Share

Bab 63

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-27 18:38:37

Kamar itu begitu sunyi. Hawa dingin yang ditiupkan titik hujan di luar sana membuat suasana semakin sejuk.

Di atas ranjang rumah sakit yang berada di kamar itu, Lavanya terbaring lemah.

Proses kuretase sudah selesai sejak beberapa jam yang lalu. Namun Lavanya masih belum sadarkan diri. Danish yang mendampingi duduk di kursi sebelah tempat tidur Lavanya. Pandangannya tidak beralih dari wajah pucat perempuan itu, menatapnya dengan penuh kekhawatiran. Sebelum Lavanya sadar dan membuka matanya Danish tidak akan bisa tenang.

Danish mengerjap. Dirinya pikir ia sedang berkhayal ketika melihat kelopak mata Lavanya bergerak kemudian terbuka pelan-pelan.

Butuh waktu beberapa detik bagi Lavanya untuk menyadari keadaannya. Ia tidak tahu di mana tempat ini dan apa yang menyebabkannya berada di sana.

"Lavanya..." Suara lembut yang sudah sangat ia hafal memanggil namanya.

Lavanya menggerakkan kepala dan mendapati Danish sedang duduk di sebelah kanannya.

"Saya di mana?" Lavanya bertanya lirih.

"Di
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 1

    "Cuma ini? Uang segini dapat apa? Sekarang apa-apa mahal, harga sembako naik. Token listrik baru lima hari udah bunyi, belum lagi gas dan pulsa!"Lavanya menatap nanar ke arah Neli, ibu mertuanya yang tengah marah-marah padanya.Lavanya baru saja memberikan uang sebanyak satu juta padanya. Ia baru menerima gaji, dan seperti biasa setiap kali habis gajian Lavanya selalu menyetorkan jatah untuk sang mertua.Lavanya cukup tahu diri. Ia masih tinggal menumpang di rumah mertuanya."Maaf, Bu, adanya cuma segitu," ujar Lavanya. Ia tidak mungkin memberikan semua uang yang dimilikinya pada Neli, sedangkan Lavanya juga punya kebutuhan yang harus dipenuhi."Bohong! Kamu kira ibu nggak tahu?!" Neli membelalak padanya. "Sini!" Wanita paruh baya itu merebut tas Lavanya yang tersampir di bahu kemudian membuka tas tersebut.Begitu menemukan dompet Lavanya, Neli mengambil sejumlah uang di sana hingga hanya menyisakan tiga helai uang kertas berwarna merah."Bu, jangan, Bu. Aku juga butuh uang itu, Bu."

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 2

    'Jadi selama ini aku dianggap apa?'Bukankah dia seorang istri? Bukankah dia menantu di rumah ini? Tapi mengapa mereka tidak menghargainya sama sekali?Perlahan-lahan ia melangkah pergi dari balik lemari dan kembali ke kamar.Ia menemukan Belia tertidur. Mungkin perutnya sudah kenyang setelah jajan tadi.Lavanya duduk di tepi tempat tidur dengan hati yang remuk. Ia menatap wajah polos anaknya lalu membelai lembut kepalanya."Mama nggak kuat lagi, Sayang. Mama nggak tahu entah sampai kapan bisa bertahan di rumah ini," bisiknya nyaris tanpa suara dengan perasaan sedih yang mendalam.Lavanya ingin pergi dari rumah itu. Ia ingin menemukan kebahagiaannya, tapi dengan uang tiga ratus ribu, ia bisa apa?Air mata menggenang di pelupuk matanya, namun Lavanya menahan agar tidak luruh. Jika menangis bisa membuatnya bebas, Lavanya sudah melakukannya sejak bertahun-tahun yang lalu.Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Erik masuk ke dalamnya."Pergi cuci piring sana. Aku lihat udah menumpuk. Kamu nggak ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 3

    "Bu Lavanya," panggil guru Belia, membangunkan Lavanya dari ketertegunannya.Lavanya menelan saliva. Tangannya yang menjinjing tas terasa gemetar. Ditatapnya guru Belia dengan perasaan malu sembari menyusun kata-kata di dalam hati."Iya, Bu. Saya minta maaf. Saya memang belum sempat membayarnya. Mohon diberi waktu beberapa hari lagi."Guru Belia tersenyum tipis, mencoba untuk mengerti, namun di sisi lain juga harus melaksanakan tugasnya. "Saya mengerti, Bu Lavanya, tapi pihak sekolah juga punya aturan. Kalau sampai awal bulan depan belum dibayar, pihak sekolah akan memberikan teguran resmi."Lavanya menganggukkan kepalanya. "Baik, Bu, saya janji paling lambat akhir bulan ini sudah dibayar.""Tolong diusahakan ya, Bu. Kasihan Belia kalau sampai ada kendala dalam kegiatan belajarnya."Perkataan tersebut semakin menyayat hati Lavanya. Ia tidak ingin hal buruk itu sampai terjadi. Belia pasti sedih jika pihak sekolah tidak mengizinkannya masuk. Apalagi Belia adalah anak yang rajin."Terima

