku Mas Danang sudah bersiap siap untuk pergi mencari lowongan pekerjaan.Aku menyambutnya dengan senyuman yang manis dan juga menghidangkan beberapa camilan dan juga teh hangat untuk diseduh Mas Danang sebelum berangkat mencari pekerjaan."Ini mas, teh dan camilannya." Ucapku dengan menyuguhkan camilan yang aku buat, hanya goreng pisang yang aku buat untuk Mas Danang sarapan pagi ini.Mas Danang memberikan senyuman sebelum duduk, dan kali ini aku benar-benar melihat senyum suamiku walau kami berdua sekarang mengalami masa-masa sulit untuk menitis karir."Mas berangkat dulu ya, soalnya udah siang.""Iya mas, hati hati dijalan!" Ucapku dengan meraih tangan Mas Danang dan mencium punggung tangannya."Iya, doain mas ya, mudah-mudahan mas bisa mendapatkan pekerjaan, agar kita bisa hidup yang lebih layak dari pada tinggal disini!" Ucap Mas Danang."Sudah mas. Jangan kamu fikirkan soal itu. Ingsya'allah ada rezeki!" Jawa
"Besok kita coba tanya-tanya ruko ya mas. Dan kita tanya berapa perbulan dalam penyewaan?""Iya Hana. Tapi uangnya mas nggak punya. Semua rekening mas, yang memegang ibu!""Sudahlah mas. Besok kita fikirkan dari mana cari uang. Aku akan mencoba mencari pinjaman untuk kamu usaha, mas!" Ucap Hana dengan memegang tangan suaminya dengan menantap penuh senyum."Makasih ya, kamu memang istri terbaik untuk mas!" Ucap Danang dengan merangkul istrinya.Sebenarnya Hana memiliki uang untuk membantu usaha suaminya, namun Hana lebih baik tidak jujur jika nanti kedepannya Hana mendapatkan hal yang tidak diinginkan. Hana terpaksa berbohong kepada sang suami. Karena Hana juga belum terlalu percaya dengan sang suami bisa mencintai Hana sepenuhnya. Belum lagi saat ini Danang sedang diuji dalam kemiskinan yang membuat Hana takut bahwa cinta Danang Hana sebatas kemiskinan dan akan pudar seketika disaat hidup telah meningkat.Hana terpaksa tak jujur dan memilih berbohong dengan suaminya. Ini semua ia laku
Hari ini Danang dan juga Hana resmi membuka resto kecil kecilan. Namun pembukaan pertama seperti biasanya, masih sepi belum ada pembeli."Hana. Kenapa belum ada pembeli ya?" Ucap Danang gelisah. Hana hanya terdiam tanpa kata saat ini."Sabar ya, mas. Ingsya'allah nanti ada pembeli. Sekarang kamu istirahat saja dulu mas. Ini juga baru jam sepuluh. Mungkin orang-orang belum ada yang tahu kalau ruko ini sudah menjadi restoran!" Ucap Hana dengan tersenyum.Tak lama kemudian resto mereka kedatangan pelanggan yang membuat Hana dan Danang tersenyum."Mas, waktunya kita berkerja!" Ucap Hana dengan tersenyum. Danang yang melihat pelangganpun tersenyum.Pelanggan memesan berbagai makanan yang tersedia diresto Danang dan juga Hana.Danang yang mengantarkan pesanan sementara Hana yang menyiapkan semuanya. Begitu kewalahan mereka mendapatkan banyak sekali pesanan dihari pertama kalinya buka resto.Hingga waktu petang semua makanan yang mereka jual ludes diborong pembeli.Hana yang kelelahan dan me
Dinda tak sengaja lewat depan restoku dan akhirnya ia mampir karena sudah lama tak mengobrol bersamaku, maka ia sempatkan waktu untuk bertemu denganku. Bahkan Dinda awalnya terheran-heran melihat Bisnisku saat ini yang mulai melejit. Namun setelah aku menceritakan semuanya, Dinda mulai kesal dengan suamiku yang selalu menuntut keinginannya agar terpenuhi.Aku dan Dinda pada waktu itu tak sengaja bertemu dipasar untuk berbelanja. Entah kenapa waktu itu kami bisa akrab dan akhirnya bertukar nomor ponsel. Bahkan hingga kini aku dan Dinda sudah seperti saudara. Dia adalah teman satu satunya yang aku punya dan dia sangat baik bahkan dia juga tahu bagaimana keadaan rumah tanggaku."Hana, aku itu nggak mau kamu seperti dulu lagi. Lebih baik kamu fikirkan dulu, matang-matang sebelum mengambil tindakan!""Iya Dinda. Makasih ya, kamu itu selalu ada buat aku!""Iya Hana, bagiku kamu itu lebih dari teman. Kamu saudara bagiku, jadi aku nggak mau kalau kamu sampai sakit hati gara-gara suami dan kel
