Hari itu aula kekaisaran memancarkan kemegahan yang luar biasa. Tirai sutra keemasan menjuntai dari pilar-pilar besar, lampu-lampu lentera dengan ukiran naga menghiasi sudut-sudut ruangan, dan lantai aula yang terbuat dari marmer berkilauan tampak seperti cermin. Para tamu yang hadir mengenakan pakaian terbaik mereka, memancarkan keanggunan dan keagungan. Namun, di tengah keramaian itu, kedatangan Zhao Xueyan bersama kedua orangtuanya menjadi pusat perhatian.Dengan hanfu elegan berwarna biru langit yang dihiasi bordir bunga plum emas, Zhao Xueyan berjalan dengan anggun. Cadar halus yang senada dengan pakaiannya menutupi wajahnya, namun aura kecantikan dan kebangsawanannya tetap memancar, menarik pandangan banyak orang. Ketika Zhao Xueyan memasuki aula, suara bisik-bisik mulai terdengar, beberapa memuji kecantikannya meski tertutup cadar, sementara yang lain hanya iri karena kehadirannya yang penuh karisma.Beberapa nona bangsawan yang tidak suka dengan perhatian yang diterima Zhao
Ketika upacara mencapai puncaknya, di mana mahkota permaisuri akan dikenakan di kepala Selir Mei Xiao, sesuatu yang memalukan terjadi. Wajah Selir Mei Xiao yang sudah memerah penuh bercak akibat garukannya kini terlihat mulai membengkak. Rasa gatal yang tak tertahankan membuat Selir Mei Xiao tidak lagi bisa menjaga sikapnya. "Yang Mulia, hamba ... hamba merasa tidak enak badan!" teriaknya panik, sambil menggaruk wajah dan lehernya dengan kasar.Kaisar Zheng Yu terkejut dan langsung berdiri, menatap Selir Mei Xiao dengan cemas. "Panggil tabib istana sekarang juga!" perintahnya keras.Para pelayan dan pengawal segera berlari, sementara suasana aula berubah menjadi kacau. Para tamu saling berbisik lebih keras, beberapa bahkan menahan tawa melihat Selir Mei Xiao yang biasanya angkuh kini berada dalam kondisi memalukan. “Akh! Gatal!” Selir Mei Xiao terus menggaruk wajahnya tanpa henti. Namun, Selir Mei Xiao, yang merasa kehilangan kendali atas dirinya, mulai berteriak panik. Ia menjatuh
Setelah insiden memalukan di istana, Kaisar Zheng Yu memutuskan untuk membubarkan pesta penobatan. Para tamu, baik dari kalangan bangsawan, pejabat, maupun utusan dari kekaisaran lain, dipulangkan dengan suasana hati yang beragam. Namun, satu hal yang sama adalah pembicaraan hangat mereka tentang Selir Mei Xiao.Berita tentang kekacauan di aula, kondisi memalukan Selir Mei Xiao, serta kebohongannya terkait kehamilan tersebar seperti api yang membakar hutan. Dalam waktu singkat, seluruh kekaisaran Zhengtang dipenuhi dengan gosip dan cemoohan. Para rakyat berbicara dengan penuh semangat di pasar-pasar, kedai teh, hingga balai pertemuan.“Siapa sangka Selir Mei Xiao ternyata berbohong soal kehamilan? Itu sangat memalukan!” ucap seorang pedagang di pasar.“Bukankah dia selama ini dikenal sebagai wanita yang sempurna? Ternyata, semua hanya kepalsuan,” tambah yang lain.“Bagaimana bisa seorang wanita seperti itu menjadi permaisuri? Kekaisaran benar-benar telah kehilangan martabatnya!”Bahka
