Share

Bab 46

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-21 19:25:00

Hari ini dokter sudah mengizinkan Belia pulang. Kebetulan hari ini bertepatan dengan hari Minggu.

"Dokter bilang hari ini Belia sudah boleh pulang. Ayo siap-siap," kata Lavanya. Ia mengambil baju Belia lalu membantu memasangkan ke tubuh mungil sang putri, mengganti dengan pakaian rumah sakit.

Belia tidak menanggapi dengan kata-kata. Mulut kecilnya terkatup rapat.

"Kok cuma diam? Belia nggak senang ya pulang ke rumah?" tanya Lavanya menyadari ekspresi muram yang tercetak dengan jelas di wajah Belia.

"Papa mana, Ma? Kenapa Papa nggak datang? Papa nggak jemput kita ya?"

Pertanyaan Belia yang diucapkan dengan kesedihan menampar Lavanya dengan keras. Lavanya sudah mencoba menghubungi Erik dan memberitahu bahwa hari ini mereka akan pulang. Ia juga meminta kesediaan pria itu untuk menjemput agar putri mereka senang. Tapi tidak ada tanggapan apa-apa. Erik seolah menutup mata dan menyerahkan semua tanggungjawabnya pada Lavanya. Sejak kunjungannya dengan Mona kala itu, Erik tidak pernah lagi d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 47

    "Lagi ada tamu ya, Ma?" tanya Belia yang tidak lepas memegang buket uangnya."Mungkin, Sayang. Ayo kita masuk."Lavanya dan Belia membawa langkah ke dalam rumah. Seketika suara tawa canda tadi terhenti, sama dengan Lavanya yang juga menghentikan langkahnya begitu melihat Erik dan Mona duduk berdua di sofa ruang tamu dengan tubuh yang saling menempel."Papa!" seru Belia."Eh, udah pulang?" balas Erik datar."Papa kenapa nggak jemput aku ke rumah sakit?" Belia menanyakan alasannya."Ini Papa sama Tante Mona rencananya mau jemput Belia, tapi Belia udah keburu pulang. Jadi Papa nggak salah, 'kan?""Nggak," ucap Belia walau kecewa.Belia memandangi Mona. Perempuan itu tersenyum padanya."Belia udah sehat?" Anak kecil yang rambutnya dikepang itu mengangguk lemah."Oh iya, nanti Tante Mona bawain susu sama roti lagi ya?""Nggak usah, Mon," jawab Lavanya cepat. Ia tidak sudi menerima apa pun dari perempuan itu."Santai aja, Nya, nggak usah malu. Nggak beli kok. Tinggal ambil di toko." Perha

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 48

    Lavanya menatap Neli dengan perasaan kecewa. Harapannya tentang kehamilannya yang akan disambut dengan gembira pupus saat itu juga. Kata-kata Neli yang kasar begitu menyakitinya. Semestinya sejak awal ia menyadari ia tidak perlu berharap apa-apa dari keluarga suaminya.Lavanya menggelengkan kepala, menolak permintaan mertuanya. "Aku nggak akan menggugurkannya, Bu. Aku nggak bisa."Mendengar penolakan Lavanya membuat Neli semakin marah. Mata perempuan itu membelalak lebar. "Nggak bisa kamu bilang? Enak aja kamu bilang begitu. Sampai kapan kamu mau nyusahin hidup Erik? Dia udah menderita karena hidup sama kamu. Dan sekarang kamu masih belum puas juga menambah bebannya?"Lavanya tidak mengerti. Kenapa Neli begitu mudah memutarbalikkan fakta. Bukan Erik yang menderita, tapi Lavanyalah yang sengsara hidup dengannya. Bukan Lavanya yang menjadi beban, tapi Erik dan keluarganyalah yang menjadi parasit dalam hidup Lavanya.Meskipun hatinya sakit mendengar tudingan Neli, namun Lavanya masih men

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 49

    Detik itu juga jantung Lavanya seakan berhenti berdetak mendengarnya. Buket uang itu kini tergeletak di atas tempat tidur dan tampak berantakan. Dengan hati hancur Lavanya menghitung uang yang tersisa. Perasaan geram, marah, sedih dan kecewa berebutan mengambil tempat di hatinya ketika mengetahui Erik mengambil lima juta dari buket uang itu, setengah dari total keseluruhannya."Papa bilang apa sama Belia?""Papa bilang pinjam uangnya dulu. Aku udah bilang nggak mau tapi Papa bilang nanti bakal ganti uangnya. Terus Papa pergi sama Tante Mona," jelas Belia sesenggukan.Lavanya sontak merengkuh putrinya itu, membawa ke pelukannya. Tangis Belia semakin deras di dada Lavanya. Anak itu benar-benar sedih karena buket uangnya rusak."Belia, Mama tahu Belia sedih. Mama janji kalau ada uang Mama akan ganti uang yang diambil Papa," bujuk Lavanya menghibur Belia."Kalau Om Danish tahu, dia pasti marah, Ma. Buket uang itu, 'kan, untuk aku." Belia masih terisak di dada Lavanya."Om Danish nggak ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 50

