Home / Romansa / Di Balik Topeng Pria / Moreno (Cinta itu basi)

Share

Di Balik Topeng Pria
Di Balik Topeng Pria
Author: Melia Halim

Moreno (Cinta itu basi)

Author: Melia Halim
last update Last Updated: 2023-01-10 09:16:53

Sesulit apapun kehidupan atau seberapa rasa benci yang di terima, tolong untuk selalu mengingat bila melenyapkan diri tak lantas membuat banyak dosa terampuni. Hanya sebentar saja untuk bertahan sebelum

Awan gelap berganti peran dengan kehidupan secerah mentari pagi

***

Gue mendengus bosan saat di lihatnya tak ada hal menarik yang bisa gue lakuin. Suara tawa dan omongan penuh kebohongan itu terdengar makin jelas. Menuang kembali tequila dan menggoyangkan gelasnya.

"Ini monyet satu kenapa mojok sendiri di sini?"

Memicing, gue cuma melempar senyum sinis.

"Lo nggak bawa bini?" Singgungnya lagi, yang jelas nggak bisa gue abaikan seperti sebelumnya.

"Kalau dia ikut, gue nggak bebas nyari cewek lagi dong?"

"Wah, sinting ya lo, dulu aja ngerjar setengah mampus. Kenapa, mulai bosen? Padahal kawin belum lima tahun." Sindiran itu sudah berapa kali gue dengar sepanjang hari ini. Rasanya gue kesal sendiri karena beberapa kenalan dan karyawan menyinggung tentang Lora. Menyebut Lora lebih banyak dan menyindir gue habis-habisan.

Gue memilih mengabaikan Arsen, meladeni pria itu sama dengan menguras kewarasan alias melelahkan dan nggak guna.

"Lora tahu lo di sini?" Gue pikir Arsen akan segera tutup mulut, nyatanya pria itu malah semakin mendekat. Gue yakin Arsen pasti ngerasa kalau gue mulai menyelami fase bosan dalam hubungan. Arsen adalah manusia yang sudah merasakan banyak hal dalam hidupnya termasuk pernikahan.

Arsen ini udah kayak mesin hidupnya, seolah orangtuanya punya tombol di kepala anak semata wayangnya untuk mengatur apapun, gue bahkan ingat banget waktu Tante Clarissa alias ibunya Arsen memilihkan pelacur untuk anaknya. Saat itu Arsen dalam posisi menunggu sidang perceraian dan meski membantah dan menyangkal gue tahu kalau si setan ini jatuh cinta beneran. Sampai tante Clarissa memilih seorang wanita bayaran demi menghibur sang putra yang di tinggalkan karena pria lain.

Ck, sudah nikah hasil perjodohan, jadi cinta beneran. Eh, ujung-ujungnya tetap aja di tinggalkan. Sampai tahun keenam pria itu masih juga betah menduda padahal umurnya jauh lebih tua dibanding gue dan Megan.

Menggeleng, karena memang Lora nggak tahu, ini jadi kebiasaan karena sering bohongin Lora selama ini. Dulu mana pernah gue bohong, seperti yang Arsen bilang kalau gue itu cinta setengah mampus dan takut banget kalau sampai Lora sakit hati.

Entahlah tapi akhir-akhir ini bertemu Lora buat gue pusing, perasaan gila yang dulu sekali menggebu entah hilang kemana, perasaan itu seolah pergi dengan sekejap. Gue merasa rumah tangga kami nggak semenarik itu ternyata, gue kehilangan euforia, dengan kenyataan bahwa restu ibu Julia belum juga turun bikin gue tambah banyak mikir. Kalau waktu bisa gue ulang, mungkin pernikahan itu nggak akan secepat ini terjadi. Gue bakal banyak mikir untuk berani lamar anak orang, rasanya gue pengen jedotin kepala ke tembok sambil teriak "jangan buru-buru nikah goblok! Emang paling bener jadi single."

Reno, Reno kok dulu lo oon sih. Banyak perandaian yang gue putar dalam kepala, berharap Tuhan mengizinkan gue memutar waktu, gue ngerasa hidup bareng Lora tenyata rasanya biasa-biasa aja, nggak ada yang spesial, sayangnya semua udah terlanjur. Nggak ada Doraemon di dunia nyata yang bisa balikin semua waktu, nggak ada penyihir yang bisa bikin gue merubah segala yang udah terjadi, kalau Spongebob itu nyata udah gue pinjem itu kerang ajaib, gue bikin hidup ini jadi menyenangkan lagi sama kayak semula.

Gue menyadari kalau waktu benar-benar nggak bisa di beli dengan apapun, yang tersisa dari semua ini hanya menunggu keajaiban yang meniupkan kembali rasa sayang yang gue punya atau menunggu Lora muak dan pergi. Apa semua akan baik-baik aja kalau kami masih bertahan dalam pintu yang sama atau semuanya bertambah kacau kalau kami memilih saling melepaskan.

