Beranda / Romansa / Di Balik Asmara Sang Aktris / 34. TAK INGIN BERSPEKULASI

Share

34. TAK INGIN BERSPEKULASI

Penulis: Cha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Biarkan saja, Ben. Mau ke mana pun dia pergi, biarkan saja. Aku enggak peduli. Aku enggak mau tahu juga. Kamu pikir mudah bagi aku menerima kalau dia berhubungan dengan ayahku? Dia bahkan mengandung calon saudara tiriku. Coba kamu bayangin itu? Kalau kamu jadi aku, apa kamu bisa memaafkan dia semudah itu?"

Rana menaruh sumpitnya. Matanya berpendar, menatap Bentala dengan nanar. Ia tak habis pikir dengan Bentala. Ia pikir pria itu mengerti dirinya. Tapi, pria itu justru mendorongnya untuk bertemu dengan Indira, satu-satunya orang yang sama sekali tidak ingin Rana temui.

Bentala sendiri hanya mampu terdiam. Ia tahu Rana masih patah hati. Mengetahui kalau sahabatnya ada main dengan sang ayah pasti membuat Rana kesal setengah mati. Ia pasti begitu. Ia pasti akan semarah Rana, namun ia juga tidak bisa membiarkan Indira pergi tanpa menyelesaikannya dengan Rana.

"Ya, aku tahu enggak semudah itu menerima Indira. Tapi, dia akan pergi. Ya, aku tahu cuma Australia. Kamu bahkan bisa bolak-balik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   35. RASA BIBIR YANG SAMA

    "Terima kasih sudah mengantarku pulang. Terima kasih juga atas makan malamnya yang sangat enak. Semoga segala urusan kamu sukses ya, Ben. Aku turun dulu, ya."Ucapan tersebut mungkin tak digubris oleh Bentala, namun tangan Rana yang ditarik hingga tubuh gadis itu mendekat padanya, tentu saja sebagai jawaban kalau pria itu belum ingin berpisah. Rana pun bingung. Ia tidak bisa menafsirkan apa pun. Ekspresi Bentala tak bisa Rana lihat di kegelapan malam yang minim pencahayaan.Bentala sendiri bingung dengan suasana hatinya. Tadi, ia merasa senang. Namun saat melihat Ighfaldi, semua perasaan senang itu langsung menguap tak bersisa. Kini, hanya ada rasa kesal yang anehnya sulit ia tanggapi secara benar."Aku antar kamu ke depan pintu unit." Suara Bentala pelan, namun Rana tahu dari nadanya, pria itu sedang tak bernafsu untuk beramah tamah. Jadi, Rana pun diam. "Ayo, Rana. Jangan bantah aku kali ini. Aku mohon!""Aku sama sekali enggak berniat membantah kamu, Bentala.""Kalau begitu, ayo tu

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   36. CINTA YANG TAK PERNAH BERUBAH

    "Apa kali ini kamu yang akan melarikan diri?" Tawa Bentala terkuak. Membuat Rana juga ikut tersenyum mendengar candaannya sendiri. Bentala menarik pinggang Rana, membuat tubuh gadis itu menempel padanya. Rana pun meraba dada Bentala yang tak terselimuti apa pun. Bentala lalu mencium kening Rana, lalu mengelus punggung gadis itu dengan lembut. Sikap Bentala yang sangat menenangkan, membuat Rana benar-benar gila. Di kepalanya, ia tak peduli siapa Bentala, statusnya, atau pun masa depannya. Ia hanya ingin menikmati kebersamaannya bersama pria itu selama yang Rana mampu. "Aku enggak akan ke mana-mana," bisik Bentala. "Kecuali kalau kamu memintaku pergi, mungkin aku akan pergi." "Ah, kamu, dan semua kalimat yang keluar dari mulutmu benar-benar membuatku gila. Kamu enggak capek terus-terusan gombal begitu? Aku aja yang dengar capek tahu enggak. Berhentilah, Ben. Bicaralah kenyataannya. Jangan menggombal!" "Aku enggak bisa menggombal," sanggah Bentala yang diberi cibiran oleh Rana.

