"Kenapa sih cowok kalau lagi ada masalah larinya ke mabok atau nggak nyewa cewek." Suara ketus itu nggak bikin gue noleh.Setelah pertengkaran dengan Lora dan berlanjut dengan mami demi memastikan omongan Lora, gue malah berakhir di klub malam milik Senja, satu-satunya teman perempuan yang gue punya. Lagi-lagi gue nggak mendapatkan penyelesaian apapun entah itu dengan mami atau Lora. Kami jadi semakin berjarak sekarang. Terasa jauh sampai gue malas buat mengikis jarak itu.Sembari menghisap rokoknya Senja melanjutkan. "Lihat kelakukan lo yang mirip sama om bikin gue nggak aneh lagi. Cepat atau lambat Reno si bangsat bakal comeback kan?"Perempuan itu bahkan nggak pernah berubah sekalipun umurnya semakin tua. Senja selalu punya banyak sekali hinaan dalam mulut kecilnya."Ada masalah?" Tanyanya sekali lagi setelah nggak dapat jawaban apa-apa. Gue memilih kembali meneguk minuman.Mendengus samar, "Itu kan udah jadi nama panjang gue. Lo tumben nggak ngamar?" Berbalik gue tatap wajah Senja
Ada yang pernah berjanji untuk tak pernah menyakiti, ada yang pernah percaya bahwa segala janji itu pasti di tepati. Tapi luka yang datang bertubi-tubi menutup kembali rasa cinta yang pernah bersemi.Ada yang lupa untuk selalu tetap ada sekalipun semesta hanya menabur lara. Kata-kata itu menghilang di udara saat badai besar datang menghancurkan segala rasa yang ada. Melewati banyak rasa dengan segenap rasa percaya bila kelak akan ada bahagia tercipta. Sudah sejak lama Lora berpikir bila bahagia bukan bagian dari kehidupan miliknya, merasa memiliki Reno sebagai seseorang, Lora lupa bila rasa sakit datang dari orang-orang terdekat.Kemana perginya semua keyakinan yang dulu sekali ia yakini bila menerima Reno sama dengan membuka kesempatan untuk bahagia. Seharusnya saat ibu pria itu menolaknya ia langsung pergi, bukan menjadi si paling tegar dengan menerima banyak penolakan.Lebih miris lagi bila pernikahan milik mereka tak di datangi pihak pria. Hanya kakak laki-laki Reno yang datang m
Banyak sekali rasa-rasa baru yang semakin manusia gilai, melupakan logika, melunturkan banyak kenyataan, ia bangun harapan, ia susun banyak perkataan menggiurkan, hingga segalanya tak bisa teratasi, tanpa sadar mereka melupakan keinginan awal, menghapus banyak rangkaian, seharusnya manusia tak boleh meletakan logika begitu saja. Karena memang cinta tak butuh banyak berpikir kan?Pada awalnya ini terasa menyenangkan, mereka baik-baik saja, lambat laun Lora mulai menikmati kehidupannya, menikah dengan Reno menjadi alasan ia bersyukur di setiap doa-doa miliknya. Ia menyukai peran barunya, meski kelelahan Lora tak masalah. Sungguh, menghabiskan banyak hari dengan Reno membuat Lora semakin terlena. Ia merasa diinginkan, perasaan yang tak ia dapatkan di rumahnya sendiri.Reno berperan dengan baik hingga Lora merasa memiliki hak penuh pada pria itu. Hari-harinya terasa lebih menyenangkan dibanding sebelumnya. Sampai pertengkaran-pertengkaran kecil mulai muncul kepermukaan dan ini salah satu