Kaisar Zheng Yu mendengarkan dengan wajah yang semakin gelap saat tabib istana yang diperiksa mengakui semuanya. Dengan suara gemetar, tabib itu mengatakan, "Hamba hanya menjalankan perintah Selir Mei Xiao, Yang Mulia. Hamba tidak memiliki pilihan lain."Tabib itu menjelaskan bahwa sejak awal, kehamilan Selir Mei Xiao hanyalah tipu muslihat. Racun yang diberikan kepada selir-selir lain juga merupakan bagian dari rencana Selir Mei Xiao untuk menyingkirkan mereka satu per satu, sehingga ia bisa menjadi satu-satunya selir yang naik pangkat menjadi permaisuri.Tangan kanan Kaisar Zheng Yu, Menteri Gao, menambahkan dengan suara tegas, "Yang Mulia, dari penyelidikan kami, ditemukan bahwa racun yang digunakan pada Selir Rong Yue, dan Selir Xue Yuxian berasal dari sumber yang sama. Semua jejak mengarah kepada Selir Mei Xiao. Bahkan penyakit misterius yang kini diderita Selir Xue Yuxian tidak lain adalah hasil dari perbuatan Selir Mei Xiao. Dan juga, pembantaian yang terjadi pada selir Hua Lin
Di Balairung Utama Istana Kekaisaran, suasana rapat para pejabat terasa tegang. Kaisar Zheng Yu duduk di singgasana dengan tatapan serius, mendengarkan saran para pejabat yang mendiskusikan calon pengisi kekosongan kursi permaisuri. Beberapa pejabat dengan penuh semangat menyebut nama Zhao Xueyan, putri dari Jenderal Zhao Yun, sebagai kandidat yang paling layak.“Nona Zhao Xueyan telah membuktikan dirinya sebagai wanita yang kuat dan berbakat,” kata salah satu pejabat dengan nada penuh keyakinan. “Dia adalah pilihan sempurna untuk mengembalikan kehormatan istana setelah kekacauan yang terjadi sebelumnya.”Kaisar Zheng Yu mendengarkan dengan seksama, tetapi hatinya dipenuhi oleh perasaan campur aduk. Ia tidak bisa menyangkal bahwa sosok Zhao Xueyan, mantan istrinya, kini memikat perhatian seluruh kekaisaran. Namun, sebelum ia sempat berbicara, Jenderal Zhao Yun berdiri dari kursinya dengan wajah tegas.“Ampun, Yang Mulia,” kata Jenderal Zhao Yun dengan nada berat. “Namun, sebagai ayah
Pagi itu, Zhao Xueyan berjalan dengan tenang menuju tokonya, mengenakan hanfu sederhana tetapi anggun, dengan cadar yang tetap menutupi wajahnya. Meskipun wajahnya kini telah diketahui banyak orang, cadar itu menjadi ciri khasnya, menambah aura misterius yang memikat. Di sepanjang jalan, orang-orang memandangnya dengan rasa hormat dan kekaguman, tidak seperti dulu ketika mereka mencemooh dan meremehkannya.Tokonya semakin ramai dengan pelanggan yang berdatangan, sebagian besar wanita bangsawan yang ingin mencoba produk-produk perawatan kulit yang sudah menjadi tren di kekaisaran. Niuniu, pelayan setianya, dengan cekatan melayani pelanggan, sementara Zhao Xueyan lebih banyak mengawasi dari kejauhan, memberikan aura tenang namun tegas."Nona, semakin hari toko Anda semakin lebih ramai," kata Niuniu dengan senyum ceria. "Semua ini berkat nama besar Anda setelah turnamen itu."Zhao Xueyan hanya mengangguk pelan. "Pastikan semua pelanggan dilayani dengan baik. Tidak peduli siapa mereka, k
Pagi itu, kereta kuda milik Zhao Xueyan berjalan melewati pasar, Zhao Xueyan dan Niuniu duduk memperhatikan suasana kota terasa berbeda. Banyak warga terbaring di jalanan, beberapa terlihat lemah, sementara yang lain sudah tak bernapas. Tangis dan teriakan memenuhi udara, sementara para pedagang mencoba menutup kios mereka dengan tergesa-gesa."Nona, ini sangat menyeramkan," kata Niuniu dengan suara gemetar sambil memegang tangan Zhao Xueyan. "Apakah ini sama seperti di tempat pengasingan kita dulu? Penyakit typus?"Zhao Xueyan menggeleng pelan, matanya tajam memeriksa keadaan sekitar. "Tidak, Niuniu. Ini berbeda. Gejala ini lebih cepat menyebar, dan tidak hanya menyerang manusia, tetapi juga hewan. Aku yakin ini adalah jenis virus baru."Niuniu menghela napas panjang, tampak kebingungan. "Tapi semua orang membicarakan bahwa ini adalah kutukan para dewa, seperti yang terjadi di desa Qinghe sebelumnya."Selama perjalanan ke toko, Zhao Xueyan dan Niuniu mendengar para rakyat membicarak