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 4

    "Kenalkan, ini Pak Danish, owner perusahaan kita sekaligus CEO di kantor pusat," kata Bu Ratna pada Lavanya yang mematung.Nama itu menggema di kepala Lavanya.Danish.Pria yang pernah dicintainya. Cukup lama Danish menjadi bagian dari hidupnya sampai akhirnya lelaki itu pergi meninggalkan Lavanya demi melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.Lalu kini Danish berada di hadapannya. Dan ini benar-benar nyata.Tatapan Danish menelisik wajah Lavanya seolah ingin meyakinkan bahwa wanita yang berada di dekatnya saat ini adalah Lavanya yang dulu ia kenal.Namun, bedanya sekarang wanita itu tampak begitu dewasa walau wajahnya terlihat lelah.Lavanya berusaha mengendalikan diri dan menyapa Danish."Selamat pagi, Pak," ucapnya sembari sedikit menundukkan badannya sebagai tanda penghormatan."Pagi." Danish menjawab dengan suara yang tenang."Ada perlu apa, Lavanya?" sela Ratna menengahi.Jantung Lavanya masih berdegup dengan kencang. Untuk sejenak ia lupa apa alasannya datang ke ruangan itu.Nam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 5

    Lavanya tampak terkejut. Ia pikir pria itu sudah pergi, ternyata masih berada di kantornya."Iya, Pak? Tentang uang tadi—""Aku nggak membahas uang, Nya," potong Danish cepat sebelum Lavanya selesai dengan perkataannya."Jadi, Bapak mau apa?""Nggak usah seformal itu ngomong sama aku, Nya. Aku masih Danish yang dulu."Mata Lavanya mengelana ke sekitar, khawatir ada orang di dekat mereka yang mendengar percakapan itu.Para rekan kerjanya pasti akan menggosip jika tahu Lavanya bicara berdua dengan Danish."Maaf, Pak, kita lagi di kantor dan saya nggak mau orang-orang salah mengartikan keberadaan Bapak di dekat saya," jawab Lavanya sopan."Memangnya mereka mau mengartikan bagaimana?"Lavanya terdiam karenanya. Ia mulai resah lantaran terlalu lama berdekatan dengan Danish.Danish tersenyum tipis melihat Lavanya yang jelas-jelas gelisah, seolah ia menikmati reaksi perempuan itu."Aku cuma mau ngajak kamu makan siang, Nya."Lavanya bertambah grogi. Ia tidak mungkin makan siang dengan Danish.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 6

    Lavanya memandang layar ponselnya tanpa berkedip. Tidak ada tanda tanya. Tidak ada basa-basi. Hanya sekadar pengenalan. Tapi cukup untuk membuat jantungnya berdebar kencang.Jari-jemari Lavanya gemetar saat hendak mengirim balasan. Namun ia kembali menghapus huruf-huruf yang telah diketiknya.Pesan itu tidak perlu dibalas. Karena mungkin Danish hanya sekadar ingin memberitahu nomornya.Handphonenya kembali berdenting. Kali ini pesan dari Nadia yang memberitahu ada meeting siang ini.Lavanya mengesahkan napas. Ia harus kembali ke kantor sekarang.Ketukan high heels Lavanya yang bertemu dengan lantai menimbulkan bunyi tersendiri.Saat ia masuk ke kantornya ia menemukan keadaan yang sunyi. Ia memang telat hampir setengah jam akibat pulang ke rumah tadi.Ia menggegas langkahnya ke ruang meeting."Maaf, saya terlambat, Pak," kata Lavanya pada Herman—atasannya.Semua mata tertuju pada Lavanya, termasuk Danish. Lavanya pikir lelaki itu sudah pergi, nyatanya masih ada di sini.Herman menatap L