Entahlah, gue nggak bisa mikir sekarang. Apapun yang terjadi nantinya gue hanya berharap nggak akan ada yang terluka. Sudah cukup Lora dan kehidupan sebelumnya yang cukup menyedihkan.

Sial! Gue jadi ingat kalau Lora adalah salah satu anak yang tumbuh dan besar dalam lingkungan penuh manusia-manusia yang lebih mirip setan dibandingkan manusia biasa. Terus sekarang gue bakal jadi alasan Lora terluka lagi mungkin, gue jadi egois dengan merasa tak melakukan kesalahan padahal gue juga tahu kalau gue itu bersalah.

Gue jadi sering bohong sekarang, keluar rumah hanya untuk minum-minum atau sekedar menyeduh mie instan di minimarket. Gue juga suka sewa pemandu lagu cuma buat ngilangin suntuk dan jenuh, nggak ada yang bisa gue lakukan selain terus menghindar.

Kenapa dulu gue bisa secinta itu sama Lora dan setelah menikah gue malah jadi males. Gue mencari rasa cinta itu dan nggak ketemu. Gila, gila, dasarnya gue emang bajingan kali ya, ngerasa udah dapatin malah ngerasa bosan. Kemana Reno yang udah kayak superhero yang mau melawan dunia asalkan sama Lora?! Ck, omongan gue dulu benar-benar bahaya, bahaya karena banyak bohongnya.

Gua aja masih suka gagal buat bikin perdamaian antara mami dan Lora tapi sok banget dengan menebar banyak harapan-harapan di masa depan. Seolah gue akan selalu mencintai wanita itu selamanya, bagai dongeng Disney kesukaan Martha, gue melupakan bahwa realita pernikahan menyimpan banyak kenyataan-kenyataan pahit di dalamnya, menikah nggak sesederhana kisah fiksi favorit remaja.

Ini lebih rumit dari sinetron emak-emak.

Perasaan manusia memang penuh kebohongan, termasuk kisah-kisah yang tertulis dalam buku cerita atau alur dari sebuah drama, mereka menutupi banyak kegetiran, melempar alur penuh kemudahan padahal dalam dunia yang asli tak pernah ada cara yang benar-benar mudah untuk di jalani. Kalau gue bisa kembali berbicara dengan Reno versi masa lalu, gue benar-benar pengen bilang kalau perasaan manusia itu bisa menipu. Memanipulasi perasaan sebenarnya.

Gue pengen banget bilang kalau cinta bukan satu-satunya alasan untuk membangun sebuah pernikahan. Karena sedari awal yang gue punya cuma cinta sebagai alasan pertama melamar wanita. Saat itu yang gue tahu kalau cinta itu abadi, gue jumawa dengan berkata kalau nggak akan menyakiti tapi buktinya? Jauh dari ekspektasi. Ha ha ha memang selucu itu ternyata kehidupan.

jadikan Belum apa-apa gue udah bikin Lora sakit hati dengan menutupi banyak hal yang harusnya diketahui, gue bahkan nggak mikir dua kali buat bohongin dia. Kebohongan yang gue pikir bisa berhenti malah semakin menjadi saat di rasa perasaan cinta itu hilang dari hati.

Sial! Terlalu mendengarkan nyonya Dionar alis mami tercinta bikin gue gedek sama Lora. Padahal Lora nggak bikin kesalahan, cewek yang begitu menolak gue di awal kini jadi keliatan cinta banget sama gue itu pelan-pelan jadi sasaran kemarahan gue yang nggak jelas ini. Bener ya, kalau dunia itu berputar dan gue lagi ngalamin itu semua, Lora yang keliatan antipati di awal sekarang malah takut kehilangan gue, gobloknya gue yang malah ngerasa jenuh ngejalanin perkawinan. Padahal gue baru aja mulai.

Gue sering nanya sama diri sendiri, gue juga nggak lupa sama perjuangan supaya dapetin Lora, anehnya semuanya jadi biasa aja, hambar, basi.

Gue malah jadi suka bingung, kayak malam ini contohnya, gue bilang sama Lora kalau ada lembur, padahal kenyataannya gue ada di acara rutin yang keluarga besar adain. Mami nggak bisa menerima Lora dan menolak menantunya datang, yang gue langsung iyakan. Gue nggak membela Lora atau memilih menemani wanita itu yang mungkin sekarang lagi kesepian karena sering gue tinggal, percaya deh, waktu bujang gue mana mau ambil tugas luar kota, tapi sekarang pas udah kawin, gue jadi sering kerja rodi. Seolah perusahaan bokap bisa kolaps kalau gue absen.

Gue jadi budak paling setia di perusahaan papi tanpa mengeluh, gue menyembah pekerjaan dan mengabaikan keluhan-keluhan Lora. Papi sampai mau ngasih libur khusus, waktu tahu anak bungsunya kerja macam jadi budak kompeni, Megan aja sampai sujud syukur karena gue sering ambil tugas dia untuk keluar kota. Semua orang ngira gue berubah karena Lora dan masa depan bersama, padahal aslinya gue emang males aja ada di rumah. Memilih menghindar sudah menjadi bakat gue selama ini.

