Saat Hana mendekati orang itu Hana menantap heran dari atas hingga bawah orang itu. Karena wajahnya belum terlihat Hana hanya melihat lewat tubuh belakang orang itu. Hana melangkah dengan pelan-pelan."Maaf, cari siapa ya?" Tanya Hana seketika orang itu memutar badan dan Hana terkejut melihat siapa yang saat ini didepan matanya."Vi-vino!" Ucap Hana terbata.Orang yang berada didepan matanya tersenyum melihat Hana."Iya Hana, ini aku, vino!""Yaampun!" Ucap hana menutup mulutnya."Mari masuk kedalam, kita mengobrol didalam saja, sambil makan dan minum!" Ucap Hana dengan ramah. Hana mengajaknya masuk dan kemudian duduk dikursi."Kamu mau minum apa?"Vino tersenyum. "Nggak usah repot-repot!""Nggak repot kok. Mau minum apa?""Air putih saja sudah cukup!" Ucap vino pria tampan berkulit putih dengan lesung pipi yang membuatnya semakin menawan. Bahkan tubuhnya yang berpostur tinggi dan mata sipit bagaikan artis Korea. Siapa saja yang memandangnya akan jatuh hati seketika."Masa air putih.
Danang yang saat ini sedang dalam pengaruh ibunya untuk selalu menceraikan Hana. Ternyata sifat Danang yang berubah ini adalah ucapan dari ibu Danang yang membuat Danang kebingungan harus menurut atau tidak."Danang, ibu sarankan kamu bercerai dengan Hana?""Memangnya kenapa Bu, aku harus menceraikan Hana, dia salah apa?""Kamu nggak tau Hana salah apa?""Apa Bu, Danang nggak tahu, bahkan sekarang Danang bahagia dengan rumah tangga Danang. Jadi kenapa harus menceraikan dia!""Danang, sejak kamu memilih menurut dengan ayahmu itu aja udah salah dimata ibu!""Maksud ibu?""Iya, sudah sejak awal kamu menurut dengan ayahmu untuk menikah dengan Hana itu aja udah salah! Salah dan salah!""Iya salahnya dimana?""Danang, kita itu keluarga terpandang, sementara istrimu orang miskin!""Jadi mana sederajat dengan kita, beda jauh Danang. Apa kamu nggak malu sama orang-orang diluar sana, dan kamu lihat saja istrimu itu benar-benar dekil. Nggak bisa merawat diri walau udah jadi nyonya sekarang!"Dan
"Jangan tunggu lama, sebelum Ica dimiliki orang lain dan kamu akan menyesal Danang!" Imbuh Bu Vina."Bu, Danang itu punya istri. Apa Ica mau sama Danang! Sementara Ica itu masih lajang dan Danang itu sudah beristri!"Bu Vina tersenyum mendengar ucapan putranya."Ibu jangan senyum bergitu, Danang jadi nggak ngerti!""Kamu tanya saja dengan Ica. Apakah dia mau dengan kamu atau nggak!" Ucap Bu Vina dengan menoleh kearah Ica."Bagaimana Ica? Apakah kamu suka dengan Danang sementara Danang sudah punya istri!" Tanya Bu Vina."Mau Bu, sangat-sangatlah mau. Ica nggak masalah mas Danang mau punya istri ataupun tidak. Jangankan satu istri. Mas Danang punya sepuluh istri saja, Ica mau sama mas Danang!" Ucap Ica dengan tatapan genit menatap danang."Wow...!!" Ucap Bu Vina terkesan."Kamu dengar sendiri Danang. Apakah kamu masih meragukan Ica?""Tapi mustahil wanita cantik seperti Ica mau dengan aku!!""Cinta nggak ada yang namanya mustahil mas!" Jawab Ica."Udah dulu ya. Ibu mau pergi, kalau masa
Malam ini Hana pulang dengan dengan sangat bahagia, karena dirinya menjalin bisnis semakin hari semakin sukses. Bahkan sebelumnya Hana juga tak pernah berfikir jika dirinya akan bisa sesukses ini.Hana duduk diruang tamu menatap jam dinding disana. Melihat sang suami belum kunjung pulang."Kok tumben ya, mas Danang jam segini belum pulang!""Apa dia meeting lagi sama kelayen mangkanya belum pulang!"Hana masih saja bertanya-tanya dalam hatinya karena tak biasanya Danang belum pulang hingga pukul sembilan malam."Sebenarnya kemana kamu, mas. Kenapa kamu nggak pulang juga, aku jadi cemas kalau begini!" Gumam Hana yang masih duduk disofa ruang tamu, menunggu kedatangan sang suami."Sudah larut malam kamu tak kunjung pulang!""Aku jadi khawatir, apa meeting atau kemana ya, mudah-mudahan mas Danang nggak kenapa-kenapa!" Sambung Hana."Aku coba telfon sajalah." Hana mencoba menghubungi Danang.Triiingggggg....Suara telfon Danang berdering."Mas ada yang menelfon kamu?" Ucap Ica yang sedang