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 7

    "Ma, aku juga mau punya boneka kayak Oci," kata Belia malam itu."Boneka apa, Nak?" tanya Lavanya lembut."Oci beli boneka baru, Ma. Bagus deh," tunjuk Belia pada sepupunya yang sedang bermain boneka Hello Kitty berwarna pink.Lavanya hanya bisa menghela napas. Ia mengusap kepala putrinya sambil menahan sesak di dada. Ia ingin sekali membelikan boneka baru untuk Belia, tapi apa daya, untuk makan pun harus berhemat."Nanti kalau Mama punya uang kita beli ya, Nak," ucap Lavanya dengan suara setenang mungkin.Belia menganggukkan kepalanya meski kekecewaan jelas terlihat di wajahnya.Belia kemudian mengambil boneka beruangnya yang sudah kumal. Yang matanya sudah copot sebelah dan terdapat sobekan di bagian pinggang. Anak itu bermain berdua dengan sepupunya. Melihat hal itu Lavanya semakin tidak kuasa menahan perasaannya. Terlebih lagi ketika mendengar percakapan keduanya."Ih, Bel, boneka kamu jelek banget," hina Yosi."Nggak apa-apa. Walau jelek tapi ini boneka kesayanganku," jawab Belia

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 8

    Pipi Lavanya terasa panas dan perih, tapi hatinya jauh lebih sakit. Napasnya tersengal, dadanya bergetar hebat, menahan tangis yang hampir pecah. Ia meminjamkan mata, mencoba menelan semua perasaan sakit. Tapi amarah dan kecewa yang sudah lama ia pendam kini mendidih di dadanya. "Mas Erik...," suaranya gemetar, tetapi matanya basah dan penuh luka saat menatap Suaminya. "Kamu udah keterlaluan, Mas."Erik menggeram. Wajahnya merah karena emosi dan alkohol yang menguasai tubuhnya. "Kamu yang bikin aku kayak gini!" bentaknya. "Istri macam apa yang menolak suami sendiri? Sejak kapan kamu pandai menolakku, hah? Siapa yang ngajarin? Kamu lupa udah nggak punya siapa-siapa lagi selain aku?"Lavanya menggeleng, air matanya jatuh tanpa bisa dicegah. "Aku ini istrimu, Mas, tapi aku juga manusia. Aku capek, aku muak. Aku udah nggak tahan sama semua ini."Lavanya berusaha bangkit dari tempat tidur tapi Erik menahannya. Mata Lelaki itu membelalak, tangannya mencengkeram lengan Lavanya dengan kuat.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16

Bab terbaru

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 63

    Kamar itu begitu sunyi. Hawa dingin yang ditiupkan titik hujan di luar sana membuat suasana semakin sejuk.Di atas ranjang rumah sakit yang berada di kamar itu, Lavanya terbaring lemah. Proses kuretase sudah selesai sejak beberapa jam yang lalu. Namun Lavanya masih belum sadarkan diri. Danish yang mendampingi duduk di kursi sebelah tempat tidur Lavanya. Pandangannya tidak beralih dari wajah pucat perempuan itu, menatapnya dengan penuh kekhawatiran. Sebelum Lavanya sadar dan membuka matanya Danish tidak akan bisa tenang.Danish mengerjap. Dirinya pikir ia sedang berkhayal ketika melihat kelopak mata Lavanya bergerak kemudian terbuka pelan-pelan.Butuh waktu beberapa detik bagi Lavanya untuk menyadari keadaannya. Ia tidak tahu di mana tempat ini dan apa yang menyebabkannya berada di sana."Lavanya..." Suara lembut yang sudah sangat ia hafal memanggil namanya. Lavanya menggerakkan kepala dan mendapati Danish sedang duduk di sebelah kanannya."Saya di mana?" Lavanya bertanya lirih."Di

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 62

    Supir menghentikan mobilnya di depan instalasi gawat darurat. Danish langsung turun sambil membopong tubuh Lavanya. Beberapa orang petugas menyambut Danish."Tolong, Sus, dia pingsan dan pendarahan." Danish memberitahu dengan cepat.Lavanya dibaringkan di ranjang rumah sakit. Danish yang bermaksud mendampinginya terpaksa harus menyingkir karena suster menyuruhnya."Maaf, Pak, silakan tunggu di luar dulu."Dengan berat hati Danish bergerak meninggalkan Lavanya. Di dalam hati ia tidak berhenti berdoa demi keselamatan mantan kekasihnya. Danish berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Lavanya. Ia menyugesti diri bahwa semua akan baik-baik saja."Gimana?" tanya Ophelia ketika Danish kembali ke luar."Disuruh nunggu dulu, Mi."Ophelia menghela napasnya. "Bikin repot aja," ucapnya dengan kesal. "Lagian kenapa sih kamu sampai sepeduli itu sama dia? Ingat, Nish, dia bukan siapa-siapa kamu. Dia hanya karyawan biasa.""Selama dia di sini dia tanggung jawabku, Mi.""Tapi kamu nggak perlu me