"Nih, monyet ngapain di sini? Mana adek ipar kesayangan gue?" Suara keras itu buat gue noleh, sebelum akhirnya mendengus keras.

Sialan! kenapa Megan harus nyamperin sih. Sekedar informasi Megan ini kakak gue dan paling tua tapi kelakuannya bikin orang rumah nyerah. Megan ini kalau ibarat setan ya, levelnya paling jahanam.

"Jangan lo ganggu lah si Moreno, nih anak lagi kurang waras. Masa tadi dia bilang mau nyari cewek baru, kan asu ya." Arsen dan mulut sialannya yang nggak berhenti nyerocos.

"Jangan maen gila ya lo anak babi! Mau gue tempeleng lo?! Enak bener tuh mulut. Mana yang dulu mohon-mohon buat minta restu? Mana yang katanya cinta mati dan nggak mau di pisahkan. Bacot bener jadi laki." Sembur Megan keki, ini, ini yang paling gue benci, si Megantara ini emang kadang-kadang suka ngerasa paling bener sendiri nggak sadar sama kelakuannya yang mirip Firaun.

Suka paling berkuasa untuk mendikte kehidupan orang lain.

"Jangan banyak ngomong deh, sana! Biasanya juga lo nggak datang kenapa sekarang di mari?" Setahunya Megan ini spesies manusia paling langka yang pernah ada, aneh saja melihat Megan dengan setelan rapi dan bersedia datang di acara keluarga.

"Suka-suka gue dong! Acar timun! Mau gue ngadain lomba renang juga lo nggak ada hak!" Katanya sembari mengacungkan jari telunjuknya.

"Ren, lo tahu alasan gue nggak mau nikah sampai sekarang kan?"

Gue melihat tatapan tak biasa dari Megan, gue bungkam, memilih mendengarkan kalimat selanjutnya.

"Gue udah seneng banget waktu lo mutusin buat serius, lo keliatan sungguh-sungguh waktu minta gue datang sebagai perwakilan mami dan papi, sepanjang lo berdiri di pelaminan gue beneran berdoa kalau lo menemukan jalan yang bahagia setelahnya. Lo nggak main-main lagi sama hidup, gue yakin dari semua anak mami lo yang paling waras.

Lo tahu di keluarga kita nggak ada contoh suami yang baik, gue mikir kemungkinan besar gue juga bakal sama kayak papi dan kakak-kakaknya yang bajingannya udah nyentuh ozon bumi, gue berharap lo beda Ren, lo beda, karena lo nikah atas dasar cinta, bukan balas budi atau bisnis keluarga. Denger lo ngomong kayak gitu walau cuma candaan bikin gue ketampar. Kalau darah bajingan itu mengalir jatuh ke semua keturunannya. Tanpa kecuali. Harusnya lo ngaca ya babi! Jangan mau jadi kayak papi atau yang lainnya, lo kok tolol sih Ren!" Megan meneguk whiskey nya sekali teguk, ia menyimpan gelasnya setengah melempar. Tak peduli pecahannya mengenai orang lain.

Matanya memandang kecewa sekaligus marah, Megan ini emang emosian, gue sering banget dapet tonjokan gratis dulu. Tapi, mata itu, sorot di dalamnya nggak pernah gue terima sekalipun dulu gue pernah ngerebut ceweknya.

"Kalau dari awal lo mau jadi anjing nggak usah sok-sokan berubah jadi hello kitty ya bangsat! Kenapa nggak sekalian aja lo jadi penjahat kelamin sejati, kagak udah sok dewasa, gaya banget lo nikah eh ujung-ujungnya malah bikin neraka baru. Gue ingetin lagi ya, Moreno si anak babi, hidup kita itu udah rusak nggak usah sok jadi manusia hina dengan ngerusak hidup orang lain, gue emang nggak pantes ngomong ini tapi, Ren, coba lo buka mata yang lebar! Liat baik-baik! Kalau hidup lo jauh lebih beruntung karena di cintai."

Kalimat itu jadi kalimat terakhir yang gue denger, Megan pergi meninggalkan gue yang merasa makin pusing. Terlalu banyak yang coba ikut campur. Bukan meringankan beban, si biadab malah bikin gue jadi pening.

Mereka mungkin nggak menduga kalau perasaan gue berubah, pun dengan gue yang sama sekali nggak ngerti. Gue nggak tahu, kenapa perasaan itu jadi kerasa basi sekarang. Omongan gue dulu yang bilang kalau cinta ini bakal abadi nyatanya bikin gue kebingungan sendiri. Gue juga punya hati yang ngerasa kalau gue udah keterlaluan, mau bagaimana lagi orang-orang bakal menyalahkan. Sebagus apapun alasannya, orang-orang pasti bakal nggak suka sama apa yang gue rasain sekarang.