Hana pergi bersama sopir pribadi nya untuk mencari keberadaan sang suami. Namun tak kunjung bertemu. Hana pergi kekantor sang suami dan bertanya kepada kariawan kantor. Apakah Danang ada disana. Namun kariawan kantor berkata bahwa Danang tak ada dikantor sejak kemarin pulang, hingga kini Danang tak datang."Ya tuhan. Kenapa mas Danang. Kenapa dia nggak ada dikantornya. Apa mas Danang pergi kerumah ibu!"Hana termenung didalam mobil. Suara pak sopir menganggetkan Hana dan membuyarkan lamunannya."Bu, kita mau kemana? Setelah ini!" Tanya pak sopir."Kerumah ibu saja pak!""Baiklah Bu!" Ucap pak sopir kemudian langsung menuju kesana.Namun saat berhenti didepan rumah ibu mertuanya tak dilihat mobil sang suami disana."Kalau ada mas Danang seharunya ada mobilnya disini, tapi kenapa mobil mas Danang nggak ada, sebenarnya mas Danang kemana ya!" Batin Hana saat berhenti didepan rumah Bu Vina."Apa kita mau masuk kedalam Bu?" Tanya pak sopir."Kita tunggu disini saja pak, sekitar sepuluh meni
Saat Danang sudah masuk kedalam rumah. Danang ditanya oleh Bu Vina siapa sebenarnya pelaku yang melakukan ini semua kepada Ica dan danang.Ica menjawabnya, bahwa yang melakukan ini semua adalah perbuatan Hana istri dari Danang. Mata Bu Vina membulat sempurna saat mendengar nama Hana."Sialan! Hana berani sekali berbuat ini denganmu, sudah bosan hidup dia!" Ucap Bu Vina."Sudahlah Bu, lagi pula ini juga salah Danang, dia marah karena Danang ada bermain bersama Ica!" Jawab Danang."Ibu nggak rela Danang, kalau kamu dibuat seperti ini dengan Hana. Memangnya siapa Hana. Kenapa dia berani memperlakukan kamu dengan seenaknya. Dia itu wanita miskin dari kampung, nggak punya apa apa!""Berani sekali dia dengan kamu Danang, sekarang juga kamu ceraikan Hana dan ambil semua aset kamu disana. Supaya Hana menjadi gelandangan!" Sambung Bu Vina."Nggak bisa Bu!" Jawab Danang.Bu Vina kemudian menoleh kearah Danang, dengan tatapan kaget."Nggak bisa bagaimana? Kamu pasti bisa danang, melakukan ini se
"Hana yang kamu kenal bukan Hana yang dulu mas Danang, Hana yang sekarang adalah Hana yang mandiri dan mampu mengurus diri sendiri bahkan aku bisa hidup tanpa kamu, mas Danang!" Sambung Hana.Tring!!!Suara telfon tiba tiba berdering.["Iya hallo!"]["Bu, Hana. Besok bisa anda ambil surat kepengadilannya!"]["Baik pak, besok pagi saya akan mengambilnya, trimkasih banyak!"]["Baik Bu Hana. Saya tunggu kedatangannya besok!"]["Baik"] ucap Hana dengan memutus telfonnya."Kamu lihat saja mas Danang. Setelah kita bercerai, aku atau kamu yang mengalami kehancuran!" Ucap Hana dengan sorot mata yang kosong.Saat Hana sedang mengalami kekesalan terhadap Danang, tiba tiba saja. Shifa yang baru saja belajar berjalan, menghampiri Hana."Ma-mama....." Ucap shifa yang masih belajar berbicara. Diiringi baby sister Ina yang mengawasi putri kecil Hana.Hana tersenyum melihat Shifa sudah pandai berbicara walau masih belajar."Shifa sayang, kamu sudah bangun nak?" Ucap Hana dengan menggendong Shifa diat
Danang mendekat dan langsung diberi bisikan oleh ibunya, mata Danang membulat sempurna saat mendengarkan bisikan ibunya yang saat ini."Apa kamu nggak mau Danang??" Ucap Bu Vina dengan raut wajahnya yang penuh dengan rencana. Dan menyunggingkan senyumnya."Bagaimana? Apakah kamu setuju dengan ide ibu!" Ucap Bu Vina dengan raut wajah tersenyum."Mau Bu, asalkan kita bisa melakukannya!""Bukan ibu yang akan melakukannya, tapi kamu, danang. Hahaha!" Bu Vina dan juga Danang tertawa bersama.Bu Vina sedang menyusun rencana yang akan ia siapkan untuk Danang dan juga Ica. Entah apa rencana Danang dan ibunya saat ini.---Pagi ini Hana pergi kerumah mertuanya untuk mengantar surat gugat cerai. Hana pergi seorang diri hanya ditemani oleh sang supir pribadinya. Hana melangkah masuk kedepan pintu rumah Bu Vina.Ting tong...Ting tong...Suara bel ditekan oleh Hana.Tak menunggu lama, danang keluar dan membuka pintu. Betapa terkejutnya Danang melihat siapa yang ada didepan dirinya saat ini."Han-