Hari ini Danang dan juga Hana resmi membuka resto kecil kecilan. Namun pembukaan pertama seperti biasanya, masih sepi belum ada pembeli."Hana. Kenapa belum ada pembeli ya?" Ucap Danang gelisah. Hana hanya terdiam tanpa kata saat ini."Sabar ya, mas. Ingsya'allah nanti ada pembeli. Sekarang kamu istirahat saja dulu mas. Ini juga baru jam sepuluh. Mungkin orang-orang belum ada yang tahu kalau ruko ini sudah menjadi restoran!" Ucap Hana dengan tersenyum.Tak lama kemudian resto mereka kedatangan pelanggan yang membuat Hana dan Danang tersenyum."Mas, waktunya kita berkerja!" Ucap Hana dengan tersenyum. Danang yang melihat pelangganpun tersenyum.Pelanggan memesan berbagai makanan yang tersedia diresto Danang dan juga Hana.Danang yang mengantarkan pesanan sementara Hana yang menyiapkan semuanya. Begitu kewalahan mereka mendapatkan banyak sekali pesanan dihari pertama kalinya buka resto.Hingga waktu petang semua makanan yang mereka jual ludes diborong pembeli.Hana yang kelelahan dan me
Dinda tak sengaja lewat depan restoku dan akhirnya ia mampir karena sudah lama tak mengobrol bersamaku, maka ia sempatkan waktu untuk bertemu denganku. Bahkan Dinda awalnya terheran-heran melihat Bisnisku saat ini yang mulai melejit. Namun setelah aku menceritakan semuanya, Dinda mulai kesal dengan suamiku yang selalu menuntut keinginannya agar terpenuhi.Aku dan Dinda pada waktu itu tak sengaja bertemu dipasar untuk berbelanja. Entah kenapa waktu itu kami bisa akrab dan akhirnya bertukar nomor ponsel. Bahkan hingga kini aku dan Dinda sudah seperti saudara. Dia adalah teman satu satunya yang aku punya dan dia sangat baik bahkan dia juga tahu bagaimana keadaan rumah tanggaku."Hana, aku itu nggak mau kamu seperti dulu lagi. Lebih baik kamu fikirkan dulu, matang-matang sebelum mengambil tindakan!""Iya Dinda. Makasih ya, kamu itu selalu ada buat aku!""Iya Hana, bagiku kamu itu lebih dari teman. Kamu saudara bagiku, jadi aku nggak mau kalau kamu sampai sakit hati gara-gara suami dan kel
"Tutup mulut ibu, saya bukan orang yang mudah panjang tangan untuk mencuri!" Tuding Hana saat ini juga pada mertuanya."Lantas, uang dari mana kamu bisa membangun resto semewah ini, kalau bukan mencuri!" Ucap Bu Vina."Yang pasti ini bukan urusan ibu! Mau saya mencuri mau saya merampok juga bukan urusan ibu!" Jawab Hana."Mulai berani kamu sekarang sama saya, mentang-mentang sudah mempunyai resto dan kantor begini saja sudah sombong kamu! Aku yakin Danang pasti diperalat untuk menjadi super uang bagi kamu!""Bukan saya memperlarat mas Danang. Melainkan saya yang diperalat untuk menjadikan keinginan dia terwujud!" Jawaban Hana tak mau kalah ketus dari mertuanya.Mata Bu Vina benar benar tajam menatap kearah Hana. Namun Hana sudah tak takut dengan tatapan itu. Kini Hana sudah menjadi Hana yang tegas dan juga tidak ingin harga dirinya diinjak-injak oleh mertuanya yang tak tahu balas Budi atas kerja kerasnya selama ini.Bahkan Hana sudah tak peduli dengan semua keadaan yang saat ini berada
"ibu tidak apa apa?" Tanya Dewi pada waktu itu."Tidak apa apa!" Ucap Bu Vina.Dewi membantu Bu Vina pada saat Bu Vina terjatuh akibat didorong oleh jambret."Mari duduk disana Bu!" Ucap Dewi mencoba membantu Bu Vina yang pincang akibat terjatuh dan menahan sakit."Saya pijitin ya Bu!" Ucap Dewi menawarkan."Kamu benar benar baik. Nama kamu siapa nak?""Dewi, Bu!""Dewi dimana rumahmu, boleh tidak ibu bertemu orang tuamu!""Nampaknya ibu ini orang kaya raya dengan melihat tampilannya benar-benar modis!" Gumam Dewi menantap Bu Vina."Kenapa kamu melamun nak?""Oh iya, nama ibu Vina!"Bu Vina menyalami Dewi. Dewi tersenyum melihat Bu Vina."Kamu sudah punya pacar atau....""Saya belum punya pacar Bu, apa lagi menikah!" Jawab Dewi."Kamu mau tidak menjadi menantu, ibu!"Seketika Dewi terkejut."Tapi Bu, ibukan belum tahu saya. Bagaimana latar belakang saya ibu tidak ingin tahu dulu??" Ucap Dewi."Tidak perlu, ibu yakin kamu juga orang yang pantas untuk menjadi menantu ibu, kamu juga baik
