"Ya Tuhan, apa kabar Mbak Rana? Senang bisa satu project sama Mbak Rana. Kita sudah lama sekali enggak ketemu, ya? Terakhir kali di restoran waktu itu. Aku sama Ighfal, Mbak Rana sama pria yang katanya bos-nya Mbak Rana."
Beberapa orang di sana langsung melirik, bahkan ada yang terang-terangan menoleh pada Rana, dan Syara yang tengah beradu salam basa-basi. Rana pun hanya mengangguk, tersenyum. Ia berpikir positif kalau Syara memang sedang tidak bercanda, atau sengaja berniat membocorkannya di ruang publik, karena itu Rana tak bereaksi berlebihan sebagai antisipasi dari asumsi banyak orang mengenai bos yang Syara maksud.
Latisha sendiri langsung menggelengkan kepalanya, saking kesalnya dengan tingkah Syara yang menyebalkan. Ia ingin sekali menjewer pipi lembut Syara, dan menunjukkan padanya kalau apa yang ia katakan itu tak semestinya diucapkan. Beruntung, ia memiliki talent yang paling sabar. Jika sebaliknya, mungkin kejadian jambak-menjambak akan beredar di kanal gos
"Pak, anda tampak santai. Tak seperti sedang mengalami banyak masalah. Apa anda sudah memiliki solusi dari permasalahan ini?"Pertanyaan dari Fahmi membuat Bentala sontak menggeleng. Ia tak menyiapkan solusi apa-apa. Ia hanya menyelesaikan konsep yang akan ia bangun di publik. Pak Pranata berani mengusungnya, asalkan Bentala tetap yakin pada kemenangannya. Meskipun ia sendiri mulai meragukan ketetapan hatinya untuk melangkah menjadi gubernur Jakarta.Sungguh, kini ia merindukan Rana. Wajahnya yang memenuhi sebagian papan iklan di Jakarta, membuat rindunya kian menggunung. Seharian penuh, Bentala bahkan tak memikirkan nasibnya di dunia politik. Ia menghabiskan semua detik yang dipunyanya hanya untuk memikirkan Rana."Jalankan saja apa yang sudah tersusun," jawab Bentala pelan. "Segalanya sudah terjadi, percuma dipikirkan. Lagipula masalah ini juga tak perlu banyak solusi. Bila memang tak ada partai pengusung, maka saya akan maju secara independen.""Anda tak mungkin m
"Apa semuanya akan baik-baik saja kalau kamu berada di sini? Kamu seharusnya enggak ada di sini, Bentala! Ini sangat berbahaya buat kamu. Bagaimana kalau ketahuan sama orang lain?"Pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulut Rana. Apa pun yang ada di pikirannya, dan segala kekhawatirannya tak akan ia sembunyikan malam itu. Rana akan menanyakan, dan membicarakannya dengan Bentala. Mumpung pria yang ia targetkan ada di depan matanya, jadi ia tak perlu kebingungan lagi menanyakan segalanya pada siapa. Bentala ada di sini, di hadapannya, dan dalam keadaan yang kelihatannya sangat lelah.Bentala tersenyum. Mereka duduk di sofa ruang tengah unit apartemen Rana sambil berhadapan. Ia mengelus anak rambut Rana yang lepas dari ikatan, dan menaruhnya ke belakang telinga. Matanya begitu teduh. Apa yang ia rindukan ada di hadapannya, telah ia peluk, dan kini akan ia pandangi terus hinga rasanya ia telah puas karenanya."Tidak apa-apa," jawab Bentala pelan. "Sudah kubilang k
"Kamu melihatku dalam tidur? Hati-hati lho, nanti kamu bisa jatuh cinta setengah mati padaku."Sebentuk bulan sabit hadir di wajah cantik Rana. Ia tak kaget, karena Bentala sudah mengucek mata, dan mulai memicingkan matanya melihat Rana. Pria itu lalu memiringkan tubuhnya, dan memandangi Rana-nya yang sejak setengah jam lalu sudah terbangun lebih dahulu.Mereka saling bertukar pandang, namun tak satu pun yang memulai pembicaraan. Seperti semalaman yang mereka habiskan hanya untuk saling memandangi, berpelukan, dan menceritakan resah. Mereka saling melempar rindu dengan cara yang lebih wajar, dan jauh dari esensi gairah. Segalanya murni hanya untuk saling meyakini satu sama lain kalau keberadaan keduanya benar-benar utuh."Sepertinya aku enggak perlu hati-hati," lirih Rana tiba-tiba."Kenapa?" tanya Bentala dengan alis terangkat sebelah. "Oh, aku bisa menebak. Pasti, karena kamu sudah jatuh cinta setengah mati kan, sama aku? Aku jg begitu. Aku juga jatuh cinta setenga
"Kamu siapa sebenarnya? Mengapa kamu bisa mendapatkan foto-foto ini? Cepat jawab! Jangan coba-coba juga untuk berbohong, karena saya sama sekali tidak suka orang yang berbohong pada saya."Tak pernah terlintas di pikiran Dayu kalau ia tak cuma berjumpa dengan Mahaka siang itu, melainkan pula dengan sosok yang selalu mampir di tv-nya tiap Ibunya menonton siaran berita. Pria itu adalah pendiri partai penguasa. Ia adalah raja, bila dikategorikan dalam sistem politik Indonesia. Ia adalah Manggala Adi Putra.Dayu sungguh tak menyangka. Ia sudah terlibat terlalu jauh dalam permainan politik yang sesungguhnya mengerikan. Bukan lagi masalah tentang membayar pinjaman online, tapi ia akan ikut serta dalam membunuh karakter seseorang dalam sistem perpolitikan negeri ini. Dayu tahu pria yang dipeluk Rana bukanlah pria biasa, makanya ia mencari tahu, dan sungguh seperti sebuah plot twist, Ia menemukan pria itu sudah menikah dengan putri dari Mahaka Gunawan. Pria paling kaya saat ini di I