Merasa bosan gue aktifkan ponsel yang sedari tadi sengaja gue matiin. Gue males ngasih alasan atau balas pesan-pesan Lora yang udah kayak teks pidato. Tapi mata gue berhenti di pesan yang dua jam yang lalu masuk. Kalimat yang berisi :

Sexy-lovely-cuty

Aku ngerasa ada orang yang gedor-gedor pintu depan, padahal mbok Yati sama suaminya udah pulang dari sore.

Ren, ada yang lempar batu ke kaca kamar kita.

Kamu masih lembur?

Gue menahan nafas tanpa sadar, gue scroll lagi dan ada banyak panggilan tak terjawab dari nomor Lora. Tuhan, apa yang gue lakuin sekarang. Segera gue dial nomor Lora dengan perasan takut. Gue berlari mengabaikan mami yang berteriak meminta berhenti dan Arsen yang malah mengekor gue pergi. Gue kembali marah saat nomor Lora tak bisa gue hubungi.

Tangan gue udah gemetar, membayangkan Lora ketakutan di sana atau paling buruk dari itu semua adalah Lora di sakiti.

Nggak mungkin! Gue menggelengkan kepala, memohon agar bayangan mengerikan itu enyah dari kepala.

Dengan masih berusaha menghubungi, satu tangan gue yang lain mencoba membuka kunci mobil, karena terlalu gemetar gue menjatuhkan kunci itu yang langsung Arsen tangkap.

"Gue aja yang nyetir! Muka lo udah kayak Sadako nahan boker sekarang! Minggir!"

Segera gue beralih ke bangku penumpang, keringat dingin bisa gue rasa di sekujur badan. Gue hampir muntah karena terlalu pusing dan kaget.

"Lora." Bisik gue tanpa sadar. Lirih gue menyebut nama itu, gue ketakutan. Gue akan merasa sangat berengsek saat sesuatu terjadi, sumpah gue tolol banget! Tanpa sadar gue membenturkan kepala ke kaca jendela, kesal sekaligus cemas sebab nomor Lora benar-benar tak bisa di hubungi.

Hatinya menjerit kesal, jalanan di depan sana macet total. Sial! Gue makin mengutuk orang-orang di jalan. Gue kembali membenturkan kepala saat mobil tak bisa bergerak.

Gue butuh waktu empat jam untuk sampai di rumah, sepi dan gelap, gue meneguk saliva yang terasa makin kesat, gue bisa dengar suara detak jantung yang semakin menggila.

Dengan perasaan tak menentu, gue buka pintu yang ternyata nggak kekunci, memejamkan mata. Pintu itu terdorong dengan keras dan mata gue hampir melotot saat melihat apa yang terjadi di dalam sana.

Spontan gue mengumpat, "anjing! Babi! Apa-apaan ini?!"

Related chapters

  • Di Balik Topeng Pria    Morena (Hilang kendali)

    Banyak yang terjadi, entah itu menyakiti atau memberi lebih banyak tawa, bukankah manusia hanya perlu selalu berkaca, bila tak akan ada yang benar-benar sempurna. Tak ada yang benar-benar tinggal selain diri sendiri. Karena kehidupan memang tak pernah menawarkan rasa sukacita, sebab duka itu akan selalu ada sekalipun manusia meminta untuk bahagia.***Gue mengamuk, membanting semua barang dan terakhir membalikan meja berisi kue ulangtahun dan beberapa kado. Rumah dalam keadaan aman, nggak ada yang mecahin kaca atau Lora yang terluka, yang ada hanya berbagai balon dengan tulisan selamat menua, sepiring penuh cupcake bertuliskan hal serupa juga beberapa konfeti yang bertebaran dimana-mana."Apa-apaan ini Lora?!" Teriak gue murka. Sedang Lora di depan sana memucat, nggak menyangka kalau gue bisa sekasar tadi. Belum tahu aja dia kalau gue ini jenis manusia yang bisa aja membinasakan dia. Sialan! Gue nggak pernah tahu kalau semua pesan-pesan itu palsu, anjing emang! Lora sengaja mau buat

    Last Updated : 2023-01-10
  • Di Balik Topeng Pria    Moreno (Liburan keluarga paling beda)

    Mereka hanya memberi banyak nasihat, tanpa tahu jika hati tak semudah itu untuk kembali kuat. Banyaknya luka ini membuat beberapa orang tak bisa mengerti, sebenarnya apa yang sedang di cari? Bila selama ini hal yang paling berharga hanya tinggal di genggam jari. Membodohi diri memang semudah saat sedang patah hati. Banyak pertanyaan yang seharusnya hanya menjadi pertanyaan tanpa benar-benar mendapatkan jawaban.***Gue baru saja mengirim pesan penuh kebohongan seperti yang sudah biasa terjadi. Setelah pertengkaran itu gue bahkan belum pulang ke rumah, menginap di rumah Megan beberapa hari sebelum akhirnya berangkat untuk liburan, ngomong-ngomong selama gue nginep di rumah titisan si setan, Lora nggak mengirimkan apapun, entah itu pesan atau mencoba menghubungi gue, kenapa jadi dia yang marah padahal kan dia salah, dulu semasa kami pacaran Lora ini termasuk cewek yang nggak ribet dan nggak mudah ngambek, tipe-tipe cewek independen yang memahami dengan dewasa, tapi setelah menikah entah