Di tengah kekacauan itu, Zhao Xueyan kembali ke kediaman jenderal Zhao dengan membawa beberapa sampel dari pasar. Dia segera masuk ke ruang dimensinya untuk memulai analisis."Jika ini benar flu babi," gumamnya sambil memeriksa bahan-bahan di hadapannya, "Maka ada cara untuk menghentikannya. Tapi waktunya tidak banyak, dan aku harus bekerja cepat sebelum semuanya terlambat.”Zhao Xueyan masuk ke kamarnya dan segera memastikan pintu terkunci rapat. Ia menoleh pada Niuniu yang berdiri di luar pintu, memberikan peringatan terakhir."Niuniu, aku sedang tidak ingin diganggu. Apa pun yang terjadi, jangan biarkan siapa pun masuk," ucapnya tegas.Niuniu mengangguk patuh. "Baik, nona. Saya akan berjaga."Setelah memastikan keadaan aman, Zhao Xueyan mengangkat pergelangan tangannya, tempat gelang giok hijau melingkar di sana. Gelang itu tampak biasa bagi orang lain, tetapi bagi Zhao Xueyan, itu adalah kunci menuju ruang dimensinya. Dengan sedikit aliran energi spiritual, giok itu berkilauan lem
Api menjilat tinggi ke langit malam, menerangi wajah-wajah para wanita yang menatap tanpa ekspresi. Di tengah kobaran itu, teriakan para pria menggema—jeritan kesakitan, ketakutan, dan penyesalan yang datang terlambat.Wu Liang dan Tian Ming berdiri di kejauhan, tidak mengucapkan sepatah kata pun. Mata Wu Liang sedikit menyipit, sementara Tian Ming tetap dingin, tidak menunjukkan emosi.Zhao Xueyan, yang berdiri di sisi mereka, hanya menghela napas pelan. Dia tahu, ini bukan tentang balas dendam semata. Para wanita itu tidak ingin membiarkan monster seperti mereka hidup. Jika mereka dibiarkan, mereka bisa kembali melakukan kejahatan yang sama.Setelah beberapa saat, jeritan itu mereda. Para pria yang dulunya merasa berkuasa kini hanya menjadi abu.Salah satu wanita, Nyonya Rui, menatap Zhao Xueyan dengan mata yang masih merah karena menangis.Nyonya Rui bersuara lirih, penuh luka. "Kami kehilangan segalanya … tapi setidaknya, kami tidak perlu takut lagi."Tak ada yang membalas. Hanya
Setelah anak-anak dibawa pergi, para wanita berdiri mengelilingi para pria yang terikat dan babak belur. Mata mereka menyala dengan kebencian, bukan hanya karena perbuatan keji yang dilakukan para pria, tetapi juga karena kehilangan yang mereka alami.Kepala Desa dengan suara lemah, putus asa. "Jika kalian membunuh semua pria, desa ini akan punah! Tidak akan ada generasi berikutnya! Wanita tidak bisa melahirkan tanpa pria!"Beberapa wanita menatap satu sama lain, tetapi bukan karena ragu. Justru karena jijik dan muak dengan kepala desa yang masih berani berbicara tentang penerus, setelah semua yang mereka lakukan.Nyonya Rui melangkah maju, wajahnya penuh kemarahan.Nyonya Rui dengan suara dingin, dia berkata, "Kalian ingin kami memikirkan generasi berikutnya? Setelah kalian mengorbankan anak-anak kami?! Setelah kalian menjadikan suami dan putra kami tumbal?! Apa kau masih berpikir kami butuh pria sepertimu?!"Tanpa ragu, Nyonya Rui mengangkat tangannya, melepaskan serangan energi Qi