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 61

    Matahari baru saja terbit di ufuk timur ketika Danish membuka mata. Dan hal pertama yang pria itu ingat adalah Lavanya. Di antara begitu banyak hal yang bisa ia pikirkan, Lavanya menempati urutan teratas.Mungkin Lavanya sudah bangun dan saat ini merasa kebingungan apa yang harus dilakukannya di lingkungan asing yang masih baru baginya.Danish segera turun dari tempat tidur. Ia menggegas langkah ke kamar Lavanya. Diketuknya pintu. Namun tidak ada sahutan dari dalam.Apa Lavanya masih tidur?Danish mengulangi ketukannya. Kali ini dengan lebih keras. Hasilnya tetap sama. Mungkin Lavanya sedang sarapan di ruang makan, pikirnya.Danish pergi ke ruang makan saat itu juga. Setibanya di sana ia menemukan Ophelia sedang menyantap sarapannya. Perempuan itu hanya sendiri karena kemarin sore suaminya berangkat ke luar negeri."Mi, Lavanya mana?" tanya Danish langsung.Ophelia yang sedang menyendok oatmeal sontak menghentikan suapannya. "Maksud kamu apa? Kok nanya Mami?""Lavanya nginap di sini,

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 60

    Ophelia melangkah anggun mengikuti Danish yang memimpin jalan di depannya. Begitu melihat kemunculan keduanya, Lavanya yang duduk di ruang tamu segera berdiri dan tersenyum sopan pada Ophelia."Lavanya, ini ibu Ophelia, mamiku. Mi, ini Lavanya, rekan kerjakuyang tadi aku ceritakan," kata Danish mengenalkan keduanya."Selamat malam, Bu." Lavanya menyapa Ophelia sambil mengulurkan tangannya untuk berjabatan.Wanita sosialita itu menyambut jabat tangan Lavanya. Mungkin Lavanya tidak menyadarinya, namun bagi Danish yang sudah sangat mengenal karakter sang ibu, ia tahu bahwa saat ini Ophelia sedang menilai Lavanya dalam hatinya.Ophelia tersenyum sambil menjabat tangan Lavanya. "Silakan duduk," ucap perempuan itu agar Lavanya kembali ke tempatnya.Lavanya mendudukkan diri di tempatnya tadi. Ini adalah pertemuan pertamanya dengan Ophelia. Selama ini ia hanya tahu wajah wanita itu melalui foto. Selama berpacaran dengan Danish, sang kekasih tidak pernah satu kali pun membawa ke rumahnya, apa

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 59

    Rumah orangtua Danish berdiri dengan megah di sebuah kawasan elit yang berada di Jakarta Selatan. Arsitekturnya bergaya klasik modern dengan pilar-pilar tinggi, jendela-jendela besar dan halaman yang begitu luas. Di sisi kanan terdapat taman beraneka bunga dengan lampu taman yang bercahaya terang. Di samping taman itu ada sebuah kolam renang berbentuk persegi dengan air berwarna biru yang menyejukkan mata.Gerbang hitam setinggi tiga meter otomatis terbuka, memberi jalan untuk taksi yang keduanya tumpangi. Lavanya meremas tali tasnya. Jantungnya memompa darah jauh lebih cepat dari yang seharusnya. Ada perasaan asing menjalari dirinya. Semacam rasa tidak pantas berada di tempat itu. Bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya membuat nyalinya sedikit ciut."Ayo kita turun," ajak Danish ketika taksi berhenti tepat di halaman rumah.Lavanya menghela napas, mempersiapkan diri untuk bertemu dengan orang di dalam istana besar itu.Rumah itu terlihat sunyi. Mungkin para penghuninya sudah bera