    Last Updated : 2023-01-10
  • Di Balik Topeng Pria    Morena (Satu langkah mundur)

    Sebuah kisah memang tak selamanya mengundang tawa, pun dengan duka yang tak selalu menetap.Mencintaimu adalah bagian paling gila dalam kehidupan yang tak benar-benar waras. Cinta yang ternyata tak sempurna dan terasa cacat ini membawa banyak tanya besar dalam kepala, membaur dalam lara yang sudah lebih dulu tinggal lalu bertanya, akankah ini layak untuk bertahan? Atau justru seharusnya di lepaskan saja.***Seperti kata orang-orang bila tak semua hal bisa di selesaikan dalam satu kali pembicaraan, gue sudah mencoba menurunkan tensi dan meminta maaf atas segala sikap lumayan berengsek beberapa hari lalu. Selama di Bali gue banyak mikir, apa iya sifat manusia bisa berubah dengan sangat tak terduga. Apa selama ini adalah akumulasi dari seluruh hal yang gue terima. Gue dan Lora belum sepenuhnya berdamai, dalam arti kami kembali akur dan melupakan semua hal yang sudah terjadi. Rumah masih terasa canggung dan aneh.Sepulangnya dari Bali mengikuti nasihat Arsen, kami mencoba berbicara dan t

    Last Updated : 2023-01-16
  • Di Balik Topeng Pria    Moreno (Awal bencana)

    "Lo butuh apa lagi njing?!" Seru Megan kesal. Meletakan beberapa paper bag dengan kasar."Si Reno kan cuma butuh si Lora buat di tidurin, lagi sok manja aja dia ngambek berhari-hari. Gaya banget ponselnya sampai di matiin." Kali ini Arsen yang menimpali, mereka ngobrol seolah-olah gue nggak ada di sini."Dia ini emang tololnya udah menyentuh ozon bumi. gue bilang damai aja, eh malah ribut parah." Adu Arsen sembari meneguk bir lagi. "Tunggu sampai si Lora muak, minggat, udah mampus idup lo!" Balas Megan sembari memberikan tatapan sinis. Makin hari Megan ini emang lebih support ke Lora dibandingkan sama adiknya sendiri.Merebahkan diri, gue memilih mengabaikan dua dedengkot setan dengan menyalakan ponsel yang dua hari lalu sengaja gue matiin. Menghindar udah jadi nama tengah gue deh kayaknya. Hari dimana mami tahu Lora datang ke pernikahan Martha jadi hari paling sial dan bikin pusing. Sebab, dengan lebih keras mami melarang apapun yang berhubungan dengan Lora. Semakin sulit membujuk m

    Last Updated : 2023-01-17
  • Di Balik Topeng Pria    Sebelum cerita itu di mulai

    Sebagai mantan bajingan yang gemar sekali mematahkan hati perempuan, Reno cukup di buat kelabakan saat benar-benar merasa mencintai dengan hati. Dalam kepalanya pria itu hanya tahu bila masa muda tak datang dua kali. Maka, sebisa mungkin ia coba banyak hal. Meniduri banyak wanita hingga mabuk-mabukan pernah sangat Reno gemari di masa lalu.Ia seringkali mematahkan hati wanita dengan mengencani banyak perempuan di waktu yang bersamaan. Bohong bila hatinya tak merasa kebosanan, ia pernah juga merasakan rasa bersalah karena meninggalkan wanita setelah puas ia tiduri. Jangan salahkan Reno sepenuhnya, mereka datang dan menyerahkan diri, Reno tak pernah meminta sekalipun gairahnya meronta-ronta. Sebab, pria itu tahu sekali saja ia meminta, para wanita itu akan merasa memiliki kuasa atas dirinya. Dan ia benci untuk melakukan itu, menuruti keinginan para gadis naif yang mengira dunia semanis permen hula-hula. Gadis-gadis itu terlalu bodoh dengan percaya segala kisah romansa dalam buku atau c

    Last Updated : 2023-01-18
  • Di Balik Topeng Pria    Moreno (Senja)