Di bawah langit malam yang masih beraroma asap dari balai desa yang terbakar, para pria desa Yingshi kini berlutut dengan tangan dan kaki terikat. Wajah mereka penuh luka lebam, tubuh mereka menggigil bukan hanya karena dingin, tapi juga karena ketakutan.Para wanita dan anak-anak berdiri di sekeliling mereka, tatapan mereka dingin dan penuh kebencian.Niuniu berdiri dengan cambuk masih di genggamannya, mendengus. "Baru sekarang kalian terlihat lemah. Dulu kalian merasa berkuasa, kan?"Salah satu pria menggertakkan giginya, tapi tidak berani menjawab.Wu Liang menatap tajam, suaranya rendah dan mengancam. "Kalian akan diadili. Apa pun alasan kalian, kejahatan kalian tidak bisa dimaafkan."Tian Ming hanya diam, menatap dingin para pria itu. Beberapa wanita mengeraskan ekspresi mereka, ada yang mencengkeram anak-anak mereka erat, seakan menahan kemarahan.Seorang wanita melangkah maju, menatap suaminya sendiri dengan mata berkaca-kaca.Wanita itu suara bergetar, tapi penuh amarah. "Ka
Pertarungan antara Tian Ming dan Fai Zang semakin sengit. Gelombang energi Qi terus meledak, menghancurkan balai desa yang sudah hampir runtuh.Di kejauhan, Wu Liang dan Niuniu sudah membawa warga desa yang tersisa ke tempat yang aman untuk diadili. Teriakan mereka semakin menjauh, menyisakan hanya dua sosok di medan pertempuran yang kini penuh reruntuhan.Zhao Xueyan berdiri di kejauhan, matanya mengamati Tian Ming. Untuk pertama kalinya, dia melihat pemuda itu dalam keadaan penuh amarah. Tian Ming tidak hanya dingin—tapi juga bengis.Pedang berselimut petirnya berkilauan, setiap gerakannya seperti tarian kematian yang tidak bisa dihindari.Fai Zang, yang masih dalam wujud monster, melolong marah. Dia melompat tinggi, cakar tajamnya siap menebas Tian Ming.Fai Zang mengeram, suara berat dan penuh amarah. "Tian Ming! Aku tidak akan kalah! Aku telah mengorbankan segalanya untuk kekuatan ini!"Namun, Tian Ming tidak bereaksi. Matanya tetap dingin.Saat cakar Fai Zang hampir menyentuhnya
Beberapa warga terdiam ketakutan, menyadari kesalahan dan dosa mereka. Tapi sebagian lagi masih mencoba menyerang.Namun, Wu Liang bergerak cepat. Pedangnya yang bersinar dengan energi Qi ungu berkelebat ganas, menebas para pria yang masih melawan. Dalam sekejap, banyak dari mereka terjatuh, terkapar di tanah.Wu Liang menghela napas, matanya menatap tajam ke arah sisa warga yang masih berdiri.Wu Liang dengan suara dingin, penuh kewibawaan. "Kalian bisa memilih. Menyerah atau mati."Seketika, beberapa dari mereka langsung menjatuhkan senjata. Mereka tahu, tak ada harapan lagi.Tapi di tengah kehancuran itu, satu sosok masih berdiri tegak.Fai Zang.Dengan mata merah membara karena amarah, pria itu menatap Zhao Xueyan, Niuniu, dan Wu Liang dengan penuh kebencian. Tubuhnya bergetar, bukan karena takut—tetapi karena keinginan membunuh yang semakin kuat.Tian Ming yang berdiri tak jauh dari sana mengarahkan pedangnya ke Fai Zang.Tian Ming dengan suara dingin, penuh ketegasan. "Kini gili
Fai Zang terbahak-bahak, menikmati kekacauan yang diciptakannya. Pedangnya yang bersinar dengan aura gelap menebas ke arah Tian Ming, mencoba mendesaknya mundur.Fai Zang berkata dengan sinis, mengejek. "Lihat itu, Kaisar Tian Ming! Temanmu akan mati dimakan monster-monsterku! Apa kau tidak mau menolongnya?"Namun, Tian Ming tetap tenang. Ia memutar pedangnya, menangkis serangan Fai Zang dengan presisi sempurna.Tian Ming dengan mata dingin, tatapan tajam. "Omong kosong."Fai Zang mengerutkan kening. Namun, tiba-tiba matanya melebar saat melihat cahaya emas yang menyelimuti Zhao Xueyan. Api suci Bai Long membakar bilah pedangnya, berkobar dengan kekuatan suci yang mematikan.Fai Zang wajahnya berubah, suaranya penuh kepanikan. "Tidak! Api itu …."Fai Zang melompat ke depan, mencoba mencegah Zhao Xueyan sebelum dia bisa menggunakan api itu. Namun—Clang! Pedang Tian Ming menghadang jalannya! Fai Zang terhuyung mundur, wajahnya memerah karena murka.Fai Zang menggeram marah. "Minggir,