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 58

    Lavanya tersentak kaget kala mendengar dering suara ponsel. Bukan miliknya, tapi berasal dari pria di seberang mejanya. Seluruh lamunannya mengenai masa lalu buyar saat itu juga.Danish mengambil handphonenya dan melihat nama 'Mami' di layar. Ternyata ibunya yang menelepon."Boleh aku terima telepon dulu?" katanya meminta izin pada Lavanya.Danish tidak berubah. Dari zaman mereka berpacaran dulu selalu sama. Setiap kali mereka bersama dan ada telepon masuk ia akan selalu meminta izin terlebih dahulu pada Lavanya sebelum menjawabnya. Hanya saja yang berubah saat ini adalah status hubungan mereka."Silakan, Pak," jawab Lavanya sopan. "Saya mau ke toilet dulu." Ia pikir Danish butuh privasi untuk berbicara dengan seseorang di seberang sana."Kamu nggak perlu pergi, Nya. Itu telepon dari Mami, nggak ada yang rahasia," cegah Danish seolah tahu apa yang saat ini mengisi kepala Lavanya.Lavanya urung melaksanakan niatnya. Ia tetap duduk di tempat. Lantaran tidak ingin dianggap menguping, Lav

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 57

    Lavanya menundukkan kepala, memutus pertemuan mata yang intens di antara mereka. Beruntung pelayan restoran datang mengantar pesanan keduanya.Dua piring hidangan disajikan untuk mereka. Roasted chicken wing with garlic herb butter untuk Lavanya, serta tenderloin steak untuk Danish. Sedangkan untuk minumannya iced lychee tea favorit Lavanya dan juice apple kesukaan Danish.Baru melihatnya saja Lavanya sudah merasakan kesegaran mengaliri tenggorokannya. "Silakan dimakan, Nya," suruh Danish.Lavanya mengangguk lalu menyuap sayap ayamnya. Setiap potongan yang ia telan seakan sedang memanggil kenangan masa lalu ke permukaan. Kenangan indah yang sayangnya sangat menyesakkan dada. Rasa garlic butter yang gurih membawanya ke kamar tidur rumah kontrakannya beberapa tahun yang silam.Lavanya ingat betul kejadiannya. Saat itu Lavanya sedang sakit. Perubahan cuaca yang tiba-tiba dan sukar diprediksi berhasil melumpuhkannya. Semalam ia pulang kehujanan. Kebetulan di saat itu daya tahan tubuhnya

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 56

    Setelah meeting selesai Danish membawa Lavanya ke hotel tempat mereka akan menginap selama dua hari ini.Sebenarnya Danish bisa saja menginap di rumah orangtuanya, tapi ia memilih menginap di hotel dengan Lavanya. Alasannya sederhana, agar ia bisa mendampingi Lavanya jika sewaktu-waktu perempuan itu membutuhkan.Sepanjang perjalanan menuju hotel yang terletak tidak jauh dari kantor Serenity Group, Lavanya tidak mengatakan apa pun. Momen manis saat meeting tadi membuatnya merasa canggung pada Danish. Apalagi ia tahu persis seluruh peserta rapat memerhatikan mereka.Mobil yang membawa keduanya berbelok memasuki halaman sebuah hotel bintang lima dan menurunkan mereka tepat di depan lobi. Seorang petugas hotel dengan sigap membawakan koper Lavanya dan Danish. Setelah check in, sepasang mantan kekasih itu naik ke kamar yang berada di lantai atas yang letaknya bersebelahan."Mau makan dulu atau istirahat?" tanya Danish setelah tiba di depan pintu kamar Lavanya."Istirahat dulu, Pak. Dan ka

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 55

    Puluhan menit kemudian guncangan ringan dari helikopter yang menyesuaikan ketinggian membuat Lavanya terbangun. Seiring dengan kelopak matanya yang terbuka, ia merasakan tubuhnya lebih segar dari sebelumnya. Meski begitu sakit di perutnya tidak kunjung hilang. Sedetik setelahnya ia menyadari sesuatu yang berbeda. Ternyata kepalanya berada di pundak Danish. Entah sejak kapan. Lavanya yang terkejut seketika mengangkatnya. Pipinya bersemu karena malu."Maaf, Pak, saya nggak nyadar, tadi ketiduran," ucapnya tanpa berani memandang pada lelaki di sampingnya.Lelaki itu menerbitkan senyum tipis dari bibirnya. Ia terlihat santai. "Kamu terlalu banyak meminta maaf, Nya. Kamu nggak salah apa-apa padahal."Walau Danish menganggap sebagai hal yang wajar, tetapi tertidur di pundak atasan sekaligus mantan kekasih, tidaklah lazim menurut Lavanya.Kepalanya tertunduk semakin dalam, mengimbangi rasa malu yang kian menyebar. Berbagai perasaan melingkupi hatinya. Antara malu, terharu dan juga nyaman. Ke

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status