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   37. KEBERSAMAAN YANG SINGKAT

    "Kalau bukan karena pekerjaan, mungkin aku akan seharian di sini memelukmu."Tak ada yang salah dari kata-kata Bentala. Rana yang biasanya bangun pagi-pagi seperti enggan bangkit dari tempat tidur. Tubuh Bentala yang tegap seperti tempat ternyaman untuk Rana menempelkan diri bagai lem kepada kertas. Ia juga tak ingin ke mana-mana, apalagi mengingat kalau Bentala akan sangat sibuk ke depannya.Namun hidup terus berjalan. Benar kata Bentala, Rana tak pernah egois. Bahkan menyangkut soal dirinya sendiri saja, ia tak pernah mau menang. Seperti sebuah aturan dalam hidupnya, Rana merasa dirinya cukup beruntung di dunia ini dibanding orang lain yang hidupnya tidak semulus dirinya."Kalau begitu pergilah, Ben!" cicit Rana dengan mata yang masih terpejam. "Kalau kamu enggak cepat-cepat pergi, akan ada yang menahanmu tetap di sini seharian lho!""Jujur, aku dengan senang hati menuruti keinginan orang itu."Rana mencibir, "Bentala, dan mulutnya yang manis."Alih-alih marah, Bentala justru tertaw

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   38. DEFINISI DARI KATA CUKUP

    "Tidak perlu diam-diam melirik saya. Di kepala kamu pasti banyak sekali pertanyaan kan, Fahmi? Tanyakan saja, apa yang ingin kamu tahu. Saya akan memberi tahu kamu apa pun. Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak merahasiakan apa pun?"Namanya adalah Fahmi Anggara Torro. Pria berusia empat puluh tahunan yang sudah bekerja pada keluarganya sejak usia belasan. Fahmi adalah anak dari supir bapaknya, Har Torro. Meskipun Pak Har sudah pensiun, tetapi Fahmi tetap setia mengabdi pada keluarganya.Selama Bentala pergi ke Amerika, Fahmi yang menjaga bapaknya. Ia tak bisa menyembunyikan apa pun dari Fahmi, pria itu memiliki insting lebih hebat dari siapa pun yang pernah bekerja pada ayahnya. Fahmi mungkin bukan berlatar belakang militer, tapi didikan bapaknya pada pria itu membuat Fahmi memiliki keahlian yang sama luar biasanya dengan ajudan lainnya yang berasal dari militer."Perempuan itu bukannya Nona Rana Diatmika Husada?" tanya Fahmi memulai pertanyaannya."Ya, kamu benar." Bentala tak ada

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   39. TUNTUTAN SANG MANAJER

    "Lo gila, Na? Pak Bentala ke kamar lo? Ngapain? Numpang ke kamar kecil? Pasti enggak mungkin, kan? Apalagi kalau cuma numpang lihat-lihat doang? Itu lebih enggak mungkin!"Rana seperti anak remaja yang ketahuan ibunya, karena membawa pacarnya ke dalam kamar pribadi. Meringkuk di atas tempat tidur, dan tak berniat membantah sama sekali. Ia pun hanya mampu melihat sang manajer marah-marah dengan ekspresi mengerikan. Untuk pertama kali dalam hidup Rana, ia akhirnya bisa melihat Latisha terlihat begitu kesal, dan gusar.Tadinya ia pikir tidak akan ada pembicaraan menyoal kejadian semalam. Ia ingin menyimpannya sendirian, seperti kejadian lima tahun lalu. Tapi, apa mau dikata, sebuah kejutan terkuak nyata. Memperlihatkan apa yang terjadi semalam pada sang manajer yang hidupnya sangat lempeng bak jalan tol."Lo kok, diam saja sih?""Gue nunggu lo selesai marah-marah," jawab Rana pelan. "Gue tahu hal begini tuh tabu buat lo, Tish. Tapi, apa ya, gue sudah melakukan hal seperti ini lima tahun