Pernah menikah, juga pernah jatuh cinta, tapi keduanya gagal Arsen pertahanan. Dalam kehidupan yang ia jalani Arsen hanya punya nama, sebab segala peran sudah kedua orangtuanya atur semenarik mungkin bagi mereka. Ia hanya boleh patuh sekalipun dirinya terluka.Jadi saat melihat Lora yang memang adalah bawahannya terlalu sering melamun dan lebih diam membuat duda tanpa anak itu memesan satu frappuccino dan satu loyang besar American cheesecake di atas meja yang juga adik iparnya.Saat Reno berbicara tentang pernikahan dan memutuskan menikah tanpa restu keluarga membuat Arsen bangga. Karena diantara mereka harus ada yang benar-benar menemukan seseorang kan? Tapi melihat kelakuan Reno yang terlihat mirip omnya membuat pria itu merasa bersalah. Entahlah rasa empati itu terlalu tinggi hingga tanpa sadar Arsen merangkul bahu Lora yang tengah melamun di taman."Bang, kok di sini?" Tanya Lora kaget setelah menyadari bila bos sekaligus saudara suaminya malah merangkul bahunya tanpa sebab. Mel
Jika dulu bisa melepaskan akankah bahagia itu datang? Bukan duka yang sedang dikumpulkan. Bila sedari awal memilih meninggalkan akankah rasa menyenangkan itu hadir dalam bayang? Dan bukan suara tangis dan kehidupan penuh ironis yang harus di perankan. Boleh kah meminjam waktu, lalu untuk mengembalikan, setidaknya tak boleh ada yang terluka."Kenapa sih kamu harus jatuh cinta sama wanita kayak gitu? Mana di nikahin segala lagi.""Kenapa mami nggak suka sama Lora?" Tanya Reno setelah hening cukup lama. Mereka, maksudnya Reno, ibunya dan kedua kakaknya tengah menikmati makan siang bersama.Dan Reno tak mendapatkan jawaban apapun.Sebenarnya Reno ingin menghubungi istrinya dan mereka bisa makan bersama, tapi larangan ibunya serta beberapa ancaman membuat pria itu mengurungkan niatnya. Mencoba mendamaikan sang ibu dengan istrinya begitu sulit ia lakukan, mereka entah mengapa seperti dua magnet yang saling berlawanan arah. Keduanya tak bisa Reno pilih, Mereka sama-sama penting dan berarti.
21+Mereka tidak benar-benar tahu caranya memiliki dan mempertahankan.Sebenarnya apa yang selama ini mereka inginkan setelah memiliki nyaris segalanya. Membuat kekacauan demi menutupi hati yang terluka jelas bukan sebuah pembelaan yang patut di benarkan.Jadi saat suara tangis mulai mereda, pelukan sudah seharusnya di lepaskan bukan membuat sebuah tindakan lanjutan.Entah siapa yang memulainya, ketika satu kecupan lembut Arsen lempar Lora tak benar-benar menolak. Mereka berpangutan cukup lama hingga tak menyadari bila mereka masihlah berada di taman kantor. Tak buru-buru menjauh wajah mereka hanya berjarak satu senti, deru nafas mereka memburu. Arsen dengan perasaan baru yang ia sebut sebuah kebaikan sedang Lora dengan kepala yang berkecamuk kacau, apa yang baru saja ia lakukan? Berciuman dengan saudara sang suami di tempat umum? Gila! Pikirannya tak masuk akal.Rasa muak, lelah dan jenuh ini benar-benar berbahaya untuk dirinya. Mendapati tatapan penuh pengertian milik Arsen serta pe
Sesulit apapun kehidupan atau seberapa rasa benci yang di terima, tolong untuk selalu mengingat bila melenyapkan diri tak lantas membuat banyak dosa terampuni. Hanya sebentar saja untuk bertahan sebelumAwan gelap berganti peran dengan kehidupan secerah mentari pagi***Gue mendengus bosan saat di lihatnya tak ada hal menarik yang bisa gue lakuin. Suara tawa dan omongan penuh kebohongan itu terdengar makin jelas. Menuang kembali tequila dan menggoyangkan gelasnya."Ini monyet satu kenapa mojok sendiri di sini?" Memicing, gue cuma melempar senyum sinis."Lo nggak bawa bini?" Singgungnya lagi, yang jelas nggak bisa gue abaikan seperti sebelumnya. "Kalau dia ikut, gue nggak bebas nyari cewek lagi dong?" "Wah, sinting ya lo, dulu aja ngerjar setengah mampus. Kenapa, mulai bosen? Padahal kawin belum lima tahun." Sindiran itu sudah berapa kali gue dengar sepanjang hari ini. Rasanya gue kesal sendiri karena beberapa kenalan dan karyawan menyinggung tentang Lora. Menyebut Lora lebih banyak
Banyak yang terjadi, entah itu menyakiti atau memberi lebih banyak tawa, bukankah manusia hanya perlu selalu berkaca, bila tak akan ada yang benar-benar sempurna. Tak ada yang benar-benar tinggal selain diri sendiri. Karena kehidupan memang tak pernah menawarkan rasa sukacita, sebab duka itu akan selalu ada sekalipun manusia meminta untuk bahagia.***Gue mengamuk, membanting semua barang dan terakhir membalikan meja berisi kue ulangtahun dan beberapa kado. Rumah dalam keadaan aman, nggak ada yang mecahin kaca atau Lora yang terluka, yang ada hanya berbagai balon dengan tulisan selamat menua, sepiring penuh cupcake bertuliskan hal serupa juga beberapa konfeti yang bertebaran dimana-mana."Apa-apaan ini Lora?!" Teriak gue murka. Sedang Lora di depan sana memucat, nggak menyangka kalau gue bisa sekasar tadi. Belum tahu aja dia kalau gue ini jenis manusia yang bisa aja membinasakan dia. Sialan! Gue nggak pernah tahu kalau semua pesan-pesan itu palsu, anjing emang! Lora sengaja mau buat
21+Mereka tidak benar-benar tahu caranya memiliki dan mempertahankan.Sebenarnya apa yang selama ini mereka inginkan setelah memiliki nyaris segalanya. Membuat kekacauan demi menutupi hati yang terluka jelas bukan sebuah pembelaan yang patut di benarkan.Jadi saat suara tangis mulai mereda, pelukan sudah seharusnya di lepaskan bukan membuat sebuah tindakan lanjutan.Entah siapa yang memulainya, ketika satu kecupan lembut Arsen lempar Lora tak benar-benar menolak. Mereka berpangutan cukup lama hingga tak menyadari bila mereka masihlah berada di taman kantor. Tak buru-buru menjauh wajah mereka hanya berjarak satu senti, deru nafas mereka memburu. Arsen dengan perasaan baru yang ia sebut sebuah kebaikan sedang Lora dengan kepala yang berkecamuk kacau, apa yang baru saja ia lakukan? Berciuman dengan saudara sang suami di tempat umum? Gila! Pikirannya tak masuk akal.Rasa muak, lelah dan jenuh ini benar-benar berbahaya untuk dirinya. Mendapati tatapan penuh pengertian milik Arsen serta pe
Jika dulu bisa melepaskan akankah bahagia itu datang? Bukan duka yang sedang dikumpulkan. Bila sedari awal memilih meninggalkan akankah rasa menyenangkan itu hadir dalam bayang? Dan bukan suara tangis dan kehidupan penuh ironis yang harus di perankan. Boleh kah meminjam waktu, lalu untuk mengembalikan, setidaknya tak boleh ada yang terluka."Kenapa sih kamu harus jatuh cinta sama wanita kayak gitu? Mana di nikahin segala lagi.""Kenapa mami nggak suka sama Lora?" Tanya Reno setelah hening cukup lama. Mereka, maksudnya Reno, ibunya dan kedua kakaknya tengah menikmati makan siang bersama.Dan Reno tak mendapatkan jawaban apapun.Sebenarnya Reno ingin menghubungi istrinya dan mereka bisa makan bersama, tapi larangan ibunya serta beberapa ancaman membuat pria itu mengurungkan niatnya. Mencoba mendamaikan sang ibu dengan istrinya begitu sulit ia lakukan, mereka entah mengapa seperti dua magnet yang saling berlawanan arah. Keduanya tak bisa Reno pilih, Mereka sama-sama penting dan berarti.
Pernah menikah, juga pernah jatuh cinta, tapi keduanya gagal Arsen pertahanan. Dalam kehidupan yang ia jalani Arsen hanya punya nama, sebab segala peran sudah kedua orangtuanya atur semenarik mungkin bagi mereka. Ia hanya boleh patuh sekalipun dirinya terluka.Jadi saat melihat Lora yang memang adalah bawahannya terlalu sering melamun dan lebih diam membuat duda tanpa anak itu memesan satu frappuccino dan satu loyang besar American cheesecake di atas meja yang juga adik iparnya.Saat Reno berbicara tentang pernikahan dan memutuskan menikah tanpa restu keluarga membuat Arsen bangga. Karena diantara mereka harus ada yang benar-benar menemukan seseorang kan? Tapi melihat kelakuan Reno yang terlihat mirip omnya membuat pria itu merasa bersalah. Entahlah rasa empati itu terlalu tinggi hingga tanpa sadar Arsen merangkul bahu Lora yang tengah melamun di taman."Bang, kok di sini?" Tanya Lora kaget setelah menyadari bila bos sekaligus saudara suaminya malah merangkul bahunya tanpa sebab. Mel
Banyak sekali rasa-rasa baru yang semakin manusia gilai, melupakan logika, melunturkan banyak kenyataan, ia bangun harapan, ia susun banyak perkataan menggiurkan, hingga segalanya tak bisa teratasi, tanpa sadar mereka melupakan keinginan awal, menghapus banyak rangkaian, seharusnya manusia tak boleh meletakan logika begitu saja. Karena memang cinta tak butuh banyak berpikir kan?Pada awalnya ini terasa menyenangkan, mereka baik-baik saja, lambat laun Lora mulai menikmati kehidupannya, menikah dengan Reno menjadi alasan ia bersyukur di setiap doa-doa miliknya. Ia menyukai peran barunya, meski kelelahan Lora tak masalah. Sungguh, menghabiskan banyak hari dengan Reno membuat Lora semakin terlena. Ia merasa diinginkan, perasaan yang tak ia dapatkan di rumahnya sendiri.Reno berperan dengan baik hingga Lora merasa memiliki hak penuh pada pria itu. Hari-harinya terasa lebih menyenangkan dibanding sebelumnya. Sampai pertengkaran-pertengkaran kecil mulai muncul kepermukaan dan ini salah satu
Ada yang pernah berjanji untuk tak pernah menyakiti, ada yang pernah percaya bahwa segala janji itu pasti di tepati. Tapi luka yang datang bertubi-tubi menutup kembali rasa cinta yang pernah bersemi.Ada yang lupa untuk selalu tetap ada sekalipun semesta hanya menabur lara. Kata-kata itu menghilang di udara saat badai besar datang menghancurkan segala rasa yang ada. Melewati banyak rasa dengan segenap rasa percaya bila kelak akan ada bahagia tercipta. Sudah sejak lama Lora berpikir bila bahagia bukan bagian dari kehidupan miliknya, merasa memiliki Reno sebagai seseorang, Lora lupa bila rasa sakit datang dari orang-orang terdekat.Kemana perginya semua keyakinan yang dulu sekali ia yakini bila menerima Reno sama dengan membuka kesempatan untuk bahagia. Seharusnya saat ibu pria itu menolaknya ia langsung pergi, bukan menjadi si paling tegar dengan menerima banyak penolakan.Lebih miris lagi bila pernikahan milik mereka tak di datangi pihak pria. Hanya kakak laki-laki Reno yang datang m
"Kenapa sih cowok kalau lagi ada masalah larinya ke mabok atau nggak nyewa cewek." Suara ketus itu nggak bikin gue noleh.Setelah pertengkaran dengan Lora dan berlanjut dengan mami demi memastikan omongan Lora, gue malah berakhir di klub malam milik Senja, satu-satunya teman perempuan yang gue punya. Lagi-lagi gue nggak mendapatkan penyelesaian apapun entah itu dengan mami atau Lora. Kami jadi semakin berjarak sekarang. Terasa jauh sampai gue malas buat mengikis jarak itu.Sembari menghisap rokoknya Senja melanjutkan. "Lihat kelakukan lo yang mirip sama om bikin gue nggak aneh lagi. Cepat atau lambat Reno si bangsat bakal comeback kan?"Perempuan itu bahkan nggak pernah berubah sekalipun umurnya semakin tua. Senja selalu punya banyak sekali hinaan dalam mulut kecilnya."Ada masalah?" Tanyanya sekali lagi setelah nggak dapat jawaban apa-apa. Gue memilih kembali meneguk minuman.Mendengus samar, "Itu kan udah jadi nama panjang gue. Lo tumben nggak ngamar?" Berbalik gue tatap wajah Senja
Sebagai mantan bajingan yang gemar sekali mematahkan hati perempuan, Reno cukup di buat kelabakan saat benar-benar merasa mencintai dengan hati. Dalam kepalanya pria itu hanya tahu bila masa muda tak datang dua kali. Maka, sebisa mungkin ia coba banyak hal. Meniduri banyak wanita hingga mabuk-mabukan pernah sangat Reno gemari di masa lalu.Ia seringkali mematahkan hati wanita dengan mengencani banyak perempuan di waktu yang bersamaan. Bohong bila hatinya tak merasa kebosanan, ia pernah juga merasakan rasa bersalah karena meninggalkan wanita setelah puas ia tiduri. Jangan salahkan Reno sepenuhnya, mereka datang dan menyerahkan diri, Reno tak pernah meminta sekalipun gairahnya meronta-ronta. Sebab, pria itu tahu sekali saja ia meminta, para wanita itu akan merasa memiliki kuasa atas dirinya. Dan ia benci untuk melakukan itu, menuruti keinginan para gadis naif yang mengira dunia semanis permen hula-hula. Gadis-gadis itu terlalu bodoh dengan percaya segala kisah romansa dalam buku atau c
"Lo butuh apa lagi njing?!" Seru Megan kesal. Meletakan beberapa paper bag dengan kasar."Si Reno kan cuma butuh si Lora buat di tidurin, lagi sok manja aja dia ngambek berhari-hari. Gaya banget ponselnya sampai di matiin." Kali ini Arsen yang menimpali, mereka ngobrol seolah-olah gue nggak ada di sini."Dia ini emang tololnya udah menyentuh ozon bumi. gue bilang damai aja, eh malah ribut parah." Adu Arsen sembari meneguk bir lagi. "Tunggu sampai si Lora muak, minggat, udah mampus idup lo!" Balas Megan sembari memberikan tatapan sinis. Makin hari Megan ini emang lebih support ke Lora dibandingkan sama adiknya sendiri.Merebahkan diri, gue memilih mengabaikan dua dedengkot setan dengan menyalakan ponsel yang dua hari lalu sengaja gue matiin. Menghindar udah jadi nama tengah gue deh kayaknya. Hari dimana mami tahu Lora datang ke pernikahan Martha jadi hari paling sial dan bikin pusing. Sebab, dengan lebih keras mami melarang apapun yang berhubungan dengan Lora. Semakin sulit membujuk m
Sebuah kisah memang tak selamanya mengundang tawa, pun dengan duka yang tak selalu menetap.Mencintaimu adalah bagian paling gila dalam kehidupan yang tak benar-benar waras. Cinta yang ternyata tak sempurna dan terasa cacat ini membawa banyak tanya besar dalam kepala, membaur dalam lara yang sudah lebih dulu tinggal lalu bertanya, akankah ini layak untuk bertahan? Atau justru seharusnya di lepaskan saja.***Seperti kata orang-orang bila tak semua hal bisa di selesaikan dalam satu kali pembicaraan, gue sudah mencoba menurunkan tensi dan meminta maaf atas segala sikap lumayan berengsek beberapa hari lalu. Selama di Bali gue banyak mikir, apa iya sifat manusia bisa berubah dengan sangat tak terduga. Apa selama ini adalah akumulasi dari seluruh hal yang gue terima. Gue dan Lora belum sepenuhnya berdamai, dalam arti kami kembali akur dan melupakan semua hal yang sudah terjadi. Rumah masih terasa canggung dan aneh.Sepulangnya dari Bali mengikuti nasihat Arsen, kami mencoba berbicara dan t