"Tutup mulut ibu, saya bukan orang yang mudah panjang tangan untuk mencuri!" Tuding Hana saat ini juga pada mertuanya."Lantas, uang dari mana kamu bisa membangun resto semewah ini, kalau bukan mencuri!" Ucap Bu Vina."Yang pasti ini bukan urusan ibu! Mau saya mencuri mau saya merampok juga bukan urusan ibu!" Jawab Hana."Mulai berani kamu sekarang sama saya, mentang-mentang sudah mempunyai resto dan kantor begini saja sudah sombong kamu! Aku yakin Danang pasti diperalat untuk menjadi super uang bagi kamu!""Bukan saya memperlarat mas Danang. Melainkan saya yang diperalat untuk menjadikan keinginan dia terwujud!" Jawaban Hana tak mau kalah ketus dari mertuanya.Mata Bu Vina benar benar tajam menatap kearah Hana. Namun Hana sudah tak takut dengan tatapan itu. Kini Hana sudah menjadi Hana yang tegas dan juga tidak ingin harga dirinya diinjak-injak oleh mertuanya yang tak tahu balas Budi atas kerja kerasnya selama ini.Bahkan Hana sudah tak peduli dengan semua keadaan yang saat ini berada
"ibu tidak apa apa?" Tanya Dewi pada waktu itu."Tidak apa apa!" Ucap Bu Vina.Dewi membantu Bu Vina pada saat Bu Vina terjatuh akibat didorong oleh jambret."Mari duduk disana Bu!" Ucap Dewi mencoba membantu Bu Vina yang pincang akibat terjatuh dan menahan sakit."Saya pijitin ya Bu!" Ucap Dewi menawarkan."Kamu benar benar baik. Nama kamu siapa nak?""Dewi, Bu!""Dewi dimana rumahmu, boleh tidak ibu bertemu orang tuamu!""Nampaknya ibu ini orang kaya raya dengan melihat tampilannya benar-benar modis!" Gumam Dewi menantap Bu Vina."Kenapa kamu melamun nak?""Oh iya, nama ibu Vina!"Bu Vina menyalami Dewi. Dewi tersenyum melihat Bu Vina."Kamu sudah punya pacar atau....""Saya belum punya pacar Bu, apa lagi menikah!" Jawab Dewi."Kamu mau tidak menjadi menantu, ibu!"Seketika Dewi terkejut."Tapi Bu, ibukan belum tahu saya. Bagaimana latar belakang saya ibu tidak ingin tahu dulu??" Ucap Dewi."Tidak perlu, ibu yakin kamu juga orang yang pantas untuk menjadi menantu ibu, kamu juga baik
Bu Vina pagi pagi sekali langsung bergegas menuju keresto Hana. Entah apa yang ingin ia katakan dengan Hana sehingga pagi-pagi ia sudah pergi untuk menemui Hana. Sesampainya disana ia turun dari mobil mewahnya dan kemudian masuk kedalam resto Hana tanpa permisi.Brak!Suara hempasan beserta memukul meja. Mata Hana membulat sempurna saat melihat mertuanya datang dan kemudian Hana melihat tangan mertuanya yang memegang kertas putih disana."Apa itu Bu!" Ucap Hana seketika."Nggak usah sok polos. Lebih baik kamu tanda tangan ini, dan tinggalkan Danang sekarang juga!"Deg!Ucapan tiba-tiba terucap dimulut Bu Vina membuat Hana bingung serta kaget. Karena Hana tak merasa memiliki masalah dengan Danang. Namun mertuanya datang memberikan surat perceraian untuk Hana dan juga Danang."Ada apa, Bu! Kenapa saya harus tanda tangan itu semua! Saya dan mas Danang nggak ada masalah apapun!" Jawab Hana."Memang kamu tak ada masalah dengan Danang, tapi kamu punya masalah sama saya!" Mata Bu Vina meloto