    Lavanya menunduk memandangi gelas bening berisi cairan coklat pekat di hadapannya. Seketika ia menutup hidungnya dengan telapak tangan ketika menghirup aroma yang begitu menusuk dari cairan itu.Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba Neli menjadi begitu baik padanya? Baru kemarin perempuan itu memaksa Lavanya agar menggugurkan kandungannya, namun pagi ini sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. Tidak mungkin juga, 'kan, mertuanya berubah pikiran secepat itu?"Kenapa melamun? Ayo diminum jamunya. Ibu kasihan melihat kamu muntah-muntah terus. Dulu waktu Ibu mengandung Erik, Ibu juga rutin minum jamu biar kuat dan nggak muntah-muntah lagi."Lavanya merasa ragu. Selain tidak pernah menyukai jamu, akal sehatnya memberi peringatan akan perubahan sikap Neli yang tiba-tiba."Bu, aku nggak suka jamu. Maaf." Itu yang Lavanya ucapkan."Ibu tahu. Tapi kamu itu lagi hamil, Lavanya. Dipaksain minum jamunya. Kalau kamu sakit, 'kan Erik juga yang repot. Emangnya kamu nggak kasihan sama suamimu?

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 51

    Saat jam makan siang Lavanya benar-benar pergi dengan Danish. Yang orang-orang kantor tahu adalah keduanya pergi bersama mengantar dokumen penawaran tender. Tidak terlalu lama, mereka akhirnya tiba di komplek perumahan yang dituju. Perumahan tersebut masih baru dan terletak tidak terlalu jauh dari pusat kota. Jalan yang membentang di sana juga sudah diaspal licin. Setelah melalui gerbang perumahan, Danish menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah berwarna krem. Rumah tipe 36 itu memang sederhana, tapi begitu manis dengan bunga-bunga yang tumbuh di halaman kecil di depannya."Ini salah satu unit yang siap huni. Letaknya strategis, nggak terlalu jauh dari gerbang. Tapi kalau kamu kurang sreg, kita bisa mencari unit lain," jelas Danish sembari turun dari mobil dan menunjuk rumah di hadapan mereka.Lavanya mengamati rumah tersebut dengan saksama. Ada jendela-jendela besar yang memungkinkan cahaya matahari masuk dengan leluasa. Pintunya yang mengilat, baru selesai dipernis dan berwarna

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 52

    "Biar kandungan kamu kuat, Lavanya. Ibu masih ingat, dulu beberapa kali kamu hampir keguguran waktu mengandung Belia," jawab Neli membeberkan alasannya. Lavanya mengerutkan dahi. Perubahan sikap Neli yang begitu drastis hanya dalam waktu satu malam menimbulkan kecurigaan tak berkesudahan di hatinya. "Kenapa tiba-tiba Ibu berubah sikap? Bukankah kemarin Ibu ngotot maksa aku buat menggugurkannya?" "Kemarin Ibu memang berpikiran begitu. Tapi ibu merenung dan menyadari kalau Ibu salah. Bagaimana mungkin Ibu menyuruh kamu meminta menggugurkan cucu sendiri. Anak kamu adalah cucu Ibu juga. Walau bagaimanapun dia adalah daging Erik. Ibu minta maaf soal kemarin." Lavanya terdiam. Neli tampak bersungguh-sungguh, membuat Lavanya berada di ambang keraguan. "Ayo! Tunggu apa lagi? Kasihan Bu Yati. Dia udah nunggu kamu pulang dari tadi." Suara Neli terdengar mendesak dan penuh tuntutan. Lavanya melirik ke arah Erik, meminta bantuan agar mendukungnya. Namun suaminya itu hanya diam. Ia duduk