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   40. BUKAN BERMAKSUD MEMBENCI

    "Papa pikir kamu enggak akan datang. Papa senang akhirnya kamu datang menemui Papa. Papa juga senang saat kamu memanggil Mbak Ronah kemarin untuk membereskan apartemen kamu. Bagaimana kabar kamu, Nak? Kamu sehat, kan?"Tidak ada kata luluh dalam kamus Rana saat ia sedang dalam keadaan marah pada seseorang. Termasuk sang Papa, tentunya. Sayangnya keteguhan itu harus runtuh saat mendengar sang Papa pingsan di rumah sakit akibat kelelahan. Rana yang memang pada dasarnya susah untuk egois, langsung berlari dengan cemas untuk melihat keadaan sang Papa yang ternyata benar-benar terbaring tak berdaya di kamar rawat rumah sakit Husada.Tak ada yang menemani Emir Dikara Husada saat Rana sampai. Hal tersebut sebenarnya sudah ia prediksi sebelumnya. Kakak pertamanya sedang di luar negeri, dan kakak keduanya pasti sedang sibuk dengan bisnisnya. Mereka berdua laki-laki, dan sangat sulit diharapkan kehadirannya."Makanya sadar diri. Papa tuh tahun depan sudah kepala enam lho," cibir Rana pada sang

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   41. RASA SESAL YANG DITANGGUNG

    "Tolong, jaga Papa ya, Mbak Ronah. Aku ada syuting di Bali selama seminggu, dan harus berangkat sore ini. Kalau ada apa-apa, Mbak Ronah telepon aku aja. Aku sudah kirim pulsa ke nomor Mbak Ronah juga.""Baik, Mbak. Mbak Rana enggak perlu khawatir."Rana memang tidak pernah khawatir selama ada Mbak Ronah di hidupnya. Perempuan itu sudah seperti kakak untuknya. Dari umur belasan, Mbak Ronah yang menjaga, dan membantu Rana. Ia menghabiskan hidupnya untuk bekerja bersama keluarganya yang sangat berantakan.Rana pun memeluk Mbak Ronah, mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada perempuan tersebut. Ia mengelus punggung ibu anak satu tersebut dengan sayang, mengirimkan sebuah rasa yang ia harap tersampaikan dengan baik kepada Mbak Ronah. Mbak Ronah pun membalas pelukan Rana dengan sama sayangnya."Mbak Rana jangan lupa makan, ya. Jaga kesehatan. Syuting-syuting kan, bikin Mbak suka lupa waktu. Nanti saya ingatkan Mbak Tisha deh," pesan Mbak Ronah yang dibarengi tawa kecil oleh Rana. Ia pun

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   42. RINDU YANG BERBEDA

    "Kami berharap apa yang Pak Pranata sampaikan di debat kali ini bisa menjawab sebagian pertanyaan masyarakat. Persis seperti yang Pak Pranata, dan Mas Gandhi sampaikan pada saat deklarasi, bahwa visi misi kami sama dengan apa yang sudah dilakukan Presiden saat ini. Kami akan memperbaiki, dan memperbagus yang ada. Jadi, bila ada yang berasumsi bahwa kami melakukan hal sebaliknya, maka itu bukan dari tim kami. Terima kasih ya, Mas, Mbak." Pernyataan Bentala nampaknya tak cukup membuat para wartawan puas. Mereka masih saja melemparkan pertanyaan-pertanyaan baru yang hanya ditanggapi senyuman oleh Bentala. Bahkan hingga ia masuk ke dalam mobil, para wartawan itu masih saja sibuk menginginkan jawabannya. Fahmi yang cepat tanggap tentu saja langsung menjalankan mobilnya meninggalkan gedung KPU, yakni lokasi debat perdana calon presiden. Terlepas dari segala hiruk pikuk kontestasi pemilu, Bentala benar-benar bersemangat. Ia sangat menyukai pekerjaan ini, meskipun rasanya lelah yang ia tangg

