Home / Pernikahan / Di Atas Ranjang Dokter Sonya / 221. Sebuah Seni Mengolah Diri

Share

221. Sebuah Seni Mengolah Diri

Author: Gallon
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Awan mengangkat badan Sonya dari kamar mandi sampai ke ranjang tanpa melepaskan ciumannya, lidahnya menari di dalam rongga mulut Sonya mengecap manisnya mulut Wanita itu.

Awan duduk di pinggir ranjang, ia mosisikan Sonya untuk duduk di pahanya. Tangan Awan memasuki bagian dalam pakaian Sonya, mengusap garis badan wanita itu yang terasa hangat di ujung jemari Awan.

Tangan Sonya mengerat di leher Awan, ia membusungkan dadanya mendesak dada Awan seolah ingin meleburkan tubuh mereka menjadi satu. "Awan ...," bisik Sonya disela-sela ciuman panas mereka.

"Apa?" tanya Awan sambil mengurai ciumannya dan membuka kaos miliknya.

Melihat Awan membukan kaosnya sontak membuat Sonya membuka baju tidur bagian atasnya. Sonya tertawa pelan saat melihat Awan berusaha menelan ludahnya sendiri saat melihat tubuhnya.

"Wan ... aku minta maaf, aku salah dan aku janji nggak akan ketemu Emir lagi tanpa ada kamu," bisik Sonya sembari kembali memeluk Awan, bibir Sonya yang hangat mengusap garis leher Awan hingg
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Bunda Hani
kipas mana yaaa..
goodnovel comment avatar
Yanyan
jangan " awan punya anak dari cewek lain
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Kok pas ya malam jum at hihihi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   222. Tina Who?

    Tring ... tring ... tring ....Sonya mengerjapkan matanya beberapa kali karena merasa terganggu dengan suara notifikasi dari ponsel Awan yang ada di depan wajahnya. Setelah bercinta dengan dirinya, lelaki itu memeluknya dan tertidur tanpa mempedulikan ponselnya sama sekali. Itulah Awan, setelah menyetubuhi Sonya tanpa ampun, lelaki itu akan tergeletak tak berdaya dan akhirnya tertidur sambil memeluk tubuhnya. Tring ... tring ... tring ....Sonya mengambil ponsel Awan, ia takut ada panggilan rumah sakit yang mengharuskan mereka datang dan melakukan prosedur anestesi. Sonya mengambil tangan Awan yang sedang mencengkeram payudaranya, mengambil jempolnya lalu meletakkannya di layar ponsel untuk membuka kunci.Dalam hitungan detik Sonya sudah bisa membuka kunci ponsel Awan, ia tersenyum saat melihat home screen Awan adalah foto mereka berdua saat di Bali. Tring ... tring ... tring ....Sonya kembali terganggu dengan suara notifikasi dari ponsel Awan, dengan cepat ia membuka salah satu ap

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   223. Berghibah Adalah Kenikmatan

    "Ini apa lagi?" tanya Sonya yang kesal karena salah satu anak koas yang tidak bisa membedakan mana pembuluh vena dan arteri."Maaf, Dok," bisik Hilma sambil meremas morning report miliknya, rasanya ia ingin membenamkan kepalanya ke dalam ember berisi air es karena kepalanya panas diisi dengan berbagai informasi mengenai inkubasi oleh Sonya. "Ini bukan osce inkubasi kalian yang pertama, kan?"Sonya berdiri dan menghela napasnya, rasa kesal sudah ada di ubun-ubun karena harus mengurusi adek-adek koas yang terkadang menguji kesabarannya. "Maaf, Dok, bukan Dok," jawab Dira dan Hilma bersamaan."Saya merasa sia-sia, loh, menyempatkan waktu saya ke sini, padahal saya ada operasi dengan Dokter Bima," ucap Sonya kesal karena dia benar-benar menyempatkan datang, berharap adek-adek koas itu sudah bersiap ternyata belum sama sekali."Maaf, Dok, maaf," ucap Dira."Tolong jangan minta maaf terus, yah. Lebaran udah lewat ini, capek saya dengernya. Saya butuh buktu bukan kata maaf, maaf doang gampa

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   224. Kejutan Besar Dari Awan

    Sonya yang baru saja selesai melakukan operasi dengan Dokter Bima dengan cepat keluar ruangan operasi."Dokter Sonya, dipanggil Dokter Ben," ucap seorang perawat yang baru saja masuk ke ruangan sambil menyerahkan rekam medis pada Dokter Bima yang berdiri disebelah Sonya."Ada apa? Tumben Dokter Ben nyari kamu, Dok," ucap Bima sambil menandatangani rekam medis, "masalah kemarin sudah selesai, kan?"Sonya mengangguk dia tau masalah apa yang dibicarakan Bima, apalagi kalau bukan masalah obat-obatan. Tapi, masalah sudah selesai Emir mengakuinya dan ia dengan pasrah menerima konsekuensinya bahkan mantan suaminya itu terlihat ikhlas menjalani semuanya. "Terus ngapain Dokter Ben panggil kamu? Dokter Ben bukan jenis orang yang berisik," kata Bima."Entah, Dok, mungkin ada yang mau dibicarakan." "Apa karena hubungan kamu sama penata anestesi kamu?" tanya Bima langsung.Sonya mengalihkan pandangannya ke arah Bima, dia tahu gosip mengenai dirinya dan Awan sedang diperbincangkan di seluruh penj

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   225. Silsilah Keluarga Awan

    "Hah? Dia cucu Dokter Ben?" Sonya menunjuk wajah Awan dan menatap Ben dengan tatapan kaget bercampur bingung. Apa-apaan ini? Kenapa Awan jadi cucu Dokter Ben? Ini gimana konsepnya? Sonya kebingungan setengah mati mendengar perkataan Ben."Iya dia cucu saya, cucu Kakak saya sih, hanya yah, dia cucu saya," jawab Ben santai sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi."Gimana caranya?" tanya Sonya dengan wajah pias bercampur kaget, kakinya mundur perlahan akhirnya menabrak kursi dan terduduk di sana. "Aku ... Awan, cucu Dokter Ben? Aki Romli itu ...." Telunjuk Sonya menunjuk ke arah Awan dan Ben bergantian seperti orang ling lung. "Sepertinya calon istri kamu kaget, emang kamu nggak kasih clue atau ngobrol tentang keluarga kamu?" tanya Ben seraya berdiri dan mengambil botol minum dari dalam kulkas lalu menyerahkannya pada Sonya yang masih terlihat kaget."Nggak aku nggak pernah bilang apa-apa tentang Aki Ben, kan Aki yang minta kalau hubungan saudara kita ini dirahasiakan dari siap

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   226. Lembaran Baru Yang Indah

    "Nggak kurang jauh?" tanya Sonya kaget."Nggak, emang papa aku lahir di Alaska, tapi, keluarganya udah mencar-mencar keseluruh penjuru Amerika," terang Awan sambil menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya."Ini kamu nggak lagi bercanda kan? Kamu nggak lagi jahilin aku?" tanya Sonya lagi yang merasa sedang di jahili oleh Awan. "Buat apa aku jahilin kamu? Nggak ada guna, kamu nikah sama aku nanti kamu bakal tahu semuanya kenapa aku harus bohong? Dan lagi kapan aku bohong? Kayanya nggak pernah aku itu bohong cuman orang-orang aja nggak pernah anggap serius omongan aku, padahal aku jujur," ucap Awan sambil memotong daging menggunakan sendok."Masalahnya omongan kamu itu kaya orang mabok! Kaya penulis novel online yang penuh dengan kehaluan tau!" sentak Sonya gemas sambil beranjak dari kursinya dan mengambil piring miliknya juga Awan."Aku nggak mabok, emang kenyataannya gitu. Astaga, aku ini selalu ngomong jujur tapi, nggak pernah ada yang percaya," keluh Awan sambil menepuk dahinya."Masa

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   227. Nama Panggilan Tanda Sayang

    “Sonya, nggak apa-apa kita pergi berangkat bareng?” tanya Awan sambil memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit.“Nggak, aku udah nggak peduli, toh, beberapa hari lagi aku resign dan kamu juga resign. Aku nggak peduli mereka mau ngomong apa, terserah mereka sesuka mereka,” jawab Sonya sambil mengambil barang-barang miliknya di jok belakang. “Dan lagi, mereka dongo ku rasa, andai mereka tau kamu itu siapa bisa sujud mereka.” Sonya mengambil semua barang-barangnya lalu mengenakan snelli.“Ngapain sujud? Aku bukan dewa,” kekeh Awan.“Mereka bakal sujud kalau tau kamu itu siapa, aku yakin seyakin, yakinnya mereka bakal malu sendiri saat tau kamu itu cucu Dokter Ben, aku yakin mulut mereka bakal terkunci rapat dan nggak bakal ghibahin kita lagi.” Sonya meremas stetoskop miliknya yang sedang ia pegang, saking eratnya ia meremas stetoskop terlihat buku-buku jari Sonya memutih.“Kesel banget?” tanya Awan yang sadar kalau kelasihnya itu sangat geram.“Banget, mulut mereka itu harus di seko

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   228. Glow Up

    "Lidya ... basah," ujar Sonya kesal karena air yang Lidya semburkan mengenai snelli-nya."So sorry, maafkan." Lidya mengambil tisu dan memberikan tisu pada Sonya, "aku nggak salah dengar?""Nggak, Awan cucu Dokter Ben. Kamu kaget?" tanya Sonya sambil menunjuk Lidya dengan sendok.Lidya mengangguk, tentu saja dia kaget bagaimana tidak dia tidak menyangka Awan seorang penata anestesi bersaudara dengan Dokter Ben dan sodaranya bukan sodara jauh. "Awan itu penata loh, bukan dokter.""Dia pernah kuliah kedokteran dan mundur nggak kuat belajar sistem blok," terang Sonya, "jadi dia keluar dan dia kuliah lagi penata anestesi bareng sama Eka.""Nggak paham aku," ucap Lidya sambil menghentikan makannya, ia sudah tidak bernapsu untuk memakan makanannya. "tapi, kenapa nggak ada yang tahu?""Dokter Ben meminta hal itu disembunyikan dan kamu juga mending nggak usah bilang ke siapa-siapa kecuali ke Eka, dia bisa kamu ajak diskusi hal ini karena dia tau." Sonya memperingatkan Lidya."Jadi, kamu kapan

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   229. Sebuah Interupsi

    "Eka kamu potong rambut?" tanya Sonya spontan saat melihat Eka."Iya, Dok, diminta Dokter Lidya," ucap Eka santai karena dia tidak tahu kalau beberapa saat yang lalu Lidya mengatakan kalau dirinya terlihat menarik. "Kata Dokter Lidya rambut aku nggak rapi.""Bagus, kamu bagus kaya gitu," ucap Sonya sambil mengacungkan kedua jempolnya ke arah Eka lalu melirik Lidya yang terlihat salah tingkah karena Sonya menatapnya dengan tatapan menggoda."Mama rekam medisnya? Berapa pasien?" tanya Lidya berusaha meredakan perasaan keki karena baru mengatakan kalau Eka adalah tipenya. Sonya menahan tawanya karena sadar kalau Lidya saat ini sedang merasa sangat malu pada dirinya, "Aku sama Awan mau cek obat dulu," ucap Sonya seraya berdiri dan menepuk lengan Awan."Mau ke mana?" tanya Awan bingung karena ia datang ke sana untuk makan bukan mencari Sonya. "Aku mau m—""Kita cek obat, Awan," pinta Sonya sambil menarik tangan Awan, menarik lelaki itu untuk menjauhi Lidya dan Eka. "Tapi, aku mau makan,"

Latest chapter

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   389. From Gallon With Love

    Hai semua pembacaku sayang ....Gallon ucapkan terima kasih sudah membaca hingga akhir kisa perjalanan cinta Awan dan Sonya. Sebuah kisah yang pelik, berat dan penuh gairah dari Awan dan Sonya.Kisah yang dimulai dari sebuah pengkhianatan, rasa benci, dan mamaki diri akibat sebuah kekurangan yang menjadikan diri Sonya membenci dirinya dan melupakan rasa dicintai juga mencintai.Sebuah kisah dengan akhir yang manis namun dibalut sebuah kenyataan hidup, sebuah kenyataan yang membuat kita sadar kalau kita hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Secinta apa pun kita pada seseorang ingatlah ada maut yang memisahkan namun, yakinlah maut juga yang akan menyatukan kalian kembali. Cerita ini harus berakhir di sini, cerita manis ini harus berakhir secara sedih namun tetap dibalut senyum bukan sebuah tangis. Cerita cinta Sonya dan Awan tidak akan ada kelanjutannya, semuanya sudah jelas dan mereka sudah sangat berbahagia dengan kehidupannya. Gallon harap semua yang membacanya puas dengan akhir ki

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   388. Sebuah Akhir Dari Kisah yang Manis

    Tit ... tit ... tit ....Suara alat yang memonitor jantung Awan terdengar memilukan di kuping Hana dan Haikal, sudah lima hari mereka berdua berjaga di sana bergantian dan tidak mau meninggalkan Awan, semenjak Awan terjatuh dari kamar mandi."Hana, Haikal bisa keluar?" tanya Daniel melalui celah pintu kamar.Hana dan Haikal saling tatap lalu keluar dari kamar, sebelumnya mereka berdua mengecup kening Awan pelan. Setelah di luar Hana dan Haikal bertemu dengan Daniel dan juga Adara bersama seorang dokter. Mereka tahu siapa dokter itu, dokter itu adalah Dokter Intan, adik almarhum mama mereka."Tante ada apa?" tanya Hana sambil berdiri di samping Daniel, spontan suaminya itu merangkul bahunya pelan mencoba menguatkan Hana."Ada yang salah sama Daddy?" tanya Haikal sambil merangkul pinggang istrinya, mencoba mencari ketenangan dari tubuh istrinya itu.Intan mencoba tersenyum sebaik mungkin walau ia sadar kalau ia tidak bisa menipu Hana dan Haikal yang sudah mengenal dirinya dengan sangat b

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   387. Sebuah Ketetapan Tuhan

    Tangan Awan terus bergerak mengelus nisan Sonya, disetiap tarikan napasnya ia merasakan rasa rindu yang menusuk nan sakit. Ia rindu memeluk Sonya, mengecupi tubuh istrinya, dan tidur di samping wanita yang sudah menemaninya selama 37 tahun. Jemari Awan terus bergerak, sesekali terdengar suara tarikan napas berat Awan. Matanya mulai buram akibat menahan air mata yang selalu jatuh ke tanah setiap ia datang ke sana untuk bertemu Janu dan Sonya.Masih segar di ingatannya saat Sonya pergi meninggalkan dirinya di pelukkannya. Sonya kalah dan menyerah pada penyakitnya, wanita itu pergi meninggalkan dirinya tiga tahun lalu. Sonya menyerah pada penykitnya, Sonya meninggalkan dirinya sendirian di dunia. Maut sudah memisahkan mereka, mengakhiri sebuah dongeng cantik nan bahagia yang selama ini Awan dan Sonya rajut. Menikah dengan Sonya adalah sesuatu yang sangat Awan sukai. Setiap harinya selalu Awan lewati dengan perasaan senang dan bahagia, walau ada beberapa kali mereka menemui hambatan ke

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   386. Selamat Pagi Sonya

    37 Tahun Kemudian .....Awan mematut dirinya di depan kaca sambil menarik-narik kemejanya. Ia sesekali tersenyum sambil mengusap-usap bagian rambutnya yang sudah memutih termakan usia. Ia sekali lagi memutar tubuhnya memastikan kalau tampilannya sudah sesuai dengan apa yang ia harapkan.Tangan Awan mengambil parfume yang sudah ia pakai semenjak dahulu kala, seketika itu juga wangi laut menyeruak ke indera penciumannya. Mencium itu semua membuat ia ingat perkataan Sonya kalau menciumnya wangi tubuhnya seolah ia sedang berlibur ke pantai."Sonya," bisik Awan sambil tersenyum kembali ke arah cermin. Ah ... ia rindu pada istrinya, ia rindu pada celotehan istrinya itu. Tanpa sadar pikirannya menghitung sudah berapa lama ia menikahi Sonya. "37 tahun," bisik Awan yang mulai menghitung berapa lama ia sudah menikah dengan Sonya, wanita yang sangat ia cintai hingga masa tuanya itu. Tok ... tok ... tok ....Awan menoleh melalui bahunya dan mendapati pintu kamarnya di buka. Senyumannya melebar

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   385. Sebuah Kesepakatan Awan dan Sonya

    "Mereka tidur di sini," ucap Lidya sambil membuka pintu kamar Tara.Sonya melihat Hana dan Haikal yang tidur di ranjang bersama Tara dan Amia. Terlihat kedua anaknya itu mengenakan piayama yang sama sambil memeluk sesuatu yang mereka bagi, Sonya tanpa sadar tersenyum melihat apa yang anak kembarnya itu peluk. "Aku nggak paham kenapa Hana dan Haikal meluk handuk, mereka tiap tidur selalu meluk handuk itu. Aku sampai sangka itu selimut tapi, aku liat-liat itu ternyata handuk," terang Lidya sambil mengambil tas si kembar yang sudah rapih di pojok kamar. "Itu anduk aku, mereka minta katanya buat mereka bawa." Sonya menahan tawanya sendiri saat mengingat keinginan si kembar, tanpa sadar tangan Sonya mengusap kening si kembar. "Ya ampun, manis banget ... padahal mereka bukan anak kamu secara biologis tapi, manis banget," ucap Lidya sambil mengusap kedua lengannya. "Iya ... aku bersyukur mendapatkan mereka berdua ... aku bersyukur dipertemukan dengan Awan dan diberkahi dua malaikat ini,"

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   384. Nafsu yang Terganggu

    "Bener-bener si kupret!" maki Eka sambil berjalan berlalu lalang di hadapan Lidya yang sedang membaca majalah dan sesekali melirik ke arah Eka.Eka kembali melihat jam yang ada di dinding rumah dengan geram, bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam di hari senin dan bila jarum panjang jam bergerak sedikit saja maka hari sudah berganti menjadi hari selasa. "Bisa duduk nggak, sih?" tanya Lidya yang akhirnya kesal melihat Eka terus bergerak hilir mudik seperti setrikaan. "Duduk, sini." Lidya menepuk sofa yang ada di sampingnya berharap suaminya duduk di sana dan tenang. Sayangnya keinginannya tidak tercapai, Eka menggeleng sambil kembali hilir mudik dan memainkan ponselnya."Ini kupret satu, kebiasaannya ya Tuhan, dia bilang hari senin ... ini hari senin, bahkan ...." Eka melihat jam dinding dan menyadari jarum panjangnya sudah bergeser. "Udah hari selasa ... dasar manusia tanah sengketa, hobi bener bikin susah orang."Lidya hanya bisa menahan tawanya melihat kelakuan Eka y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   383. Menjilat Manisnya Madu

    Awan mengambil madu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi menyusul Sonya yang sudah menghilang di dalam kamar mandi. Saat sampai di ambang pintu kupingnye mendengar suara gemericik air dari dalam tempat shower.Langkah kaki Awan terhenti saat ia melihat Sonya sedang membasahi sekujur tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari pancuran. Siluet tubuhnya terlihat menggoda, tubuh sintal Sonya seolah meminta Awan untuk menyentuhnya. Napasnya makin tertahan saat ia melihat tangan Sonya menyentuh setiap inci tubuhnya dengan pelan dan sensual, ia suka melihat Sonya menyentuh tubuhnya sendiri, birahinya seolah dipuaskan melalu visual Sonya yang entah bagaimana caranya selalu menjadi magnet untuk dirinya. Sonya berbalik dan mendekati Awan selangkah demi selangkah, seolah setiap langkah yang Sonya lakukan sebagai sebuah tombol yang lagi-lagi membuat pria itu menggemeretakkan giginya menahan hasrat liar yang sudah meronta untuk dilepaskan detik itu juga."Nggak buka baju?" tanya Sonya sambil

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   382. Sebotol Madu

    "Aku nggak sanggup lagi, Wan," tolak Sonya sambil mendorong piring sejauh mungkin dari hadapannya, perutnya seolah akan meledak karena sudah menghabiskan banyak sekali hidangan laut yang tersaji."Terus ngapain kamu pesen makanan sebanyak ini?" tanya Awan kesal sambil menunjuk hidangan laut yang ada di hadapannya. "Yah tadi, keliatannya enak semuanya jadi aku pesen," kilah Sonya sambil mengambil garpu dan menusuk-nusuk udang yang ada di atas piring. Sonya mengakui kalau makanan itu enak tapi, rasanya perutnya sudah tidak mampu lagi menerima makanan lebih banyak lagi."Terus ini gimana? Aku udah bilang tadi, pesen seperlunya aja, jangan lapar mata, Sonya," ucap Awan sambil melihat meja makannya yang masih terhidang cumi saus padang, udang galah asam manis, kepiting bakar dan juga ikan bakar.Awan ingat tadi saat Sonya memesan semuanya ia sudah mengingatkan Sonya kalau mereka tidak akan mampu menghabiskan semuanya tapi, istrinya ini tetap pada pendiriannya ingin memesan semua makanan y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   381. Bulan Madu yang Manis

    "Mommy baru sampai, Nak," ucap Sonya sambil duduk di sudut ranjang dan melihat Awan yang terlihat sibuk berbicara dengan petugas hotel."Iya ... Hana, 3 hari aja, Daddy kamu juga bilang tiga hari, kan, kalau lebih nanti biar Mommy yang pulang sendiri dan Daddy, Mommy tinggal di sini," lanjut Sonya sambil menyentuh handuk yang dibentuk angsa di atas ranjangnya. Matanya dengan cepat menyisir keadaan kamarnya, jujur pada awalnya Sonya tidak tau mau di bawa kemana dirinya oleh Awan. "Iya, janji. Udah kamu di sana baik-baik dan jangan nakal. PR-nya kerjain dan tolong, suruh Haikal kerjain PR-nya juga, adik kamu suka lupa diri kalau nggak diingatkan," pinta Sonya sambil mengucapkan beberapa kata perpisahan sebelum memutuskan sambungan telepon dari Hana.Setelah ia menitipkan Hana dan Haikal di rumah Lidya, Awan sama sekali tidak mau mengatakan ke mana mereka akan pergi dan ternyata Awan membawanya ke salah satu resort yang ada di pulau seribu. H island resort.Sonya tersenyum saat berjalan

DMCA.com Protection Status