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 53

    Terbangun pagi ini, sekujur tubuh Lavanya terasa sakit-sakitan, terutama bagian perut bawahnya. Andai saja bisa Lavanya ingin beristirahat di rumah. Namun lantaran sudah mengambil cuti waktu Belia sakit, Lavanya tidak enak jika harus absen lagi. Ia memaksakan diri untuk berangkat ke kantor."Lemas banget, Nya, mukamu pucat," kata Nadia ketika melihat Lavanya muncul. "Lagi sakit?""Masa?" Lavanya memegang pipinya.Nadia mengangguk."Oh, mungkin karena aku nggak pake bedak." Lavanya berdalih menyembunyikan keadaannya.Nadia tidak sepenuhnya percaya namun tidak memperpanjangnya. "Gimana Mas Erik? Ada tanda-tanda mencurigakan?" tanyanya dengan suara separuh berbisik."Ya gitu.""Ya gitu gimana?"Lavanya menghela napas. Tidak tahu dari mana harus memulai. Yang akhirnya ia katakan adalah, "Aku nggak pernah membahas mengenai foto itu.""Ih, gimana sih? Dia selingkuh lho! Dia check in di hotel!" kata Nadia geregetan. Jika ia menjadi Lavanya, ia pasti sudah bertengkar hebat dengan suaminya. Ba

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 54

    Pagi itu gerimis kecil baru saja membasahi kota A. Lavanya tiba di kantor dengan menggunakan taksi. Setelah berterima kasih, ia menjinjing koper kecilnya ke dalam kantor. Erik masih tidur saat ia tinggalkan tadi. Meskipun suaminya itu tidak mengizinkan, Lavanya tetap pergi. Kemarin malam Lavanya juga menelepon Nadia, meminta bantuannya untuk mengantar jemput Belia ke sekolah selama dirinya tidak berada di Jakarta, jika Erik melalaikan tugasnya."Kamu sudah siap, Nya?" tanya Danish begitu melihat Lavanya muncul.Lavanya mengangguk dan mengatakan, "Sudah, Pak.""Kita berangkat sekarang. Kita nggak naik pesawat komersial. Kemarin Bu Ratna nggak jadi mengatur penerbangan untuk kita karena kantor pusat mengirim helikopter untuk berangkat," jelas Danish di sela-sela langkah menuju mobil yang standby di depan lobi.Lavanya menelan saliva. Apa katanya? Berangkat dengan helikopter? Itu artinya selain ada pilot, ia hanya berdua dengan Danish, 'kan?Entah kenapa tiba-tiba saja detak jantung L

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23

Bab terbaru

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 58

    Lavanya tersentak kaget kala mendengar dering suara ponsel. Bukan miliknya, tapi berasal dari pria di seberang mejanya. Seluruh lamunannya mengenai masa lalu buyar saat itu juga.Danish mengambil handphonenya dan melihat nama 'Mami' di layar. Ternyata ibunya yang menelepon."Boleh aku terima telepon dulu?" katanya meminta izin pada Lavanya.Danish tidak berubah. Dari zaman mereka berpacaran dulu selalu sama. Setiap kali mereka bersama dan ada telepon masuk ia akan selalu meminta izin terlebih dahulu pada Lavanya sebelum menjawabnya. Hanya saja yang berubah saat ini adalah status hubungan mereka."Silakan, Pak," jawab Lavanya sopan. "Saya mau ke toilet dulu." Ia pikir Danish butuh privasi untuk berbicara dengan seseorang di seberang sana."Kamu nggak perlu pergi, Nya. Itu telepon dari Mami, nggak ada yang rahasia," cegah Danish seolah tahu apa yang saat ini mengisi kepala Lavanya.Lavanya urung melaksanakan niatnya. Ia tetap duduk di tempat. Lantaran tidak ingin dianggap menguping, Lav

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 57

    Lavanya menundukkan kepala, memutus pertemuan mata yang intens di antara mereka. Beruntung pelayan restoran datang mengantar pesanan keduanya.Dua piring hidangan disajikan untuk mereka. Roasted chicken wing with garlic herb butter untuk Lavanya, serta tenderloin steak untuk Danish. Sedangkan untuk minumannya iced lychee tea favorit Lavanya dan juice apple kesukaan Danish.Baru melihatnya saja Lavanya sudah merasakan kesegaran mengaliri tenggorokannya. "Silakan dimakan, Nya," suruh Danish.Lavanya mengangguk lalu menyuap sayap ayamnya. Setiap potongan yang ia telan seakan sedang memanggil kenangan masa lalu ke permukaan. Kenangan indah yang sayangnya sangat menyesakkan dada. Rasa garlic butter yang gurih membawanya ke kamar tidur rumah kontrakannya beberapa tahun yang silam.Lavanya ingat betul kejadiannya. Saat itu Lavanya sedang sakit. Perubahan cuaca yang tiba-tiba dan sukar diprediksi berhasil melumpuhkannya. Semalam ia pulang kehujanan. Kebetulan di saat itu daya tahan tubuhnya