Di luar balai desa, dalam bayang-bayang malam yang mencekam, Bai Long berdiri gagah dalam wujud manusia tampan, wajah tampannya berkilauan di bawah sinar rembulan.Di sekelilingnya, anak-anak yang lidahnya telah terpotong duduk gemetar, sebagian bersandar pada para wanita yang menangis tersedu-sedu. Ada yang meratap kehilangan anak mereka selamanya, sementara yang lain memeluk erat buah hati mereka yang masih hidup, meski telah kehilangan suara mereka.Seorang ibu terisak, suaranya pecah. "Apa dosa kami ... kenapa anak-anak kami harus mengalami ini?"Bai Long memandang mereka dengan tatapan tajam namun penuh ketegasan. Ada rasa iba yang juga terlihat. Bai Long dengan suara dalam dan berwibawa, dia berkata, "Tangisan tidak akan mengembalikan yang telah tiada. Tapi kalian masih hidup, dan kalian harus tetap bertahan."Para wanita menghapus air mata mereka, meskipun hati mereka masih dipenuhi duka.Bai Long melanjutkan ucapannya, suaranya dalam dan tegas. "Tetaplah di sini. Jangan men
Tian Ming melompat ringan ke sisi Zhao Xueyan, auranya yang kuat membuat tanah di bawahnya sedikit retak. Mata hitamnya menatap lurus ke arah Fai Zang, pemimpin sekte sesat itu, yang kini tersenyum licik sambil menggenggam belati ritualnya. Zhao Xueyan berkata dengan datar, menatap Tian Ming. "Jadi, kau benar-benar seorang Kaisar?" Tian Ming tersenyum samar, namun tetap tajam. "Aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang, biarkan aku yang menangani bajingan itu." Zhao Xueyan menatapnya sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan berbalik. Dalam sepersekian detik, kilatan pedang melesat ke arahnya dari belakang—beberapa anak buah Fai Zang berusaha menyerangnya dengan licik! Zhao Xueyan berbicara pelan, namun tajam. "Bodoh." Crash! Brugh! Dalam satu gerakan cepat, Zhao Xueyan melompat ke udara, tubuhnya berputar ringan, dan pedangnya yang diselimuti Qi emas menebas tanpa ampun! Clang! Suara logam bertabrakan dan teriakan kesakitan menggema. Beberapa anak buah Fai Zang terpental dengan
Niuniu menggerakkan cambuknya sekali lagi, namun kepala desa yang licik menarik seorang warga desa dan menggunakannya sebagai tameng hidup. Srak!Brugh! Kepala Desa tertawa keras menatap Niuniu. "Ha! Ha! Ha! Kau pikir semudah itu membunuhku, bocah?! Aku sudah hidup cukup lama untuk tahu cara bertahan!"Niuniu menyipitkan mata. Dia sudah menduga kepala desa akan melakukan hal semacam ini.Niuniu berkata dengan suara datar. "Kau memang licik … tapi aku lebih pintar."Kepala desa mendadak merasa ada sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Tangannya yang kuat perlahan mulai melemah, kakinya tiba-tiba kehilangan keseimbangan, dan tubuhnya mulai gemetar.Brugh! Kepala Desa terkejut. "A—apa yang terjadi?!"Niuniu menarik sudut bibirnya dalam senyuman dingin."Sejak kapan kau berpikir bahwa cambukku hanya sekadar senjata biasa?"Tatapan kepala desa membelalak saat menyadari cambuk yang mengenai kulitnya tadi telah dilapisi racun pelumpuh otot.Kepala Desa napasnya mulai terengah-engah, ketakutan.