Beranda / Romansa / Di Balik Asmara Sang Aktris / 68. BEBERAPA BULAN KEMUDIAN

Share

68. BEBERAPA BULAN KEMUDIAN

Penulis: Cha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

ranadiatmikarana

Hari yang bahagia untuk bestiku. Bahagia selalu untuk kamu, Pia dan Jacob. Banyak cinta dari aku untuk kalian! Love! #PiaJacobHappyEnding #Bridesmaidonduty

Postingan Rana di pernikahan sahabat selebritinya, Delphine Maribeth menuai tiga ribu lebih komentar. Banyak yang memuji kecantikan Rana di balik kebaya yang ia pakai. Bahkan tak jarang, ada yang menanyakan kapan Rana mengenalkan pria pujaannya. Hal yang lebih aneh berikutnya, ada yang menjodohkan Rana dengan banyak pria. Sontak saja hal tersebut membuat Latisha geleng-geleng kepala.

Rana yang baru keluar dari kamar mandi tentu saja mengernyit melihat tingkah manajernya. Latisha memang sengaja tak pulang, dan menemani Rana malam itu untuk merapikan segala barang yang baru saja dipakai talentnya tersebut. Dayu sendiri tak bisa menemani, karena sejak tiga hari yang lalu Rana membiarkan gadis muda itu mengambil cutinya.

"Lo kenapa sih? Aneh tahu enggak. Ketawa sendiri aja. Gue lihatnya jadi ngeri sen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   69. RINDU YANG MENUMPUK

    "Hai, Rana! Saya sengaja mengontak kamu langsung. Manajer kamu bilang lagi tidak menerima tawaran film. Tapi, penulis naskah ini sangat menyukai kamu, dan berharap kamu bisa main filmnya, bagaimana? Mau di baca dulu enggak sinopsisnya? Siapa tahu bisa cocok."Alih-alih tertarik dengan tawaran sang produser yang membesarkan namanya, Rana justru memberi kode pada Latisha untuk tidak menyetujui permintaan Pak Rakesh. Ia menggeleng dengan kuat. Membuat Latisha paham kalau talent-nya benar-benar sedang menerima tawaran film. Namun, dari suara Pak Rakesh yang menggebu-gebu, Rana diprediksi kesulitan lepas dari jerat rayuan sang produser."Duh, maaf ya, Pak Rakesh. Bukannya saya menolak. Tapi, jadwal saya sudah cukup padat. Anda sudah diberi tahu oleh manajer saya kan, kalau sudah banyak tawaran iklan yang saya ambil. Saya akan off hingga tahun depan, Pak Rakesh. Jadi, saya memohon maaf sekali lagi, tidak bisa menerima tawaran Pak Rakesh.""Waduh, padahal ini salah satu cerita

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   70. BUKAN SALAH BENTALA

    "Apa yang sedang anda lakukan sebenarnya, Pak?"Pertanyaan Bentala dibalas seringai oleh Mahaka. Wajahnya yang dingin berubah sangar. Sebenarnya, tanpa bertanya pun, Bentala sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi. Namun, ia tak mau gegabah, ia tidak mau menyebutkan apa pun sebelum Mahaka sendiri yang menjelaskan apa yang membuatnya marah.Mahaka sendiri sudah terlalu kesal. Makin kesal saat menantunya tersebut pura-pura tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia pun makin mengeratkan tarikan kerah Bentala, membuat wajah Bentala langsung berubah merah. Beruntung, Tanaya langsung masuk, mencegah hal buruk apa pun yang bisa dilakukan oleh ayahnya pada Bentala."Pa, kumohon, lepaskan!" pinta Tanaya pada Mahaka. Ia menarik lengan Mahaka, namun kekuatannya tak pernah benar-benar sepadan dengan pria itu. "Ini semua salah Tanaya. Tanaya yang menginginkan pernikahan pura-pura ini di dilakukan. Tanaya juga yang menginginkan perceraian. Tolong, lepaskan Bentala, Pa!"Mahaka menoleh, melihat