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 56

    Setelah meeting selesai Danish membawa Lavanya ke hotel tempat mereka akan menginap selama dua hari ini.Sebenarnya Danish bisa saja menginap di rumah orangtuanya, tapi ia memilih menginap di hotel dengan Lavanya. Alasannya sederhana, agar ia bisa mendampingi Lavanya jika sewaktu-waktu perempuan itu membutuhkan.Sepanjang perjalanan menuju hotel yang terletak tidak jauh dari kantor Serenity Group, Lavanya tidak mengatakan apa pun. Momen manis saat meeting tadi membuatnya merasa canggung pada Danish. Apalagi ia tahu persis seluruh peserta rapat memerhatikan mereka.Mobil yang membawa keduanya berbelok memasuki halaman sebuah hotel bintang lima dan menurunkan mereka tepat di depan lobi. Seorang petugas hotel dengan sigap membawakan koper Lavanya dan Danish. Setelah check in, sepasang mantan kekasih itu naik ke kamar yang berada di lantai atas yang letaknya bersebelahan."Mau makan dulu atau istirahat?" tanya Danish setelah tiba di depan pintu kamar Lavanya."Istirahat dulu, Pak. Dan ka

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 55

    Puluhan menit kemudian guncangan ringan dari helikopter yang menyesuaikan ketinggian membuat Lavanya terbangun. Seiring dengan kelopak matanya yang terbuka, ia merasakan tubuhnya lebih segar dari sebelumnya. Meski begitu sakit di perutnya tidak kunjung hilang. Sedetik setelahnya ia menyadari sesuatu yang berbeda. Ternyata kepalanya berada di pundak Danish. Entah sejak kapan. Lavanya yang terkejut seketika mengangkatnya. Pipinya bersemu karena malu."Maaf, Pak, saya nggak nyadar, tadi ketiduran," ucapnya tanpa berani memandang pada lelaki di sampingnya.Lelaki itu menerbitkan senyum tipis dari bibirnya. Ia terlihat santai. "Kamu terlalu banyak meminta maaf, Nya. Kamu nggak salah apa-apa padahal."Walau Danish menganggap sebagai hal yang wajar, tetapi tertidur di pundak atasan sekaligus mantan kekasih, tidaklah lazim menurut Lavanya.Kepalanya tertunduk semakin dalam, mengimbangi rasa malu yang kian menyebar. Berbagai perasaan melingkupi hatinya. Antara malu, terharu dan juga nyaman. Ke

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 54

    Pagi itu gerimis kecil baru saja membasahi kota A. Lavanya tiba di kantor dengan menggunakan taksi. Setelah berterima kasih, ia menjinjing koper kecilnya ke dalam kantor. Erik masih tidur saat ia tinggalkan tadi. Meskipun suaminya itu tidak mengizinkan, Lavanya tetap pergi. Kemarin malam Lavanya juga menelepon Nadia, meminta bantuannya untuk mengantar jemput Belia ke sekolah selama dirinya tidak berada di Jakarta, jika Erik melalaikan tugasnya."Kamu sudah siap, Nya?" tanya Danish begitu melihat Lavanya muncul.Lavanya mengangguk dan mengatakan, "Sudah, Pak.""Kita berangkat sekarang. Kita nggak naik pesawat komersial. Kemarin Bu Ratna nggak jadi mengatur penerbangan untuk kita karena kantor pusat mengirim helikopter untuk berangkat," jelas Danish di sela-sela langkah menuju mobil yang standby di depan lobi.Lavanya menelan saliva. Apa katanya? Berangkat dengan helikopter? Itu artinya selain ada pilot, ia hanya berdua dengan Danish, 'kan?Entah kenapa tiba-tiba saja detak jantung L