    "Kenapa sih cowok kalau lagi ada masalah larinya ke mabok atau nggak nyewa cewek." Suara ketus itu nggak bikin gue noleh.Setelah pertengkaran dengan Lora dan berlanjut dengan mami demi memastikan omongan Lora, gue malah berakhir di klub malam milik Senja, satu-satunya teman perempuan yang gue punya. Lagi-lagi gue nggak mendapatkan penyelesaian apapun entah itu dengan mami atau Lora. Kami jadi semakin berjarak sekarang. Terasa jauh sampai gue malas buat mengikis jarak itu.Sembari menghisap rokoknya Senja melanjutkan. "Lihat kelakukan lo yang mirip sama om bikin gue nggak aneh lagi. Cepat atau lambat Reno si bangsat bakal comeback kan?"Perempuan itu bahkan nggak pernah berubah sekalipun umurnya semakin tua. Senja selalu punya banyak sekali hinaan dalam mulut kecilnya."Ada masalah?" Tanyanya sekali lagi setelah nggak dapat jawaban apa-apa. Gue memilih kembali meneguk minuman.Mendengus samar, "Itu kan udah jadi nama panjang gue. Lo tumben nggak ngamar?" Berbalik gue tatap wajah Senja

    Last Updated : 2023-01-19
  • Di Balik Topeng Pria    Semua hanya kebohongan

    Ada yang pernah berjanji untuk tak pernah menyakiti, ada yang pernah percaya bahwa segala janji itu pasti di tepati. Tapi luka yang datang bertubi-tubi menutup kembali rasa cinta yang pernah bersemi.Ada yang lupa untuk selalu tetap ada sekalipun semesta hanya menabur lara. Kata-kata itu menghilang di udara saat badai besar datang menghancurkan segala rasa yang ada. Melewati banyak rasa dengan segenap rasa percaya bila kelak akan ada bahagia tercipta. Sudah sejak lama Lora berpikir bila bahagia bukan bagian dari kehidupan miliknya, merasa memiliki Reno sebagai seseorang, Lora lupa bila rasa sakit datang dari orang-orang terdekat.Kemana perginya semua keyakinan yang dulu sekali ia yakini bila menerima Reno sama dengan membuka kesempatan untuk bahagia. Seharusnya saat ibu pria itu menolaknya ia langsung pergi, bukan menjadi si paling tegar dengan menerima banyak penolakan.Lebih miris lagi bila pernikahan milik mereka tak di datangi pihak pria. Hanya kakak laki-laki Reno yang datang m

    Last Updated : 2023-01-20
  • Di Balik Topeng Pria    Kesempatan yang salah

    Banyak sekali rasa-rasa baru yang semakin manusia gilai, melupakan logika, melunturkan banyak kenyataan, ia bangun harapan, ia susun banyak perkataan menggiurkan, hingga segalanya tak bisa teratasi, tanpa sadar mereka melupakan keinginan awal, menghapus banyak rangkaian, seharusnya manusia tak boleh meletakan logika begitu saja. Karena memang cinta tak butuh banyak berpikir kan?Pada awalnya ini terasa menyenangkan, mereka baik-baik saja, lambat laun Lora mulai menikmati kehidupannya, menikah dengan Reno menjadi alasan ia bersyukur di setiap doa-doa miliknya. Ia menyukai peran barunya, meski kelelahan Lora tak masalah. Sungguh, menghabiskan banyak hari dengan Reno membuat Lora semakin terlena. Ia merasa diinginkan, perasaan yang tak ia dapatkan di rumahnya sendiri.Reno berperan dengan baik hingga Lora merasa memiliki hak penuh pada pria itu. Hari-harinya terasa lebih menyenangkan dibanding sebelumnya. Sampai pertengkaran-pertengkaran kecil mulai muncul kepermukaan dan ini salah satu

    Last Updated : 2023-01-21

Latest chapter

  • Di Balik Topeng Pria    Pelukan peluka

    21+Mereka tidak benar-benar tahu caranya memiliki dan mempertahankan.Sebenarnya apa yang selama ini mereka inginkan setelah memiliki nyaris segalanya. Membuat kekacauan demi menutupi hati yang terluka jelas bukan sebuah pembelaan yang patut di benarkan.Jadi saat suara tangis mulai mereda, pelukan sudah seharusnya di lepaskan bukan membuat sebuah tindakan lanjutan.Entah siapa yang memulainya, ketika satu kecupan lembut Arsen lempar Lora tak benar-benar menolak. Mereka berpangutan cukup lama hingga tak menyadari bila mereka masihlah berada di taman kantor. Tak buru-buru menjauh wajah mereka hanya berjarak satu senti, deru nafas mereka memburu. Arsen dengan perasaan baru yang ia sebut sebuah kebaikan sedang Lora dengan kepala yang berkecamuk kacau, apa yang baru saja ia lakukan? Berciuman dengan saudara sang suami di tempat umum? Gila! Pikirannya tak masuk akal.Rasa muak, lelah dan jenuh ini benar-benar berbahaya untuk dirinya. Mendapati tatapan penuh pengertian milik Arsen serta pe

  • Di Balik Topeng Pria    Kehidupan

    Jika dulu bisa melepaskan akankah bahagia itu datang? Bukan duka yang sedang dikumpulkan. Bila sedari awal memilih meninggalkan akankah rasa menyenangkan itu hadir dalam bayang? Dan bukan suara tangis dan kehidupan penuh ironis yang harus di perankan. Boleh kah meminjam waktu, lalu untuk mengembalikan, setidaknya tak boleh ada yang terluka."Kenapa sih kamu harus jatuh cinta sama wanita kayak gitu? Mana di nikahin segala lagi.""Kenapa mami nggak suka sama Lora?" Tanya Reno setelah hening cukup lama. Mereka, maksudnya Reno, ibunya dan kedua kakaknya tengah menikmati makan siang bersama.Dan Reno tak mendapatkan jawaban apapun.Sebenarnya Reno ingin menghubungi istrinya dan mereka bisa makan bersama, tapi larangan ibunya serta beberapa ancaman membuat pria itu mengurungkan niatnya. Mencoba mendamaikan sang ibu dengan istrinya begitu sulit ia lakukan, mereka entah mengapa seperti dua magnet yang saling berlawanan arah. Keduanya tak bisa Reno pilih, Mereka sama-sama penting dan berarti.

  • Di Balik Topeng Pria    Kopi milik mereka

    Pernah menikah, juga pernah jatuh cinta, tapi keduanya gagal Arsen pertahanan. Dalam kehidupan yang ia jalani Arsen hanya punya nama, sebab segala peran sudah kedua orangtuanya atur semenarik mungkin bagi mereka. Ia hanya boleh patuh sekalipun dirinya terluka.Jadi saat melihat Lora yang memang adalah bawahannya terlalu sering melamun dan lebih diam membuat duda tanpa anak itu memesan satu frappuccino dan satu loyang besar American cheesecake di atas meja yang juga adik iparnya.Saat Reno berbicara tentang pernikahan dan memutuskan menikah tanpa restu keluarga membuat Arsen bangga. Karena diantara mereka harus ada yang benar-benar menemukan seseorang kan? Tapi melihat kelakuan Reno yang terlihat mirip omnya membuat pria itu merasa bersalah. Entahlah rasa empati itu terlalu tinggi hingga tanpa sadar Arsen merangkul bahu Lora yang tengah melamun di taman."Bang, kok di sini?" Tanya Lora kaget setelah menyadari bila bos sekaligus saudara suaminya malah merangkul bahunya tanpa sebab. Mel

  • Di Balik Topeng Pria    Kesempatan yang salah

    Banyak sekali rasa-rasa baru yang semakin manusia gilai, melupakan logika, melunturkan banyak kenyataan, ia bangun harapan, ia susun banyak perkataan menggiurkan, hingga segalanya tak bisa teratasi, tanpa sadar mereka melupakan keinginan awal, menghapus banyak rangkaian, seharusnya manusia tak boleh meletakan logika begitu saja. Karena memang cinta tak butuh banyak berpikir kan?Pada awalnya ini terasa menyenangkan, mereka baik-baik saja, lambat laun Lora mulai menikmati kehidupannya, menikah dengan Reno menjadi alasan ia bersyukur di setiap doa-doa miliknya. Ia menyukai peran barunya, meski kelelahan Lora tak masalah. Sungguh, menghabiskan banyak hari dengan Reno membuat Lora semakin terlena. Ia merasa diinginkan, perasaan yang tak ia dapatkan di rumahnya sendiri.Reno berperan dengan baik hingga Lora merasa memiliki hak penuh pada pria itu. Hari-harinya terasa lebih menyenangkan dibanding sebelumnya. Sampai pertengkaran-pertengkaran kecil mulai muncul kepermukaan dan ini salah satu

  • Di Balik Topeng Pria    Semua hanya kebohongan

    Ada yang pernah berjanji untuk tak pernah menyakiti, ada yang pernah percaya bahwa segala janji itu pasti di tepati. Tapi luka yang datang bertubi-tubi menutup kembali rasa cinta yang pernah bersemi.Ada yang lupa untuk selalu tetap ada sekalipun semesta hanya menabur lara. Kata-kata itu menghilang di udara saat badai besar datang menghancurkan segala rasa yang ada. Melewati banyak rasa dengan segenap rasa percaya bila kelak akan ada bahagia tercipta. Sudah sejak lama Lora berpikir bila bahagia bukan bagian dari kehidupan miliknya, merasa memiliki Reno sebagai seseorang, Lora lupa bila rasa sakit datang dari orang-orang terdekat.Kemana perginya semua keyakinan yang dulu sekali ia yakini bila menerima Reno sama dengan membuka kesempatan untuk bahagia. Seharusnya saat ibu pria itu menolaknya ia langsung pergi, bukan menjadi si paling tegar dengan menerima banyak penolakan.Lebih miris lagi bila pernikahan milik mereka tak di datangi pihak pria. Hanya kakak laki-laki Reno yang datang m

  • Di Balik Topeng Pria    Moreno (Senja)

    "Kenapa sih cowok kalau lagi ada masalah larinya ke mabok atau nggak nyewa cewek." Suara ketus itu nggak bikin gue noleh.Setelah pertengkaran dengan Lora dan berlanjut dengan mami demi memastikan omongan Lora, gue malah berakhir di klub malam milik Senja, satu-satunya teman perempuan yang gue punya. Lagi-lagi gue nggak mendapatkan penyelesaian apapun entah itu dengan mami atau Lora. Kami jadi semakin berjarak sekarang. Terasa jauh sampai gue malas buat mengikis jarak itu.Sembari menghisap rokoknya Senja melanjutkan. "Lihat kelakukan lo yang mirip sama om bikin gue nggak aneh lagi. Cepat atau lambat Reno si bangsat bakal comeback kan?"Perempuan itu bahkan nggak pernah berubah sekalipun umurnya semakin tua. Senja selalu punya banyak sekali hinaan dalam mulut kecilnya."Ada masalah?" Tanyanya sekali lagi setelah nggak dapat jawaban apa-apa. Gue memilih kembali meneguk minuman.Mendengus samar, "Itu kan udah jadi nama panjang gue. Lo tumben nggak ngamar?" Berbalik gue tatap wajah Senja

  • Di Balik Topeng Pria    Sebelum cerita itu di mulai

    Sebagai mantan bajingan yang gemar sekali mematahkan hati perempuan, Reno cukup di buat kelabakan saat benar-benar merasa mencintai dengan hati. Dalam kepalanya pria itu hanya tahu bila masa muda tak datang dua kali. Maka, sebisa mungkin ia coba banyak hal. Meniduri banyak wanita hingga mabuk-mabukan pernah sangat Reno gemari di masa lalu.Ia seringkali mematahkan hati wanita dengan mengencani banyak perempuan di waktu yang bersamaan. Bohong bila hatinya tak merasa kebosanan, ia pernah juga merasakan rasa bersalah karena meninggalkan wanita setelah puas ia tiduri. Jangan salahkan Reno sepenuhnya, mereka datang dan menyerahkan diri, Reno tak pernah meminta sekalipun gairahnya meronta-ronta. Sebab, pria itu tahu sekali saja ia meminta, para wanita itu akan merasa memiliki kuasa atas dirinya. Dan ia benci untuk melakukan itu, menuruti keinginan para gadis naif yang mengira dunia semanis permen hula-hula. Gadis-gadis itu terlalu bodoh dengan percaya segala kisah romansa dalam buku atau c

  • Di Balik Topeng Pria    Moreno (Awal bencana)

    "Lo butuh apa lagi njing?!" Seru Megan kesal. Meletakan beberapa paper bag dengan kasar."Si Reno kan cuma butuh si Lora buat di tidurin, lagi sok manja aja dia ngambek berhari-hari. Gaya banget ponselnya sampai di matiin." Kali ini Arsen yang menimpali, mereka ngobrol seolah-olah gue nggak ada di sini."Dia ini emang tololnya udah menyentuh ozon bumi. gue bilang damai aja, eh malah ribut parah." Adu Arsen sembari meneguk bir lagi. "Tunggu sampai si Lora muak, minggat, udah mampus idup lo!" Balas Megan sembari memberikan tatapan sinis. Makin hari Megan ini emang lebih support ke Lora dibandingkan sama adiknya sendiri.Merebahkan diri, gue memilih mengabaikan dua dedengkot setan dengan menyalakan ponsel yang dua hari lalu sengaja gue matiin. Menghindar udah jadi nama tengah gue deh kayaknya. Hari dimana mami tahu Lora datang ke pernikahan Martha jadi hari paling sial dan bikin pusing. Sebab, dengan lebih keras mami melarang apapun yang berhubungan dengan Lora. Semakin sulit membujuk m

  • Di Balik Topeng Pria    Morena (Satu langkah mundur)

    Sebuah kisah memang tak selamanya mengundang tawa, pun dengan duka yang tak selalu menetap.Mencintaimu adalah bagian paling gila dalam kehidupan yang tak benar-benar waras. Cinta yang ternyata tak sempurna dan terasa cacat ini membawa banyak tanya besar dalam kepala, membaur dalam lara yang sudah lebih dulu tinggal lalu bertanya, akankah ini layak untuk bertahan? Atau justru seharusnya di lepaskan saja.***Seperti kata orang-orang bila tak semua hal bisa di selesaikan dalam satu kali pembicaraan, gue sudah mencoba menurunkan tensi dan meminta maaf atas segala sikap lumayan berengsek beberapa hari lalu. Selama di Bali gue banyak mikir, apa iya sifat manusia bisa berubah dengan sangat tak terduga. Apa selama ini adalah akumulasi dari seluruh hal yang gue terima. Gue dan Lora belum sepenuhnya berdamai, dalam arti kami kembali akur dan melupakan semua hal yang sudah terjadi. Rumah masih terasa canggung dan aneh.Sepulangnya dari Bali mengikuti nasihat Arsen, kami mencoba berbicara dan t

DMCA.com Protection Status