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   71. PESAN DARI TANAYA

    "Hah? Dayu sama ibunya enggak ada di rumah? Maksud lo gimana sih?"Rana jelas sangat kaget saat mendengar penjelasan sang manajer, Latisha. Ia mengernyit, bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya dengan asistennya tersebut. Setelah pamit untuk cuti, gadis itu tak kunjung kembali. Latisha pun juga curiga, karena semenjak Dayu mengajukan cuti, ibunya pun juga tak pernah kelihatan lagi di lingkungan perumahannya."Kemarin ada debt collector datang ke rumahnya. Ternyata ibunya Dayu tuh terjebak pinjol. Kata nyokap gue sih, enggak cuma satu. Tapi sudah tiga debt collector ke rumah untuk menanyakan keberadaan Dayu, dan nyokapnya. Kayaknya itu juga deh, alasan Dayu enggak bisa dihubungi.""Lo enggak tahu tentang ini, Tish?""Kalau tahu, gue enggak akan coba-coba rekomendasiin Dayu ke lo, Na." Latisha menyendok bubur yang dibelinya ke mulut, lalu menggeleng dengan kesal. "Ada-ada aja sih, Na. Kenapa ya, setiap dapat asisten yang mulai oke, justru masalah timbul aja gitu. Gue bingung deh, ya

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   72. AWAL DATANGNYA BADAI

    "Plot twist paling lucu sebelum pilkada ini dimulai adalah kamu yang ditendang oleh Mahaka Gunawan dari partainya. Sudah saya bilang sebelumnya, jangan membuat kesalahan! Kenapa diam saja saat Tanaya menggugat cerai kamu?"Tak mungkin seorang Gandhi tak kesal saat mendengar kabar buruk dari Bentala. Pria yang ia harap bisa memenangkan pertarungan pemilihan kepala daerah ibukota Jakarta, justru membuat kejutan di luar nalarnya. Ia justru ditendang dari partai yang mengusungnya, dan yang lebih parah pria itu justru ditendang dari lingkup keluarga Gunawan. Entah bagaimana sekarang Bentala bertindak saat pemilihan bahkan berjalan beberapa bulan lagi.Bentala sendiri hanya diam saja. Ia mungkin sudah menyiapkan rencana cadangan, namun saat segalanya telah terbongkar, pria itu justru merasa sangat lega. Bebannya seperti hilang. Bentala bahkan tak pernah benar-benar peduli bagaimana nasibnya di dunia politik setelah ini."Saat kamu bersikap santai seperti ini, kamu pasti memiliki sebuah renc

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   73. ASISTEN TANPA KEJELASAN

    "Ya Tuhan, apa kabar Mbak Rana? Senang bisa satu project sama Mbak Rana. Kita sudah lama sekali enggak ketemu, ya? Terakhir kali di restoran waktu itu. Aku sama Ighfal, Mbak Rana sama pria yang katanya bos-nya Mbak Rana."Beberapa orang di sana langsung melirik, bahkan ada yang terang-terangan menoleh pada Rana, dan Syara yang tengah beradu salam basa-basi. Rana pun hanya mengangguk, tersenyum. Ia berpikir positif kalau Syara memang sedang tidak bercanda, atau sengaja berniat membocorkannya di ruang publik, karena itu Rana tak bereaksi berlebihan sebagai antisipasi dari asumsi banyak orang mengenai bos yang Syara maksud.Latisha sendiri langsung menggelengkan kepalanya, saking kesalnya dengan tingkah Syara yang menyebalkan. Ia ingin sekali menjewer pipi lembut Syara, dan menunjukkan padanya kalau apa yang ia katakan itu tak semestinya diucapkan. Beruntung, ia memiliki talent yang paling sabar. Jika sebaliknya, mungkin kejadian jambak-menjambak akan beredar di kanal gos

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   74. SESEORANG YANG BERSEMBUNYI

    "Pak, anda tampak santai. Tak seperti sedang mengalami banyak masalah. Apa anda sudah memiliki solusi dari permasalahan ini?"Pertanyaan dari Fahmi membuat Bentala sontak menggeleng. Ia tak menyiapkan solusi apa-apa. Ia hanya menyelesaikan konsep yang akan ia bangun di publik. Pak Pranata berani mengusungnya, asalkan Bentala tetap yakin pada kemenangannya. Meskipun ia sendiri mulai meragukan ketetapan hatinya untuk melangkah menjadi gubernur Jakarta.Sungguh, kini ia merindukan Rana. Wajahnya yang memenuhi sebagian papan iklan di Jakarta, membuat rindunya kian menggunung. Seharian penuh, Bentala bahkan tak memikirkan nasibnya di dunia politik. Ia menghabiskan semua detik yang dipunyanya hanya untuk memikirkan Rana."Jalankan saja apa yang sudah tersusun," jawab Bentala pelan. "Segalanya sudah terjadi, percuma dipikirkan. Lagipula masalah ini juga tak perlu banyak solusi. Bila memang tak ada partai pengusung, maka saya akan maju secara independen.""Anda tak mungkin m

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   75. SEGALANYA AKAN BAIK-BAIK SAJA

    "Apa semuanya akan baik-baik saja kalau kamu berada di sini? Kamu seharusnya enggak ada di sini, Bentala! Ini sangat berbahaya buat kamu. Bagaimana kalau ketahuan sama orang lain?"Pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulut Rana. Apa pun yang ada di pikirannya, dan segala kekhawatirannya tak akan ia sembunyikan malam itu. Rana akan menanyakan, dan membicarakannya dengan Bentala. Mumpung pria yang ia targetkan ada di depan matanya, jadi ia tak perlu kebingungan lagi menanyakan segalanya pada siapa. Bentala ada di sini, di hadapannya, dan dalam keadaan yang kelihatannya sangat lelah.Bentala tersenyum. Mereka duduk di sofa ruang tengah unit apartemen Rana sambil berhadapan. Ia mengelus anak rambut Rana yang lepas dari ikatan, dan menaruhnya ke belakang telinga. Matanya begitu teduh. Apa yang ia rindukan ada di hadapannya, telah ia peluk, dan kini akan ia pandangi terus hinga rasanya ia telah puas karenanya."Tidak apa-apa," jawab Bentala pelan. "Sudah kubilang k

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   76. ALASAN DI BALIK KEJAHATAN

    "Kamu melihatku dalam tidur? Hati-hati lho, nanti kamu bisa jatuh cinta setengah mati padaku."Sebentuk bulan sabit hadir di wajah cantik Rana. Ia tak kaget, karena Bentala sudah mengucek mata, dan mulai memicingkan matanya melihat Rana. Pria itu lalu memiringkan tubuhnya, dan memandangi Rana-nya yang sejak setengah jam lalu sudah terbangun lebih dahulu.Mereka saling bertukar pandang, namun tak satu pun yang memulai pembicaraan. Seperti semalaman yang mereka habiskan hanya untuk saling memandangi, berpelukan, dan menceritakan resah. Mereka saling melempar rindu dengan cara yang lebih wajar, dan jauh dari esensi gairah. Segalanya murni hanya untuk saling meyakini satu sama lain kalau keberadaan keduanya benar-benar utuh."Sepertinya aku enggak perlu hati-hati," lirih Rana tiba-tiba."Kenapa?" tanya Bentala dengan alis terangkat sebelah. "Oh, aku bisa menebak. Pasti, karena kamu sudah jatuh cinta setengah mati kan, sama aku? Aku jg begitu. Aku juga jatuh cinta setenga

Bab terbaru

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   120. AKHIR YANG BAHAGIA

    "Kamu tahu enggak arti dari cincin ini?"Delapan bulan kemudian segalanya berjalan dengan sangat cepat. Rana membutuhkan waktu lebih dari lima bulan untuk menyiapkan segala pernikahannya. Karena kegiatannya di dunia entertainment yang memang sedang rehat, maka tak ada satu pun media, atau rekan artis yang mengetahui rencana pernikahannya. Rana, dan Bentala pun dengan tenang menjalankan pernikahan mereka di Bali dengan sangat tenang, dan intim.Kini, di bulan kedua pernikahan mereka, Bentala akhirnya bisa benar-benar menemukan waktu untuk berbulan madu. Meskipun tak lagi menjadi aktris, Rana tetap saja disibukkan dengan kegiatannya sebagai salah satu direksi di rumah sakit Husada. Ia bersama-sama dengan Latisha bekerja, meskipun kini berada di dunia yang sama sekali berbeda."Aku enggak tahu," jawab Rana sambil menggelengkan kepala. "Memang apa artinya? Aku pikir ini hanya sebuah bentuk. Karena cantik, jadi kupikir itu alasan kamu memilihnya. Ternyata ada artinya, ya?"Bentala terkekeh

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   119. MENIKAHLAH DENGANKU

    "Besok bahkan baru malam tahun baru. Tidak bisakah kamu menunggu hingga besok? Ya, aku memang menyuruhmu untuk pulang, tapi maksud aku pulanglah setelah tahun baru. Bukannya sekarang. Ben, kamu mendengarkan aku, kan?"Pertanyaan itu membuat Rana benar-benar kesal, karena Bentala tampak tak mengacuhkannya sejak tadi. Pria itu sejak tadi hanya mondar-mandir merapikan segala barangnya ke dalam koper besar yang Rana pastikan kalau isinya terlalu sedikit di sana. Rana pun beranjak dari kasur, mendekati Bentala yang sibuk memasukkan semua kemejanya ke koper. Ia tarik kerah pria itu, agar Bentala bisa fokus hanya padanya.Bentala tersenyum. Ia melingkarkan tangannya di pelukan Rana dengan erat. Ia bawa gadis itu ke pelukannya, dan ia cium gadis itu dengan sepenuh jiwa. Rana jelas tak menolak, bersama Bentala memang membuat kepalanya selalu bodoh dalam hal tolak menolak."Kamu sekarang merengek, agar aku tak pergi." Bentala berkata setelah ia melepaskan ciumannya. "Kemarin, kamu melepaskan ak

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   118. HALO CANTIK!

    "Gue benar-benar senang, karena lo sudah sadar, Na. Maaf ya, gue enggak bisa melihat lo langsung ke Australia. Karena gue pikir-pikir keadaannya pasti enggak memungkinkan dan gue enggak pernah ke Australia sebelumnya. Gue takut jatuhnya ngerepotin Indira yang lagi sibuk ngurusin lo, dan kerjaannya."Hanya sebuah gelengan yang mampir di wajah Rana saat mendengar managernya, Latisha meminta maaf. Ia tak pernah mempermasalahkan siapa yang berada di sampingnya saat sakit. Baginya di mana pun berada, Rana sudah cukup dengan doa. Rana tahu obat mujarab terampuh bagi orang sakit adalah doa dari orang yang benar-benar tulus menginginkan kesembuhan diri kita.Latisha sendiri merasa sangat bahagia. Meskipun hanya bisa melihat Rana dari panggilan video, tapi gadis itu sudah merasa cukup puas. Melihat Rana meresponnya dengan senyum tercantik yang Rana punya, sudah membuat Latisha merasa sangat lega."Tidak masalah kok," jawab Rana jujur. Ia tersenyum lemah. "Lo jangan maksain diri buat ke sini. L

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   117. TEMAN TERBAIK

    "Indira, boleh saya bicara sama kamu sebentar?"Tak mungkin Indira tak kaget. Ia menengadah, dan memastikan kalau yang bicara padanya memang benar-benar seorang Emir Dikara Husada. Selama hampir dua minggu, pria itu pura-pura tak mempedulikannya, hari ini, di hari di mana Rana sadar sepenuhnya, Emir akhirnya mau mengajaknya bicara. Bukannya Rana berharap, tapi ia ingin antara dirinya, dan Emir berhenti memikirkan menyoal masa lalu, serta terjebak di dalamnya.Indira pun mengangguk, meskipun Arnold sempat menggeleng. Ia menatap Arnold seraya tersenyum meminta pengertian. Arnold pun melihat pada Indira, dan akhirnya memperbolehkan gadis itu menyelesaikan segala masalahnya dengan pria brengsek yang ternyata adalah sahabat baik Rana. Jujur, saat mengetahuinya, Arnold jelas kaget bukan main. Ia sungguh merasa luar biasa, karena ternyata Rana, dan juga Indira masih bisa menjalin pertemanan yang sangat baik."Tunggulah di sini," pinta Indira yang langsung disanggupi oleh Arnold. "Aku akan ba

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   116. BERITA BAIK UNTUK BENTALA

    "Maaf, mengganggu waktumu, Ben. Tapi, saya harus memberikan ini secara langsung untukmu. Kamu diundang khusus sebagai best man-saya dalam pernikahan saya dengan Tanaya. Ya, saya tahu kondisinya tidak memungkinkan. Tapi, tak apa-apa. Saya hanya ingin memberikan ini sebagai tanda bahwa hanya kamu yang berhak untuk posisi itu."Tentu saja Bentala terhenyak. Bukan soal undangannya, tapi bagaimana Edward selalu memperlakukannya dengan spesial. Berbeda dengan dua temannya yang lain, Edward baginya sudah seperti saudara yang ia temukan di benua lain. Dia selalu merawat, memperhatikan, bahkan memperlakukan Bentala seperti dirinya adalah orang yang layak mendapat perlakuan tersebut. Tak hanya Edward, Tanaya pun demikian.Untuk itulah, Bentala rela melakukan banyak hal bodoh hanya untuk menjaga mereka tetap bahagia. Sebab, di saat ia tak punya siapa-siapa di negeri orang, hanya Edward, dan Tanaya yang membantunya. Hanya mereka berdua yang rela bersusah payah untuk seorang Bentala."Kamu membuat

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   115. HANYA SEBUAH HARAPAN

    "Aku tahu harusnya enggak ninggalin kamu. Tapi, aku minta maaf. Aku tahu kamu pasti mengerti. Hanya tiga hari, aku janji. Senin, aku akan kembali ke sini. Aku janji akan nemenin kamu lagi di sini. Kamu pasti akan merasa sedih kan, kalau pekerjaanku enggak beres? Jadi, aku pulang sebentar ya. Aku tahu, aku akan kangen kamu banget, Rana."Tatapan Bentala begitu dalam, dan berat. Ia sama sekali enggan meninggalkan Rana dalam kondisi yang masih belum ada kejelasan, tapi ia juga tak bisa meninggalkan pekerjaannya. Ada banyak orang yang bergantung hidupnya pada Bentala, dan ia tak serta merta melupakan mereka hanya untuk memajukan keinginannya. Bila Rana bangun pun, gadis itu pasti memilih untuk melepasnya.Dengan erat, ia genggam tangan kekasihnya. Ia cium tangan itu penuh rasa sayang. Meskipun hampir dua minggu di rumah sakit, wangi lavender yang khas masih tercium begitu nyata dari tubuh Rana, membuat Bentala makin berat untuk melepasnya. Tapi, apa mau dikata. Hidup nyatanya harus tetap