"Aku pikir kamu enggak akan datang. Ternyata kamu datang, Tanaya? Apa orang tuamu memperbolehkan untuk datang? Apa kamu datang sendiri ke sini?"Pertanyaan Bentala diiringi senyum oleh Tanaya. Ia memang sudah berbulan-bulan tak bertemu dengan Bentala. Namun, ia tahu bagaimana kabar Bentala lewat pesan-pesan yang sengaja ia kirimkan pada Edward. Hubungannya dengan Edward pun juga berjalan dengan lancar. Segalanya memang tak benar-benar baik-baik saja setelah segalanya terbongkar."Aku meminta izin mereka untuk bertemu kamu terakhir kalinya. Aku bilang pada mereka, kalau aku enggak akan tahu kapan bertemu lagi dengan kamu, Ben. Papa mungkin enggak setuju. Tapi, Mama yang justru mendukungku melakukannya. Ben, aku senang perceraian ini selesai dalam waktu kurang dari lima bulan. Lebih cepat dari dugaan kita.""Ya, aku senang, karena orang tuamu membuat segala kegaduhan ini selesai lebih cepat. Bagaimana keadaanmu? Apa bayi yang ada di perutmu, baik-baik saja?"Tanaya ter
"Eh, kalian tahu enggak, si Maisya? Dia tuh, ternyata simpanan om-om tahu enggak? Gue enggak nyangka sih, pas baca berita di akun gosip. Padahal dia kan, paling kalem ya? Paling yang enggak neko-neko begitu di antara kita.""Lah, justru yang paling enggak neko-neko itu yang patut dicurigai."Lagi-lagi sebentuk gosip mampir lagi dalam pertemuan arisan mereka. Rana yang paling anti menggosipkan orang lain, hanyalah tim yang mendengarkan. Semenjak anggota mereka bertambah, banyak gosip-gosip yang hadir memenuhi perbincangan mereka. Rana mulai merasa tidak nyaman dengan perkumpulan itu, karena esensinya menjadi berubah sebagai ajang menggosip, ketimbang saling bertukar pikiran, dan juga pengalaman mengenai dunianya masing-masing.Beruntungnya pertemuan hari itu adalah pertemuan terakhir sebelum pergantian tahun. Rana mungkin harus mencari alasan yang jelas, dan kuat untuk tak lagi mengikuti perkumpulan serupa. Rana benar-benar kapok, kalau harus mendengar gosip yang
"Dibandingkan bulan lalu, penjualan kita naik drastis, Pak. Bahkan biskuit coklat kita mendapatkan atensi masyarakat. Bapak benar, kalau banyak masyarakat Indonesia yang mulai melek soal kesehatan. Biskuit coklat rendah gula ini mulai dinantikan oleh kalangan ibu-ibu muda yang sangat memperhatikan asupan gizi anaknya." Tentu saja Bentala mengangguk dengan senyum tipis berwibawa. Beberapa tahun mengenal Tanaya, dan berdiskusi mengenai kesehatan anak Indonesia, memberikan Bentala banyak ide untuk menciptakan cemilan yang ramah dikonsumsi, tapi tak menimbulkan efek samping, serta mengurangi keresahan para orang tua. Setelah terjun langsung ke dunia ini, Bentala tahu banyak makanan, dan minuman yang memiliki kandungan dengan kadar gula, dan garam yang tinggi. Mulai dari sana, ia pun mulai memperhatikan komposisi yang tepat. Sesungguhnya dengan komposisi yang tepat, kita bisa menekan kandungan yang dianggap cukup berbahaya bila dikonsumsi banyak-banyak bagi tubuh. Tak hanya itu, Bentala j
"Rana Diatmika Husada, adik Abang yang cantik ada di sini. Tumben, kamu pulang ke sini. Biasanya kalau sudah pulang ke Bedugul, pasti punya masalah. Ya, kan?"Dengan pasti, Rana jelas-jelas menggeleng. Ia memang pulang ke Bedugul tiap stress, dan kepenatan melanda. Namun, kali ini ia tak melakukannya untuk kedua hal tersebut. Ia mengunjungi Bedugul, karena memang ia ingin bersantai sejenak sebelum benar-benar terbang ke Bintan untuk berlibur bersama Bentala.Selain itu, ia memang tengah beristirahat. Skala pastinya adalah tiga bulan, tapi Rana yakini pasti lebih lama dari dugaannya. Ia akan di Bintan tiga hari bersama dengan Bentala, tapi tak akan ikut pulang. Rana akan menghabiskan waktu lebih lama di sana, dan kemudian menyempatkan diri jalan-jalan ke Padang untuk bertemu sepupu kesayangannya yang memang tinggal di sana. Rencananya sudah matang, dan Rana harap tak ada kendala satu pun yang membuat perjalanannya terganggu."Abang terkadang bersikap sok tahu. Aku hanya ingin bersantai