Bab terbaru

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   120. AKHIR YANG BAHAGIA

    "Kamu tahu enggak arti dari cincin ini?"Delapan bulan kemudian segalanya berjalan dengan sangat cepat. Rana membutuhkan waktu lebih dari lima bulan untuk menyiapkan segala pernikahannya. Karena kegiatannya di dunia entertainment yang memang sedang rehat, maka tak ada satu pun media, atau rekan artis yang mengetahui rencana pernikahannya. Rana, dan Bentala pun dengan tenang menjalankan pernikahan mereka di Bali dengan sangat tenang, dan intim.Kini, di bulan kedua pernikahan mereka, Bentala akhirnya bisa benar-benar menemukan waktu untuk berbulan madu. Meskipun tak lagi menjadi aktris, Rana tetap saja disibukkan dengan kegiatannya sebagai salah satu direksi di rumah sakit Husada. Ia bersama-sama dengan Latisha bekerja, meskipun kini berada di dunia yang sama sekali berbeda."Aku enggak tahu," jawab Rana sambil menggelengkan kepala. "Memang apa artinya? Aku pikir ini hanya sebuah bentuk. Karena cantik, jadi kupikir itu alasan kamu memilihnya. Ternyata ada artinya, ya?"Bentala terkekeh

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   119. MENIKAHLAH DENGANKU

    "Besok bahkan baru malam tahun baru. Tidak bisakah kamu menunggu hingga besok? Ya, aku memang menyuruhmu untuk pulang, tapi maksud aku pulanglah setelah tahun baru. Bukannya sekarang. Ben, kamu mendengarkan aku, kan?"Pertanyaan itu membuat Rana benar-benar kesal, karena Bentala tampak tak mengacuhkannya sejak tadi. Pria itu sejak tadi hanya mondar-mandir merapikan segala barangnya ke dalam koper besar yang Rana pastikan kalau isinya terlalu sedikit di sana. Rana pun beranjak dari kasur, mendekati Bentala yang sibuk memasukkan semua kemejanya ke koper. Ia tarik kerah pria itu, agar Bentala bisa fokus hanya padanya.Bentala tersenyum. Ia melingkarkan tangannya di pelukan Rana dengan erat. Ia bawa gadis itu ke pelukannya, dan ia cium gadis itu dengan sepenuh jiwa. Rana jelas tak menolak, bersama Bentala memang membuat kepalanya selalu bodoh dalam hal tolak menolak."Kamu sekarang merengek, agar aku tak pergi." Bentala berkata setelah ia melepaskan ciumannya. "Kemarin, kamu melepaskan ak

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   118. HALO CANTIK!

    "Gue benar-benar senang, karena lo sudah sadar, Na. Maaf ya, gue enggak bisa melihat lo langsung ke Australia. Karena gue pikir-pikir keadaannya pasti enggak memungkinkan dan gue enggak pernah ke Australia sebelumnya. Gue takut jatuhnya ngerepotin Indira yang lagi sibuk ngurusin lo, dan kerjaannya."Hanya sebuah gelengan yang mampir di wajah Rana saat mendengar managernya, Latisha meminta maaf. Ia tak pernah mempermasalahkan siapa yang berada di sampingnya saat sakit. Baginya di mana pun berada, Rana sudah cukup dengan doa. Rana tahu obat mujarab terampuh bagi orang sakit adalah doa dari orang yang benar-benar tulus menginginkan kesembuhan diri kita.Latisha sendiri merasa sangat bahagia. Meskipun hanya bisa melihat Rana dari panggilan video, tapi gadis itu sudah merasa cukup puas. Melihat Rana meresponnya dengan senyum tercantik yang Rana punya, sudah membuat Latisha merasa sangat lega."Tidak masalah kok," jawab Rana jujur. Ia tersenyum lemah. "Lo jangan maksain diri buat ke sini. L