Bu Vina pagi pagi sekali langsung bergegas menuju keresto Hana. Entah apa yang ingin ia katakan dengan Hana sehingga pagi-pagi ia sudah pergi untuk menemui Hana. Sesampainya disana ia turun dari mobil mewahnya dan kemudian masuk kedalam resto Hana tanpa permisi.Brak!Suara hempasan beserta memukul meja. Mata Hana membulat sempurna saat melihat mertuanya datang dan kemudian Hana melihat tangan mertuanya yang memegang kertas putih disana."Apa itu Bu!" Ucap Hana seketika."Nggak usah sok polos. Lebih baik kamu tanda tangan ini, dan tinggalkan Danang sekarang juga!"Deg!Ucapan tiba-tiba terucap dimulut Bu Vina membuat Hana bingung serta kaget. Karena Hana tak merasa memiliki masalah dengan Danang. Namun mertuanya datang memberikan surat perceraian untuk Hana dan juga Danang."Ada apa, Bu! Kenapa saya harus tanda tangan itu semua! Saya dan mas Danang nggak ada masalah apapun!" Jawab Hana."Memang kamu tak ada masalah dengan Danang, tapi kamu punya masalah sama saya!" Mata Bu Vina meloto
Saat Hana mendekati orang itu Hana menantap heran dari atas hingga bawah orang itu. Karena wajahnya belum terlihat Hana hanya melihat lewat tubuh belakang orang itu. Hana melangkah dengan pelan-pelan."Maaf, cari siapa ya?" Tanya Hana seketika orang itu memutar badan dan Hana terkejut melihat siapa yang saat ini didepan matanya."Vi-vino!" Ucap Hana terbata.Orang yang berada didepan matanya tersenyum melihat Hana."Iya Hana, ini aku, vino!""Yaampun!" Ucap hana menutup mulutnya."Mari masuk kedalam, kita mengobrol didalam saja, sambil makan dan minum!" Ucap Hana dengan ramah. Hana mengajaknya masuk dan kemudian duduk dikursi."Kamu mau minum apa?"Vino tersenyum. "Nggak usah repot-repot!""Nggak repot kok. Mau minum apa?""Air putih saja sudah cukup!" Ucap vino pria tampan berkulit putih dengan lesung pipi yang membuatnya semakin menawan. Bahkan tubuhnya yang berpostur tinggi dan mata sipit bagaikan artis Korea. Siapa saja yang memandangnya akan jatuh hati seketika."Masa air putih.
Danang yang saat ini sedang dalam pengaruh ibunya untuk selalu menceraikan Hana. Ternyata sifat Danang yang berubah ini adalah ucapan dari ibu Danang yang membuat Danang kebingungan harus menurut atau tidak."Danang, ibu sarankan kamu bercerai dengan Hana?""Memangnya kenapa Bu, aku harus menceraikan Hana, dia salah apa?""Kamu nggak tau Hana salah apa?""Apa Bu, Danang nggak tahu, bahkan sekarang Danang bahagia dengan rumah tangga Danang. Jadi kenapa harus menceraikan dia!""Danang, sejak kamu memilih menurut dengan ayahmu itu aja udah salah dimata ibu!""Maksud ibu?""Iya, sudah sejak awal kamu menurut dengan ayahmu untuk menikah dengan Hana itu aja udah salah! Salah dan salah!""Iya salahnya dimana?""Danang, kita itu keluarga terpandang, sementara istrimu orang miskin!""Jadi mana sederajat dengan kita, beda jauh Danang. Apa kamu nggak malu sama orang-orang diluar sana, dan kamu lihat saja istrimu itu benar-benar dekil. Nggak bisa merawat diri walau udah jadi nyonya sekarang!"Dan
"Jangan tunggu lama, sebelum Ica dimiliki orang lain dan kamu akan menyesal Danang!" Imbuh Bu Vina."Bu, Danang itu punya istri. Apa Ica mau sama Danang! Sementara Ica itu masih lajang dan Danang itu sudah beristri!"Bu Vina tersenyum mendengar ucapan putranya."Ibu jangan senyum bergitu, Danang jadi nggak ngerti!""Kamu tanya saja dengan Ica. Apakah dia mau dengan kamu atau nggak!" Ucap Bu Vina dengan menoleh kearah Ica."Bagaimana Ica? Apakah kamu suka dengan Danang sementara Danang sudah punya istri!" Tanya Bu Vina."Mau Bu, sangat-sangatlah mau. Ica nggak masalah mas Danang mau punya istri ataupun tidak. Jangankan satu istri. Mas Danang punya sepuluh istri saja, Ica mau sama mas Danang!" Ucap Ica dengan tatapan genit menatap danang."Wow...!!" Ucap Bu Vina terkesan."Kamu dengar sendiri Danang. Apakah kamu masih meragukan Ica?""Tapi mustahil wanita cantik seperti Ica mau dengan aku!!""Cinta nggak ada yang namanya mustahil mas!" Jawab Ica."Udah dulu ya. Ibu mau pergi, kalau masa
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak