Home / Romansa / Di Balik Topeng Pria / Morena (Hilang kendali)

Share

Morena (Hilang kendali)

Author: Melia Halim
last update Last Updated: 2023-01-10 09:20:09

Banyak yang terjadi, entah itu menyakiti atau memberi lebih banyak tawa, bukankah manusia hanya perlu selalu berkaca, bila tak akan ada yang benar-benar sempurna. Tak ada yang benar-benar tinggal selain diri sendiri. Karena kehidupan memang tak pernah menawarkan rasa sukacita, sebab duka itu akan selalu ada sekalipun manusia meminta untuk bahagia.

***

Gue mengamuk, membanting semua barang dan terakhir membalikan meja berisi kue ulangtahun dan beberapa kado. Rumah dalam keadaan aman, nggak ada yang mecahin kaca atau Lora yang terluka, yang ada hanya berbagai balon dengan tulisan selamat menua, sepiring penuh cupcake bertuliskan hal serupa juga beberapa konfeti yang bertebaran dimana-mana.

"Apa-apaan ini Lora?!" Teriak gue murka.

Sedang Lora di depan sana memucat, nggak menyangka kalau gue bisa sekasar tadi. Belum tahu aja dia kalau gue ini jenis manusia yang bisa aja membinasakan dia.

Sialan! Gue nggak pernah tahu kalau semua pesan-pesan itu palsu, anjing emang! Lora sengaja mau buat kejutan ulangtahun yang mana gue sendiri pun lupa dengan pura-pura ada yang teror.

"Maaf." Cicitnya takut, gue nggak bisa menahan semua emosi ini. Gue merasa di permainan tadi. Setengah gila melawan rasa khawatir, gue udah kayak monyet rabies yang marah-marah di jalan karena takut kalau Lora kenapa-kenapa.

"Nggak gini caranya! kamu bikin aku marah tahu nggak?! Kenapa sekarang kamu jadi goblok hah? Kamu pikir aku bakal seneng kamu giniin? Gila aja!" Lagi, gue berteriak nggak peduli Arsen yang udah narik atau tangisan Lora yang semakin keras.

"Aku paling benci ya di bohongin kayak tadi! Nggak usah nangis! Kalau mau bikin sesuatu itu ya di pikir dulu dong!"

Arsen narik tangan gue keras banget, padahal pingin gue maki-maki lagi itu si Lora supaya sadar dan nggak kekanakan.

Sampai di halaman depan gue tendang salah satu pot kesayangannya Lora, peduli setan dia marah. Gue nggak urus! Nggak penting! Gue kehilangan kendali atas segala emosi yang sedari tadi terpendam dalam diri.

Arsen nggak banyak ngomong, dia cuma ngasih kopi kaleng dingin yang nggak gue tahu dapat dari mana. Gue teguk isinya sampai setengah.

"Gue nggak tahu rasanya di cintai, menikah karena di jodohkan itu awalnya pahit banget."

Gue menoleh kaget, Arsen dan kotak cerita miliknya adalah hal yang mustahil muncul kepermukaan. Ini monyet satu lagi nostalgia apa gimana? Gue mendengus sebal, tapi tetap mendengarkan.

"Gue sering banget malah nyewa cewek cuma buat lampiasin marah karena Gladys pergi dan sering nginep di apartemen pacarnya. Kami sering banget adu mulut sampai gue pernah tampar dia karena bilang lagi hamil anak pacarnya." Lanjutnya, gue nggak tahu kenapa Arsen buka semua kisah yang bahkan nggak dia buka di depan keluarga. Cowok ini kenapa sih? Gue lagi emosi juga malah cerita. Dia pikir gue ini mamah Dedeh apa?!

"Satu-satunya hal yang harus gue lakuin adalah nidurin Gladys dan buat bayi itu keguguran, lo tahu apa yang terjadi selanjutnya?"

Arsen mengusap ujung mata kirinya kasar sebelum kembali berujar, "Gue berhasil bikin bayi itu pergi sekaligus bikin Gladys pergi dari hidup gue, gue denial banget, marah, terluka, harga diri gue terlalu mahal sampai gue nggak punya kesempatan untuk minta maaf."

"Lo, punya banyak kesempatan untuk memulai segalanya seperti semula, Lo masih sangat mampu untuk memperbaiki dan meraih Lora kembali, yang menjadi pembeda antara lo dan gue adalah lo punya Lora yang mencintai sedang gue menjadi pihak yang mencintai."

"Lo cukup keterlaluan tadi, mungkin cara yang Lora ambil salah. Tapi nggak membenarkan kelakuan lo yang mirip setan. Lo maki-maki, lo hancurin semua yang udah dia buat sampai nangis. Kalau Megan tahu, gue yakin seluruh mobil lo itu yang udah kayak pameran bakal dia bakar." Lalu ya, setelah curhatan itu Arsen berdiri, keluar dari rumah tanpa mengendarai apa-apa, sebelumnya ia lempar bekas kopi kaleng kearah bahu tanpa rasa bersalah.

Sedang gue malah merenung, cerita tadi nggak bikin marah gue hilang, gue masih sangat murka sama kelakuan Lora yang banyak drama.

Ck, apa tidak bisa hidupnya aman-aman saja, sudah mempertanyakan cinta, kini malah menambah daftar tak suka akan kelakuan Lora.

Pintu rumahnya masih terbuka, tapi keinginan untuk masuk benar-benar tak ada. Jadi daripada mundur dan memutar arah gue lebih milih melanjutkan langkah, keluar dari rumah sembari menghubungi salah satu setan neraka untuk memesan tiga atau lima wanita sekaligus, gue juga minta di siapkan ruangan yang paling aman dan bagus.

Kalimat milik Megan dan Arsen nggak bikin gue berhenti untuk melanjutkan aksi. Biar saja Lora sendiri, toh semua salahnya yang membuat keributan, jadi Lora harus membayar dengan setimpal.

Gue memutar cincin di jari manis dan melepaskannya dengan kasar, cincin perkawinan itu gue simpan di saku celana sebelum memasuki sebuah klub malam paling gila di Jakarta, ruangan paling rahasia dan aman yang gue sewa ini berisi tiga orang wanita dengan keadaan setengah telanjang,  mengedarkan pandangan pada belasan botol minuman haram yang siap mereka buka.

Dan kegilaan ini makin menjadi saat gue menyuruh mereka semua telanjang, mereka sudah pasrah saat gue mengguyur ketiganya dengan minuman bersoda. Dengan tatapan penuh nafsu ketiganya mencoba menyentuh.

"Kasih aku penampilan pembukaan dong." Larang gue, saat salah satu dari mereka mencoba membuka celana yang gue kenakan.

Dan ketiga wanita yang gue sewa itu saling beradu pandang sebelum memulai aksi binal mereka, desahan dan saling menyentuh diri sendiri, gue menikmati sembari meminum whiskey yang hampir habis.

Gue mengumpat, karena meski mereka menggairahkan, keinginan untuk menyentuh dan menuntaskan hasrat itu nggak gue temukan. Gue malah hampir muntah saat adegan di depan sana makin tak terkendali. Wanita-wanita itu sepertinya sudah tak bisa menahan hasratnya sendiri.

Dengan tergesa gue meninggalkan setumpuk uang seratus ribuan di atas meja. Menulikan telinga saat suara-suara mereka menahan agar gue nggak pergi.

"Gue udah transfer kalau duitnya kurang kabarin aja." Menutup panggilan tanpa mendengarkan jawaban orang di sebrang sana.

Keluar dan memacu dalam kecepatan tinggi, gue memaki karena gairah itu muncul saat bayangan Lora menari dalam kepala.

Sial!

Bagaimana caranya meniduri Lora jika wanita itu tadi ia bentak dan maki. Bukan mendapatkan belaian Lora pasti lebih milih lempar gue pakai granit.

Lebih bedebahnya lagi gairahnya makin sulit dikendalikan, hanya Lora yang bisa meredam ini semua. Tak peduli seberapa binal wanita-wanita tadi atau sepanas apa yang mereka tawarkan, gue cuma mau Lora yang jadi tempat membuang hasrat.

Emang kebanyakan gaya gue punya barang, sekali nyoba punya Lora nggak bisa nafsu ke yang lain, padahal dulu nafsuan banget nggak lihat siapa ceweknya.

Setengah sadar gue memarkirkan mobil di depan rumah Megan. Bukannya pulang gue malah masuk serambi neraka dengan mendatangi dedengkot setan.

Ck, ngapain gue dateng ke sini?

Ini kepala isinya acar timun ya? Kok lembek banget! Sial! Kalau lagi nafsu gini emang nggak bisa mikir waras.

Gue membuka rumah Megan yang untungnya nggak kekunci, gue memilih  membuka kulkas si bajingan yang luar biasa banget, isinya cuma minuman kaleng, berdecak, gue mengumpat karena nggak menemukan makanan.

"Eh, anjing laut lagi ngapain lo di sini?" Gue pikir itu setan alas kagak ada di rumah, eh ternyata masih pakai setelah rapi.

"Numpang tidur gue," gue merebahkan diri di sofa tanpa melepaskan sepatu yang langsung di hadiahi pelototan si pawang setan. Meski Megan ini nggak punya tampang-tampang kebersihan, nyatanya di antara kami bertiga si Megan ini paling so, bersih sendiri.

"Udah jadi gembel lo kagak punya rumah?!" Tanpa rasa bersalah si kutu kumpret ini nendang kaki gue lumayan keras.

"Diem deh induk babi! Gue ini lagi cape ya monyet!"

"Kalau cape ya, pulang bangsat! Sewa hotel sana! Malah datang kesini, Jangan bilang lo ribut sama Lora ya?" Tanyanya memicingkan mata seolah tatapannya itu bisa bikin gue takut. Padahal kan nggak.

"Lora lagi ada acara." Gue nggak mendengar jawaban Megan setelahnya, tapi suara ketukan sepatu yang menjauh sudah pasti milik si Megantara. Gue tahu mungkin dia kecewa tadi, tapi sebagai seorang kakak rasanya Megan nggak akan tega biarin gue dan marah lama-lama. Biar pun sama-sama saling benci, kepedulian masih jadi nilai yang terus tumbuh, gue tuh punya love-hate relationship sama si Megan anak setan yang suka kelayaban.

Sembari memejamkan mata gue menghitung domba dalam kepala, berharap rasa kantuk itu datang. Gue mereda hasrat yang sedari tadi menggedor-gedor ingin di puaskan. Gue benci banget waktu suara tangis Lora dan tatapan penuh luka yang wanita itu lempar tadi. Sial! Gue merutuki diri lagi, gue ini umur udah tua tapi kok jadi labil gini, tadi bilang nggak cinta tapi malah nafsu banget. Ck, dasar cowok!

Gue ini makin kesini makin nggak jelas, ajaibnya setelah mengingat kembali wajah Lora yang penuh tangis, ini Reno junior langsung anteng, nggak berontak lagi, seolah mengingat Lora yang terluka bikin si Reno junior juga terluka. Ck, kalau aja Lora nggak bohong dan bikin drama sampai bikin gue murka, mungkin aja sekarang ini gue lagi menaiki puncak gunung bersama, ditambah lagu penuh desahan dan berbagai gaya.

Lora itu penurut banget deh kalau boleh gue ngomong, meski umurnya lebih banyak dari gue pengalaman  bercintanya ada di level pemula. Lora selalu mau ngikutin gaya apapun yang gue mau termasuk bikin skenario tentang banyak hal sebelum memulai pertempuran.

Dari semua cewek yang udah gua bawa ke ranjang performa Lora masih paling asik, meski amatir gitu, Lora benar-benar cepat belajar dan adaptasi. Kalau soal urusan ranjang ya, kami masih sangat kompak. Cuma gue nya aja yang malah banyak mikir tentang perasaan. Gue tuh nggak bisa lepas tapi ngerasa males sama Lora, kurang ajar banget kan? Mana Reno junior ogah lagi kalau main sama cewek lain. Tadi ya, tadi itu gue emang bajingan sih niatnya. Sok banget mau nidurin tiga cewek sekaligus demi membuang amarah, eh, malah gue yang nggak bergairah. Padahal tadi udah keluar duit banyak kan.

Dengan rasa sebal gue buka ponsel yang sedari tadi bergetar. Ini pasti si Lora nih bawel.

"Lora nih past--" ucapan gue terputus saat di lihatnya tak ada satu pun nama Lora entah itu di panggilan atau pesan.

Yang gue temukan hanya pesan yang mami kirim dan panggilan dari Arsen.

Gue membaca pesan mami dari atas yang berisi caci dan maki, sangat khas sekali, lalu mulai menyumpahi karena kabur di tengah acara hingga pesan paling baru bikin gue spontan memaki. Ibu Julia Amartha Wibisono ini mengeluarkan perintah yang bersifat wajib seolah kalau gue langgar maka dunia bakal perang ketiga yang mana terlalu berlebihan. Pesan yang berisi jadwal liburan keluarga dengan note yang di tulis kapital yang sudah jelas untuk gue adalah :

JANGAN BAWA ISTRI KAMU YANG TUA ITU! MAMI CUMA BUTUH KAMU DATANG SENDIRI.

Padahal umur gue sama Lora cuma beda lima tahun, ck, kalau Lora tua terus si Martha apa kabar kan seumur juga mana jomblo lagi. Celoteh gue dalam hati, sembari menggulingkan pesan-pesan yang lain.

PS. TENANG MAMI UDAH SIAPIN CEWEK DI SINI! INGET YA DATANG SENDIRI!!!!

Ini bukannya ngelarang anaknya berzina malah di kasih akses, ck. Mami ini kayak lupa aja sakitnya di selingkuhin suami. Lagi seloroh gue dalam hati.

PSS. PESAN INI DI BUAT UNTUK DI PATUHI BUKAN UNTUK DIHINDARI!

"Eh anjing," refleks gue melempar ponsel saat melihat wanita dengan baju tidur transparan mendekat.

Ini orang bukan sih? Kok kagak kedengaran suara langkahnya. Gue mundur demi memastikan apakah dia benar-benar manusia atau sebangsa Megan yang suka nangkring di dahan.

"Lo siapa?" Tanya gue karena nih cewek kagak ngomong-ngomong.

Dia cuma mengerjapkan matanya lambat, dengan sama pelannya memindahkan rambutnya yang terurai panjang ke belakang, membuat sesuatu yang bulat dan menegang bisa gue lihat jelas. Selain baju yang transparan nih cewek aneh juga nggak pakai bra ternyata.

"Megan mana?" Lagi, pertanyaan gue nggak dapat jawaban apa-apa. Bukannya menjauh cewek ini malah mendekat dan duduk di lengan sofa membuat roknya yang memang mini tersingkap ke atas. Gue mengalihkan pandangan, bukan karena bergairah gue justru jadi takut. Bisa jadi ini manusia jelmaan setan yang mau nidurin orang kan, mana tadi gue sempat baca cerita horor lagi di kantor.

Gue mundur dan mau berdiri tapi tangan kecil itu menahan gue dengan tatapan aneh yang bikin gue duduk lagi. Aduh kenapa sekarang jadi merinding lagi sih. Jangan ya, jangan sampai dia tiba-tiba berubah jadi nenek lampir, menguatkan hati gue tatap balik si cewek yang tangannya nggak melepaskan tangan gue.

Memutar dan berhenti di bahu kanan gue, dia mendekat dan nggak ada yang gue lakuin selain diam di tempat. Aduh, gimana ini mana kaki udah gemetar. Gue juga lapar lagi karena belum makan nasi.

Tangannya yang kecil malah merambat naik dan mengelus pipi gue lembut, asli ini nggak ada kamera tersembunyi kan? Kali aja gue lagi ikutan uji nyali.

"Lo siapa sih sebenernya dari tadi pegang-pegang mulu?!" Dengan sekali sentakan gue berdiri. Dalam hati membaca doa sebelum tidur karena cuma doa itu yang gue hafal. Gue kan begundal banget jadi mana tahu doa-doa pengusir setan.

Ini si Megan kemana sih? Kok rumahnya jadi berhantu gini. Apa sengaja gitu ya dia ternak tuyul makanya berani banget keluar dari perusahaan keluarga.

"Kamu lagi apa An?" Suara lembut itu bikin gue noleh, Megan datang dengan dua kantong plastik bertuliskan salah satu restoran favorit keluarga.

"Kok keluar?" Tanyanya lembut. Sumpah ya, selama puluhan tahun jadi adeknya si Megantara baru kali ini gue denger dia ngomong lembut banget kayak pantat bayi.

"Jangan bilang kamu lagi iseng ngodain si anak babi ini?" Tunjuknya ke arah gue yang langsung gue injek kakinya.

"Aku penasaran, tadinya mau ambil minum tapi ternyata ada manusia lain jadi aku samperin. Dia adik kamu yang sering kamu ceritain?" Tanyanya dengan sorot mata memandang gue penuh binar.

Gue kira dia ini setan lho ya karena tadi nggak ngomong-ngomong.

"Iya, ini Moreno yang suka aku ceritain. Kamu masuk dulu ya, ini kamu makan duluan aja," si Megan ini ngasih satu kresek ke cewek yang masih menatap gue penasaran.

"Lo jangan nafsu ya kalau dia godain, dia iseng banget." Kata Megan setelah cewek itu hilang di balik tangga.

Menggeleng, "dia siapa anjing??! Kok ada di sini?"

"Nggak usah kepo lo, nih makan," setengah nggak ikhlas Megan meletakan satu plastik lagi dengan kasar.

Gue yang masih penasaran terpaksa tutup mulut karena si keparat itu malah pergi gitu aja.

Ini si Megan lagi nggak kumpul kebo kan?

Kok bisa?

Related chapters

  • Di Balik Topeng Pria    Moreno (Liburan keluarga paling beda)

    Mereka hanya memberi banyak nasihat, tanpa tahu jika hati tak semudah itu untuk kembali kuat. Banyaknya luka ini membuat beberapa orang tak bisa mengerti, sebenarnya apa yang sedang di cari? Bila selama ini hal yang paling berharga hanya tinggal di genggam jari. Membodohi diri memang semudah saat sedang patah hati. Banyak pertanyaan yang seharusnya hanya menjadi pertanyaan tanpa benar-benar mendapatkan jawaban.***Gue baru saja mengirim pesan penuh kebohongan seperti yang sudah biasa terjadi. Setelah pertengkaran itu gue bahkan belum pulang ke rumah, menginap di rumah Megan beberapa hari sebelum akhirnya berangkat untuk liburan, ngomong-ngomong selama gue nginep di rumah titisan si setan, Lora nggak mengirimkan apapun, entah itu pesan atau mencoba menghubungi gue, kenapa jadi dia yang marah padahal kan dia salah, dulu semasa kami pacaran Lora ini termasuk cewek yang nggak ribet dan nggak mudah ngambek, tipe-tipe cewek independen yang memahami dengan dewasa, tapi setelah menikah entah

    Last Updated : 2023-01-10
  • Di Balik Topeng Pria    Morena (Satu langkah mundur)

    Sebuah kisah memang tak selamanya mengundang tawa, pun dengan duka yang tak selalu menetap.Mencintaimu adalah bagian paling gila dalam kehidupan yang tak benar-benar waras. Cinta yang ternyata tak sempurna dan terasa cacat ini membawa banyak tanya besar dalam kepala, membaur dalam lara yang sudah lebih dulu tinggal lalu bertanya, akankah ini layak untuk bertahan? Atau justru seharusnya di lepaskan saja.***Seperti kata orang-orang bila tak semua hal bisa di selesaikan dalam satu kali pembicaraan, gue sudah mencoba menurunkan tensi dan meminta maaf atas segala sikap lumayan berengsek beberapa hari lalu. Selama di Bali gue banyak mikir, apa iya sifat manusia bisa berubah dengan sangat tak terduga. Apa selama ini adalah akumulasi dari seluruh hal yang gue terima. Gue dan Lora belum sepenuhnya berdamai, dalam arti kami kembali akur dan melupakan semua hal yang sudah terjadi. Rumah masih terasa canggung dan aneh.Sepulangnya dari Bali mengikuti nasihat Arsen, kami mencoba berbicara dan t

    Last Updated : 2023-01-16
  • Di Balik Topeng Pria    Moreno (Awal bencana)

    "Lo butuh apa lagi njing?!" Seru Megan kesal. Meletakan beberapa paper bag dengan kasar."Si Reno kan cuma butuh si Lora buat di tidurin, lagi sok manja aja dia ngambek berhari-hari. Gaya banget ponselnya sampai di matiin." Kali ini Arsen yang menimpali, mereka ngobrol seolah-olah gue nggak ada di sini."Dia ini emang tololnya udah menyentuh ozon bumi. gue bilang damai aja, eh malah ribut parah." Adu Arsen sembari meneguk bir lagi. "Tunggu sampai si Lora muak, minggat, udah mampus idup lo!" Balas Megan sembari memberikan tatapan sinis. Makin hari Megan ini emang lebih support ke Lora dibandingkan sama adiknya sendiri.Merebahkan diri, gue memilih mengabaikan dua dedengkot setan dengan menyalakan ponsel yang dua hari lalu sengaja gue matiin. Menghindar udah jadi nama tengah gue deh kayaknya. Hari dimana mami tahu Lora datang ke pernikahan Martha jadi hari paling sial dan bikin pusing. Sebab, dengan lebih keras mami melarang apapun yang berhubungan dengan Lora. Semakin sulit membujuk m

    Last Updated : 2023-01-17
  • Di Balik Topeng Pria    Sebelum cerita itu di mulai

    Sebagai mantan bajingan yang gemar sekali mematahkan hati perempuan, Reno cukup di buat kelabakan saat benar-benar merasa mencintai dengan hati. Dalam kepalanya pria itu hanya tahu bila masa muda tak datang dua kali. Maka, sebisa mungkin ia coba banyak hal. Meniduri banyak wanita hingga mabuk-mabukan pernah sangat Reno gemari di masa lalu.Ia seringkali mematahkan hati wanita dengan mengencani banyak perempuan di waktu yang bersamaan. Bohong bila hatinya tak merasa kebosanan, ia pernah juga merasakan rasa bersalah karena meninggalkan wanita setelah puas ia tiduri. Jangan salahkan Reno sepenuhnya, mereka datang dan menyerahkan diri, Reno tak pernah meminta sekalipun gairahnya meronta-ronta. Sebab, pria itu tahu sekali saja ia meminta, para wanita itu akan merasa memiliki kuasa atas dirinya. Dan ia benci untuk melakukan itu, menuruti keinginan para gadis naif yang mengira dunia semanis permen hula-hula. Gadis-gadis itu terlalu bodoh dengan percaya segala kisah romansa dalam buku atau c

    Last Updated : 2023-01-18
  • Di Balik Topeng Pria    Moreno (Senja)

    "Kenapa sih cowok kalau lagi ada masalah larinya ke mabok atau nggak nyewa cewek." Suara ketus itu nggak bikin gue noleh.Setelah pertengkaran dengan Lora dan berlanjut dengan mami demi memastikan omongan Lora, gue malah berakhir di klub malam milik Senja, satu-satunya teman perempuan yang gue punya. Lagi-lagi gue nggak mendapatkan penyelesaian apapun entah itu dengan mami atau Lora. Kami jadi semakin berjarak sekarang. Terasa jauh sampai gue malas buat mengikis jarak itu.Sembari menghisap rokoknya Senja melanjutkan. "Lihat kelakukan lo yang mirip sama om bikin gue nggak aneh lagi. Cepat atau lambat Reno si bangsat bakal comeback kan?"Perempuan itu bahkan nggak pernah berubah sekalipun umurnya semakin tua. Senja selalu punya banyak sekali hinaan dalam mulut kecilnya."Ada masalah?" Tanyanya sekali lagi setelah nggak dapat jawaban apa-apa. Gue memilih kembali meneguk minuman.Mendengus samar, "Itu kan udah jadi nama panjang gue. Lo tumben nggak ngamar?" Berbalik gue tatap wajah Senja

    Last Updated : 2023-01-19
  • Di Balik Topeng Pria    Semua hanya kebohongan

    Ada yang pernah berjanji untuk tak pernah menyakiti, ada yang pernah percaya bahwa segala janji itu pasti di tepati. Tapi luka yang datang bertubi-tubi menutup kembali rasa cinta yang pernah bersemi.Ada yang lupa untuk selalu tetap ada sekalipun semesta hanya menabur lara. Kata-kata itu menghilang di udara saat badai besar datang menghancurkan segala rasa yang ada. Melewati banyak rasa dengan segenap rasa percaya bila kelak akan ada bahagia tercipta. Sudah sejak lama Lora berpikir bila bahagia bukan bagian dari kehidupan miliknya, merasa memiliki Reno sebagai seseorang, Lora lupa bila rasa sakit datang dari orang-orang terdekat.Kemana perginya semua keyakinan yang dulu sekali ia yakini bila menerima Reno sama dengan membuka kesempatan untuk bahagia. Seharusnya saat ibu pria itu menolaknya ia langsung pergi, bukan menjadi si paling tegar dengan menerima banyak penolakan.Lebih miris lagi bila pernikahan milik mereka tak di datangi pihak pria. Hanya kakak laki-laki Reno yang datang m

    Last Updated : 2023-01-20
  • Di Balik Topeng Pria    Kesempatan yang salah

    Banyak sekali rasa-rasa baru yang semakin manusia gilai, melupakan logika, melunturkan banyak kenyataan, ia bangun harapan, ia susun banyak perkataan menggiurkan, hingga segalanya tak bisa teratasi, tanpa sadar mereka melupakan keinginan awal, menghapus banyak rangkaian, seharusnya manusia tak boleh meletakan logika begitu saja. Karena memang cinta tak butuh banyak berpikir kan?Pada awalnya ini terasa menyenangkan, mereka baik-baik saja, lambat laun Lora mulai menikmati kehidupannya, menikah dengan Reno menjadi alasan ia bersyukur di setiap doa-doa miliknya. Ia menyukai peran barunya, meski kelelahan Lora tak masalah. Sungguh, menghabiskan banyak hari dengan Reno membuat Lora semakin terlena. Ia merasa diinginkan, perasaan yang tak ia dapatkan di rumahnya sendiri.Reno berperan dengan baik hingga Lora merasa memiliki hak penuh pada pria itu. Hari-harinya terasa lebih menyenangkan dibanding sebelumnya. Sampai pertengkaran-pertengkaran kecil mulai muncul kepermukaan dan ini salah satu

    Last Updated : 2023-01-21
  • Di Balik Topeng Pria    Kopi milik mereka

    Pernah menikah, juga pernah jatuh cinta, tapi keduanya gagal Arsen pertahanan. Dalam kehidupan yang ia jalani Arsen hanya punya nama, sebab segala peran sudah kedua orangtuanya atur semenarik mungkin bagi mereka. Ia hanya boleh patuh sekalipun dirinya terluka.Jadi saat melihat Lora yang memang adalah bawahannya terlalu sering melamun dan lebih diam membuat duda tanpa anak itu memesan satu frappuccino dan satu loyang besar American cheesecake di atas meja yang juga adik iparnya.Saat Reno berbicara tentang pernikahan dan memutuskan menikah tanpa restu keluarga membuat Arsen bangga. Karena diantara mereka harus ada yang benar-benar menemukan seseorang kan? Tapi melihat kelakuan Reno yang terlihat mirip omnya membuat pria itu merasa bersalah. Entahlah rasa empati itu terlalu tinggi hingga tanpa sadar Arsen merangkul bahu Lora yang tengah melamun di taman."Bang, kok di sini?" Tanya Lora kaget setelah menyadari bila bos sekaligus saudara suaminya malah merangkul bahunya tanpa sebab. Mel

    Last Updated : 2023-01-22

Latest chapter

  • Di Balik Topeng Pria    Pelukan peluka

    21+Mereka tidak benar-benar tahu caranya memiliki dan mempertahankan.Sebenarnya apa yang selama ini mereka inginkan setelah memiliki nyaris segalanya. Membuat kekacauan demi menutupi hati yang terluka jelas bukan sebuah pembelaan yang patut di benarkan.Jadi saat suara tangis mulai mereda, pelukan sudah seharusnya di lepaskan bukan membuat sebuah tindakan lanjutan.Entah siapa yang memulainya, ketika satu kecupan lembut Arsen lempar Lora tak benar-benar menolak. Mereka berpangutan cukup lama hingga tak menyadari bila mereka masihlah berada di taman kantor. Tak buru-buru menjauh wajah mereka hanya berjarak satu senti, deru nafas mereka memburu. Arsen dengan perasaan baru yang ia sebut sebuah kebaikan sedang Lora dengan kepala yang berkecamuk kacau, apa yang baru saja ia lakukan? Berciuman dengan saudara sang suami di tempat umum? Gila! Pikirannya tak masuk akal.Rasa muak, lelah dan jenuh ini benar-benar berbahaya untuk dirinya. Mendapati tatapan penuh pengertian milik Arsen serta pe

  • Di Balik Topeng Pria    Kehidupan

    Jika dulu bisa melepaskan akankah bahagia itu datang? Bukan duka yang sedang dikumpulkan. Bila sedari awal memilih meninggalkan akankah rasa menyenangkan itu hadir dalam bayang? Dan bukan suara tangis dan kehidupan penuh ironis yang harus di perankan. Boleh kah meminjam waktu, lalu untuk mengembalikan, setidaknya tak boleh ada yang terluka."Kenapa sih kamu harus jatuh cinta sama wanita kayak gitu? Mana di nikahin segala lagi.""Kenapa mami nggak suka sama Lora?" Tanya Reno setelah hening cukup lama. Mereka, maksudnya Reno, ibunya dan kedua kakaknya tengah menikmati makan siang bersama.Dan Reno tak mendapatkan jawaban apapun.Sebenarnya Reno ingin menghubungi istrinya dan mereka bisa makan bersama, tapi larangan ibunya serta beberapa ancaman membuat pria itu mengurungkan niatnya. Mencoba mendamaikan sang ibu dengan istrinya begitu sulit ia lakukan, mereka entah mengapa seperti dua magnet yang saling berlawanan arah. Keduanya tak bisa Reno pilih, Mereka sama-sama penting dan berarti.

  • Di Balik Topeng Pria    Kopi milik mereka

    Pernah menikah, juga pernah jatuh cinta, tapi keduanya gagal Arsen pertahanan. Dalam kehidupan yang ia jalani Arsen hanya punya nama, sebab segala peran sudah kedua orangtuanya atur semenarik mungkin bagi mereka. Ia hanya boleh patuh sekalipun dirinya terluka.Jadi saat melihat Lora yang memang adalah bawahannya terlalu sering melamun dan lebih diam membuat duda tanpa anak itu memesan satu frappuccino dan satu loyang besar American cheesecake di atas meja yang juga adik iparnya.Saat Reno berbicara tentang pernikahan dan memutuskan menikah tanpa restu keluarga membuat Arsen bangga. Karena diantara mereka harus ada yang benar-benar menemukan seseorang kan? Tapi melihat kelakuan Reno yang terlihat mirip omnya membuat pria itu merasa bersalah. Entahlah rasa empati itu terlalu tinggi hingga tanpa sadar Arsen merangkul bahu Lora yang tengah melamun di taman."Bang, kok di sini?" Tanya Lora kaget setelah menyadari bila bos sekaligus saudara suaminya malah merangkul bahunya tanpa sebab. Mel

  • Di Balik Topeng Pria    Kesempatan yang salah

    Banyak sekali rasa-rasa baru yang semakin manusia gilai, melupakan logika, melunturkan banyak kenyataan, ia bangun harapan, ia susun banyak perkataan menggiurkan, hingga segalanya tak bisa teratasi, tanpa sadar mereka melupakan keinginan awal, menghapus banyak rangkaian, seharusnya manusia tak boleh meletakan logika begitu saja. Karena memang cinta tak butuh banyak berpikir kan?Pada awalnya ini terasa menyenangkan, mereka baik-baik saja, lambat laun Lora mulai menikmati kehidupannya, menikah dengan Reno menjadi alasan ia bersyukur di setiap doa-doa miliknya. Ia menyukai peran barunya, meski kelelahan Lora tak masalah. Sungguh, menghabiskan banyak hari dengan Reno membuat Lora semakin terlena. Ia merasa diinginkan, perasaan yang tak ia dapatkan di rumahnya sendiri.Reno berperan dengan baik hingga Lora merasa memiliki hak penuh pada pria itu. Hari-harinya terasa lebih menyenangkan dibanding sebelumnya. Sampai pertengkaran-pertengkaran kecil mulai muncul kepermukaan dan ini salah satu

  • Di Balik Topeng Pria    Semua hanya kebohongan

    Ada yang pernah berjanji untuk tak pernah menyakiti, ada yang pernah percaya bahwa segala janji itu pasti di tepati. Tapi luka yang datang bertubi-tubi menutup kembali rasa cinta yang pernah bersemi.Ada yang lupa untuk selalu tetap ada sekalipun semesta hanya menabur lara. Kata-kata itu menghilang di udara saat badai besar datang menghancurkan segala rasa yang ada. Melewati banyak rasa dengan segenap rasa percaya bila kelak akan ada bahagia tercipta. Sudah sejak lama Lora berpikir bila bahagia bukan bagian dari kehidupan miliknya, merasa memiliki Reno sebagai seseorang, Lora lupa bila rasa sakit datang dari orang-orang terdekat.Kemana perginya semua keyakinan yang dulu sekali ia yakini bila menerima Reno sama dengan membuka kesempatan untuk bahagia. Seharusnya saat ibu pria itu menolaknya ia langsung pergi, bukan menjadi si paling tegar dengan menerima banyak penolakan.Lebih miris lagi bila pernikahan milik mereka tak di datangi pihak pria. Hanya kakak laki-laki Reno yang datang m

  • Di Balik Topeng Pria    Moreno (Senja)

    "Kenapa sih cowok kalau lagi ada masalah larinya ke mabok atau nggak nyewa cewek." Suara ketus itu nggak bikin gue noleh.Setelah pertengkaran dengan Lora dan berlanjut dengan mami demi memastikan omongan Lora, gue malah berakhir di klub malam milik Senja, satu-satunya teman perempuan yang gue punya. Lagi-lagi gue nggak mendapatkan penyelesaian apapun entah itu dengan mami atau Lora. Kami jadi semakin berjarak sekarang. Terasa jauh sampai gue malas buat mengikis jarak itu.Sembari menghisap rokoknya Senja melanjutkan. "Lihat kelakukan lo yang mirip sama om bikin gue nggak aneh lagi. Cepat atau lambat Reno si bangsat bakal comeback kan?"Perempuan itu bahkan nggak pernah berubah sekalipun umurnya semakin tua. Senja selalu punya banyak sekali hinaan dalam mulut kecilnya."Ada masalah?" Tanyanya sekali lagi setelah nggak dapat jawaban apa-apa. Gue memilih kembali meneguk minuman.Mendengus samar, "Itu kan udah jadi nama panjang gue. Lo tumben nggak ngamar?" Berbalik gue tatap wajah Senja

  • Di Balik Topeng Pria    Sebelum cerita itu di mulai

    Sebagai mantan bajingan yang gemar sekali mematahkan hati perempuan, Reno cukup di buat kelabakan saat benar-benar merasa mencintai dengan hati. Dalam kepalanya pria itu hanya tahu bila masa muda tak datang dua kali. Maka, sebisa mungkin ia coba banyak hal. Meniduri banyak wanita hingga mabuk-mabukan pernah sangat Reno gemari di masa lalu.Ia seringkali mematahkan hati wanita dengan mengencani banyak perempuan di waktu yang bersamaan. Bohong bila hatinya tak merasa kebosanan, ia pernah juga merasakan rasa bersalah karena meninggalkan wanita setelah puas ia tiduri. Jangan salahkan Reno sepenuhnya, mereka datang dan menyerahkan diri, Reno tak pernah meminta sekalipun gairahnya meronta-ronta. Sebab, pria itu tahu sekali saja ia meminta, para wanita itu akan merasa memiliki kuasa atas dirinya. Dan ia benci untuk melakukan itu, menuruti keinginan para gadis naif yang mengira dunia semanis permen hula-hula. Gadis-gadis itu terlalu bodoh dengan percaya segala kisah romansa dalam buku atau c

  • Di Balik Topeng Pria    Moreno (Awal bencana)

    "Lo butuh apa lagi njing?!" Seru Megan kesal. Meletakan beberapa paper bag dengan kasar."Si Reno kan cuma butuh si Lora buat di tidurin, lagi sok manja aja dia ngambek berhari-hari. Gaya banget ponselnya sampai di matiin." Kali ini Arsen yang menimpali, mereka ngobrol seolah-olah gue nggak ada di sini."Dia ini emang tololnya udah menyentuh ozon bumi. gue bilang damai aja, eh malah ribut parah." Adu Arsen sembari meneguk bir lagi. "Tunggu sampai si Lora muak, minggat, udah mampus idup lo!" Balas Megan sembari memberikan tatapan sinis. Makin hari Megan ini emang lebih support ke Lora dibandingkan sama adiknya sendiri.Merebahkan diri, gue memilih mengabaikan dua dedengkot setan dengan menyalakan ponsel yang dua hari lalu sengaja gue matiin. Menghindar udah jadi nama tengah gue deh kayaknya. Hari dimana mami tahu Lora datang ke pernikahan Martha jadi hari paling sial dan bikin pusing. Sebab, dengan lebih keras mami melarang apapun yang berhubungan dengan Lora. Semakin sulit membujuk m

  • Di Balik Topeng Pria    Morena (Satu langkah mundur)

    Sebuah kisah memang tak selamanya mengundang tawa, pun dengan duka yang tak selalu menetap.Mencintaimu adalah bagian paling gila dalam kehidupan yang tak benar-benar waras. Cinta yang ternyata tak sempurna dan terasa cacat ini membawa banyak tanya besar dalam kepala, membaur dalam lara yang sudah lebih dulu tinggal lalu bertanya, akankah ini layak untuk bertahan? Atau justru seharusnya di lepaskan saja.***Seperti kata orang-orang bila tak semua hal bisa di selesaikan dalam satu kali pembicaraan, gue sudah mencoba menurunkan tensi dan meminta maaf atas segala sikap lumayan berengsek beberapa hari lalu. Selama di Bali gue banyak mikir, apa iya sifat manusia bisa berubah dengan sangat tak terduga. Apa selama ini adalah akumulasi dari seluruh hal yang gue terima. Gue dan Lora belum sepenuhnya berdamai, dalam arti kami kembali akur dan melupakan semua hal yang sudah terjadi. Rumah masih terasa canggung dan aneh.Sepulangnya dari Bali mengikuti nasihat Arsen, kami mencoba berbicara dan t

DMCA.com Protection Status