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   117. TEMAN TERBAIK

    "Indira, boleh saya bicara sama kamu sebentar?"Tak mungkin Indira tak kaget. Ia menengadah, dan memastikan kalau yang bicara padanya memang benar-benar seorang Emir Dikara Husada. Selama hampir dua minggu, pria itu pura-pura tak mempedulikannya, hari ini, di hari di mana Rana sadar sepenuhnya, Emir akhirnya mau mengajaknya bicara. Bukannya Rana berharap, tapi ia ingin antara dirinya, dan Emir berhenti memikirkan menyoal masa lalu, serta terjebak di dalamnya.Indira pun mengangguk, meskipun Arnold sempat menggeleng. Ia menatap Arnold seraya tersenyum meminta pengertian. Arnold pun melihat pada Indira, dan akhirnya memperbolehkan gadis itu menyelesaikan segala masalahnya dengan pria brengsek yang ternyata adalah sahabat baik Rana. Jujur, saat mengetahuinya, Arnold jelas kaget bukan main. Ia sungguh merasa luar biasa, karena ternyata Rana, dan juga Indira masih bisa menjalin pertemanan yang sangat baik."Tunggulah di sini," pinta Indira yang langsung disanggupi oleh Arnold. "Aku akan ba

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   116. BERITA BAIK UNTUK BENTALA

    "Maaf, mengganggu waktumu, Ben. Tapi, saya harus memberikan ini secara langsung untukmu. Kamu diundang khusus sebagai best man-saya dalam pernikahan saya dengan Tanaya. Ya, saya tahu kondisinya tidak memungkinkan. Tapi, tak apa-apa. Saya hanya ingin memberikan ini sebagai tanda bahwa hanya kamu yang berhak untuk posisi itu."Tentu saja Bentala terhenyak. Bukan soal undangannya, tapi bagaimana Edward selalu memperlakukannya dengan spesial. Berbeda dengan dua temannya yang lain, Edward baginya sudah seperti saudara yang ia temukan di benua lain. Dia selalu merawat, memperhatikan, bahkan memperlakukan Bentala seperti dirinya adalah orang yang layak mendapat perlakuan tersebut. Tak hanya Edward, Tanaya pun demikian.Untuk itulah, Bentala rela melakukan banyak hal bodoh hanya untuk menjaga mereka tetap bahagia. Sebab, di saat ia tak punya siapa-siapa di negeri orang, hanya Edward, dan Tanaya yang membantunya. Hanya mereka berdua yang rela bersusah payah untuk seorang Bentala."Kamu membuat

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   115. HANYA SEBUAH HARAPAN

    "Aku tahu harusnya enggak ninggalin kamu. Tapi, aku minta maaf. Aku tahu kamu pasti mengerti. Hanya tiga hari, aku janji. Senin, aku akan kembali ke sini. Aku janji akan nemenin kamu lagi di sini. Kamu pasti akan merasa sedih kan, kalau pekerjaanku enggak beres? Jadi, aku pulang sebentar ya. Aku tahu, aku akan kangen kamu banget, Rana."Tatapan Bentala begitu dalam, dan berat. Ia sama sekali enggan meninggalkan Rana dalam kondisi yang masih belum ada kejelasan, tapi ia juga tak bisa meninggalkan pekerjaannya. Ada banyak orang yang bergantung hidupnya pada Bentala, dan ia tak serta merta melupakan mereka hanya untuk memajukan keinginannya. Bila Rana bangun pun, gadis itu pasti memilih untuk melepasnya.Dengan erat, ia genggam tangan kekasihnya. Ia cium tangan itu penuh rasa sayang. Meskipun hampir dua minggu di rumah sakit, wangi lavender yang khas masih tercium begitu nyata dari tubuh Rana, membuat Bentala makin berat untuk melepasnya. Tapi, apa mau dikata. Hidup nyatanya harus tetap