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 53

    Terbangun pagi ini, sekujur tubuh Lavanya terasa sakit-sakitan, terutama bagian perut bawahnya. Andai saja bisa Lavanya ingin beristirahat di rumah. Namun lantaran sudah mengambil cuti waktu Belia sakit, Lavanya tidak enak jika harus absen lagi. Ia memaksakan diri untuk berangkat ke kantor."Lemas banget, Nya, mukamu pucat," kata Nadia ketika melihat Lavanya muncul. "Lagi sakit?""Masa?" Lavanya memegang pipinya.Nadia mengangguk."Oh, mungkin karena aku nggak pake bedak." Lavanya berdalih menyembunyikan keadaannya.Nadia tidak sepenuhnya percaya namun tidak memperpanjangnya. "Gimana Mas Erik? Ada tanda-tanda mencurigakan?" tanyanya dengan suara separuh berbisik."Ya gitu.""Ya gitu gimana?"Lavanya menghela napas. Tidak tahu dari mana harus memulai. Yang akhirnya ia katakan adalah, "Aku nggak pernah membahas mengenai foto itu.""Ih, gimana sih? Dia selingkuh lho! Dia check in di hotel!" kata Nadia geregetan. Jika ia menjadi Lavanya, ia pasti sudah bertengkar hebat dengan suaminya. Ba

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 52

    "Biar kandungan kamu kuat, Lavanya. Ibu masih ingat, dulu beberapa kali kamu hampir keguguran waktu mengandung Belia," jawab Neli membeberkan alasannya. Lavanya mengerutkan dahi. Perubahan sikap Neli yang begitu drastis hanya dalam waktu satu malam menimbulkan kecurigaan tak berkesudahan di hatinya. "Kenapa tiba-tiba Ibu berubah sikap? Bukankah kemarin Ibu ngotot maksa aku buat menggugurkannya?" "Kemarin Ibu memang berpikiran begitu. Tapi ibu merenung dan menyadari kalau Ibu salah. Bagaimana mungkin Ibu menyuruh kamu meminta menggugurkan cucu sendiri. Anak kamu adalah cucu Ibu juga. Walau bagaimanapun dia adalah daging Erik. Ibu minta maaf soal kemarin." Lavanya terdiam. Neli tampak bersungguh-sungguh, membuat Lavanya berada di ambang keraguan. "Ayo! Tunggu apa lagi? Kasihan Bu Yati. Dia udah nunggu kamu pulang dari tadi." Suara Neli terdengar mendesak dan penuh tuntutan. Lavanya melirik ke arah Erik, meminta bantuan agar mendukungnya. Namun suaminya itu hanya diam. Ia duduk

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 51

    Saat jam makan siang Lavanya benar-benar pergi dengan Danish. Yang orang-orang kantor tahu adalah keduanya pergi bersama mengantar dokumen penawaran tender. Tidak terlalu lama, mereka akhirnya tiba di komplek perumahan yang dituju. Perumahan tersebut masih baru dan terletak tidak terlalu jauh dari pusat kota. Jalan yang membentang di sana juga sudah diaspal licin. Setelah melalui gerbang perumahan, Danish menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah berwarna krem. Rumah tipe 36 itu memang sederhana, tapi begitu manis dengan bunga-bunga yang tumbuh di halaman kecil di depannya."Ini salah satu unit yang siap huni. Letaknya strategis, nggak terlalu jauh dari gerbang. Tapi kalau kamu kurang sreg, kita bisa mencari unit lain," jelas Danish sembari turun dari mobil dan menunjuk rumah di hadapan mereka.Lavanya mengamati rumah tersebut dengan saksama. Ada jendela-jendela besar yang memungkinkan cahaya matahari masuk dengan leluasa. Pintunya yang mengilat, baru selesai dipernis dan berwarna

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 50

    Lavanya menunduk memandangi gelas bening berisi cairan coklat pekat di hadapannya. Seketika ia menutup hidungnya dengan telapak tangan ketika menghirup aroma yang begitu menusuk dari cairan itu.Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba Neli menjadi begitu baik padanya? Baru kemarin perempuan itu memaksa Lavanya agar menggugurkan kandungannya, namun pagi ini sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. Tidak mungkin juga, 'kan, mertuanya berubah pikiran secepat itu?"Kenapa melamun? Ayo diminum jamunya. Ibu kasihan melihat kamu muntah-muntah terus. Dulu waktu Ibu mengandung Erik, Ibu juga rutin minum jamu biar kuat dan nggak muntah-muntah lagi."Lavanya merasa ragu. Selain tidak pernah menyukai jamu, akal sehatnya memberi peringatan akan perubahan sikap Neli yang tiba-tiba."Bu, aku nggak suka jamu. Maaf." Itu yang Lavanya ucapkan."Ibu tahu. Tapi kamu itu lagi hamil, Lavanya. Dipaksain minum jamunya. Kalau kamu sakit, 'kan Erik juga yang repot. Emangnya kamu nggak kasihan sama suamimu?

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status