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   114. CINTA TANPA HINGGA

    "Mr. James sangat menyukai apa yang anda lakukan dengan kebun kelapa sawit keluarga anda. Dia berharap kerja sama ini akan sangat menguntungkan bagi anda, dan juga Mr. James. Terima kasih banyak, Mr. Byakta. Nanti kita bertemu lagi di Jakarta dua minggu ke depan. Have a nice day."Tak hanya Bentala, Danish pun menunjukkan senyum profesionalnya kepada CFO Perusahaan yang akan bekerja sama dengan Bentala dalam pembuatan pabrik kelapa sawit di Riau. Bentala sungguh bersyukur, karena CFO perusahaan yang ia tuju adalah orang Indonesia. Ibu Martina Larasati Adams yang adalah orang Sulawesi Utara pergi jauh ke Sydney untuk bekerja bersama suaminya yang berasal dari London. Bentala pun teringat pada Edward yang melobi CEO perusahaan ini untuk bekerja sama dengannya. Bentala harus mentraktirnya nanti saat sampai di Jakarta.Bentala, dan Danish pun sangat puas. Tak sia-sia waktu yang mereka habiskan untuk meraih kontrak kerja sama. Sekarang setelah segala kontrak sudah ditandatangani, Bentala b

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   113. RINDU YANG MENGGUNUNG

    "Ben, lo bisa pulang ke hotel buat urus kepindahan lo. Di depan juga sudah ada asisten lo nungguin. Jangan lupa makan. Terakhir lo makan tuh, kemarin sore. Lo skip makan malam, sama sarapan, Ben. Jangan sampai deh, lo ikut-ikutan tumbang. Makan ya, Ben."Hanya sebuah anggukan yang Bentala berikan kepada Indira. Gadis itu sudah jauh lebih rapi, sedangkan Bentala tampak kusut tak terurus. Tiga hari sudah, dan tak ada tanda-tanda Rana akan bangun. Dokter hanya mengatakan kalau Rana hanya trauma. Hanya butuh waktu sampai gadis itu siap, dan membuka matanya.Sayangnya Bentala tak sabar. Masalahnya rindunya sudah menggunung, dan butuh dituntaskan. Hausnya masih terasa meskipun ia sudah menenggak kehadiran Rana sejak tiga hari lalu. Tapi, apalah arti raga, tanpa jiwa yang benar-benar hidup."Tolong ya, jaga Rana. Kalau ada kabar baik, hubungi gue." Bentala berpesan, dan Indira langsung mengiyakan apa yang pria itu inginkan. "Kalau bisnis ini enggak penting, gue mungkin akan ada di sini terus

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   112. SITUASI GENTING

    "Ben, kamu sudah berangkat kerja? Ben? Hei, Ben! Kamu sedang apa di sana? Ada apa?"Dengan cepat, Edward menghampiri Bentala yang terduduk di karpet dekat tempat tidurnya. Pria itu tampak terdiam, kaku, dan belum benar-benar menyadari keberadaannya. Sebelum berangkat lari pagi, Edward melihat Bentala masih baik-baik saja dengan makan makanan cepat saji, minum kopi, dan kemudian mandi. Namun setelah Edward kembali, ia mendapati pria itu tampak tak berdaya, dan tak baik-baik saja.Edward pun mencoba membuat pria itu berhenti melamun dengan menggoyangkan bahunya. Bentala akhirnya menengadah, namun baru kali itu tatapan pria itu benar-benar kosong. Edward pun menjadi ikut takut."Ben, ada apa?" tanya Edward lagi lebih keras. "Katakan, ada apa?""Rana, Ed, Rana," lirih Bentala dengan suara tercekat. Kalau dia adalah Tanaya, mungkin tangisnya sudah merebak keluar. "Dia kecelakaan Ed. Bagaimana ini? Bagaimana, Ed? Aku harus ke Australia. Aku harus ke sana. Sekarang juga. Ya Tuhan, mengapa in

DMCA.com Protection Status