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   114. CINTA TANPA HINGGA

    "Mr. James sangat menyukai apa yang anda lakukan dengan kebun kelapa sawit keluarga anda. Dia berharap kerja sama ini akan sangat menguntungkan bagi anda, dan juga Mr. James. Terima kasih banyak, Mr. Byakta. Nanti kita bertemu lagi di Jakarta dua minggu ke depan. Have a nice day."Tak hanya Bentala, Danish pun menunjukkan senyum profesionalnya kepada CFO Perusahaan yang akan bekerja sama dengan Bentala dalam pembuatan pabrik kelapa sawit di Riau. Bentala sungguh bersyukur, karena CFO perusahaan yang ia tuju adalah orang Indonesia. Ibu Martina Larasati Adams yang adalah orang Sulawesi Utara pergi jauh ke Sydney untuk bekerja bersama suaminya yang berasal dari London. Bentala pun teringat pada Edward yang melobi CEO perusahaan ini untuk bekerja sama dengannya. Bentala harus mentraktirnya nanti saat sampai di Jakarta.Bentala, dan Danish pun sangat puas. Tak sia-sia waktu yang mereka habiskan untuk meraih kontrak kerja sama. Sekarang setelah segala kontrak sudah ditandatangani, Bentala b

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   113. RINDU YANG MENGGUNUNG

    "Ben, lo bisa pulang ke hotel buat urus kepindahan lo. Di depan juga sudah ada asisten lo nungguin. Jangan lupa makan. Terakhir lo makan tuh, kemarin sore. Lo skip makan malam, sama sarapan, Ben. Jangan sampai deh, lo ikut-ikutan tumbang. Makan ya, Ben."Hanya sebuah anggukan yang Bentala berikan kepada Indira. Gadis itu sudah jauh lebih rapi, sedangkan Bentala tampak kusut tak terurus. Tiga hari sudah, dan tak ada tanda-tanda Rana akan bangun. Dokter hanya mengatakan kalau Rana hanya trauma. Hanya butuh waktu sampai gadis itu siap, dan membuka matanya.Sayangnya Bentala tak sabar. Masalahnya rindunya sudah menggunung, dan butuh dituntaskan. Hausnya masih terasa meskipun ia sudah menenggak kehadiran Rana sejak tiga hari lalu. Tapi, apalah arti raga, tanpa jiwa yang benar-benar hidup."Tolong ya, jaga Rana. Kalau ada kabar baik, hubungi gue." Bentala berpesan, dan Indira langsung mengiyakan apa yang pria itu inginkan. "Kalau bisnis ini enggak penting, gue mungkin akan ada di sini terus

  • Di Balik Asmara Sang Aktris   112. SITUASI GENTING

    "Ben, kamu sudah berangkat kerja? Ben? Hei, Ben! Kamu sedang apa di sana? Ada apa?"Dengan cepat, Edward menghampiri Bentala yang terduduk di karpet dekat tempat tidurnya. Pria itu tampak terdiam, kaku, dan belum benar-benar menyadari keberadaannya. Sebelum berangkat lari pagi, Edward melihat Bentala masih baik-baik saja dengan makan makanan cepat saji, minum kopi, dan kemudian mandi. Namun setelah Edward kembali, ia mendapati pria itu tampak tak berdaya, dan tak baik-baik saja.Edward pun mencoba membuat pria itu berhenti melamun dengan menggoyangkan bahunya. Bentala akhirnya menengadah, namun baru kali itu tatapan pria itu benar-benar kosong. Edward pun menjadi ikut takut."Ben, ada apa?" tanya Edward lagi lebih keras. "Katakan, ada apa?""Rana, Ed, Rana," lirih Bentala dengan suara tercekat. Kalau dia adalah Tanaya, mungkin tangisnya sudah merebak keluar. "Dia kecelakaan Ed. Bagaimana ini? Bagaimana, Ed? Aku harus ke Australia. Aku harus ke sana. Sekarang juga. Ya Tuhan, mengapa in

DMCA.com Protection Status