Setelah memastikan kondisi warga desa Ruyue semakin membaik, Zhao Xueyan berdiri di hadapan mereka dengan aura penuh kewibawaan. "Semua warga, dengarkan aku," ujarnya dengan nada tegas namun menenangkan.Para warga yang berkumpul langsung memperhatikan penuh rasa hormat."Sumber air desa ini telah tercemar oleh racun yang menjadi penyebab penyakit kalian. Untuk sementara waktu, jangan ada yang mengambil atau menggunakan air dari sungai atau mata air desa ini sebelum aku membersihkannya."Kepala desa yang masih terlihat lemah namun penuh rasa hormat maju ke depan. "Terima kasih, Nona Zhao. Apa yang harus kami lakukan jika kehabisan air?"Zhao Xueyan dengan sigap menjawab, "Aku telah menyiapkan cukup air bersih yang telah dimurnikan untuk kebutuhan sementara. Aku dan rekan-rekanku akan segera menangani masalah ini."Niuniu yang berdiri di samping Zhao Xueyan mengangguk yakin, sementara Tian Ming dan Wu Liang memandang penuh rasa hormat pada keputusan Zhao Xueyan.Setelah memberikan inst
Pria berjubah hitam itu menghunuskan pedang tipis yang bercahaya redup di bawah sinar bulan. Tanpa peringatan, dia melompat dengan kecepatan tinggi, menyerang langsung ke arah Zhao Xueyan."Awas Nona. Hati-hati!" teriak Niuniu dengan cemas.Namun Zhao Xueyan tetap tenang. Dengan satu gerakan cepat, pedang rohnya keluar dari sarungnya, memancarkan aura tajam berwarna biru kehijauan. Benturan pedang mereka menciptakan suara nyaring yang menggema di tengah hutan.Tian Ming dengan ekspresi dingin langsung bergerak untuk menyerang sisi kanan pria itu, sementara Wu Liang menjaga pertahanan Niuniu.Pria berjubah hitam itu tertawa sinis. "Kalian pikir bisa menang melawanku? Kalian tidak tahu siapa yang sedang kalian hadapi!" teriaknya dengan suara lantang.Zhao Xueyan menjawab dengan nada datar, "Kalau kau pikir bisa mengalahkanku, kau terlalu percaya diri."Dengan teknik pedangnya yang elegan namun mematikan, Zhao Xueyan memanfaatkan formasi langkah bayangan untuk mengecoh pria itu. Tian Min
Keesokan paginya, matahari baru saja terbit ketika Zhao Xueyan dan Niuniu yang sudah berpakaian seperti pria keluar dari penginapan kecil di desa Ruyue. Jubah panjang mereka berkibar tertiup angin pagi yang sejuk. Wajah Zhao Xueyan tampak tenang namun penuh tekad, sementara Niuniu seperti biasa memasang ekspresi ceria namun waspada.Di sisi lain, Tian Ming dan Wu Liang sudah menunggu di depan dengan kuda-kuda yang telah dipersiapkan. Tian Ming dengan wajah dinginnya menatap Zhao Xueyan sekilas. "Kita siap bergerak?" tanyanya datar namun penuh otoritas.Zhao Xueyan mengangguk singkat. "Ya. Tujuan kita jelas—Kekaisaran Canghai."Wu Liang menatap guratan semangat di wajah para anggota kelompok itu. "Kita harus waspada. Jika Menteri Li Zhen terlibat, pasti akan ada banyak orang yang mencoba menghalangi kita."Zhao Xueyan hanya tersenyum tipis. "Kalau begitu, biarkan mereka datang. Aku ingin tahu seberapa kuat mereka."Niuniu menepuk pundak Wu Liang sambil terkekeh. "Santai saja, Tuan Wu.
Saat Zhao Xueyan, Niuniu, Tian Ming, dan Wu Liang tiba di pintu Balairung Kekaisaran Canghai, mereka langsung dihadang oleh beberapa prajurit bersenjata lengkap. Suara derap langkah para prajurit menggema di antara tembok-tembok megah istana."Hentikan langkah kalian! Balairung Kekaisaran tidak boleh dimasuki sembarangan!" seru salah satu prajurit dengan nada tegas.Wu Liang hendak bergerak maju, tetapi Tian Ming mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk menahan diri. Wajahnya tetap datar namun penuh wibawa."Aku ingin berbicara langsung dengan Kaisar Canghai," kata Tian Ming dengan suara dingin.Para prajurit awalnya ragu, tetapi salah satu dari mereka, yang tampaknya memiliki pangkat lebih tinggi, tiba-tiba berubah pucat ketika melihat sesuatu yang diselipkan Tian Ming dari balik jubahnya—sebuah simbol otoritas yang sangat kuat dan rahasia.Tanpa membuang waktu, prajurit itu langsung berlutut. "Ampun, Tuan! Saya akan segera menyampaikan pesan ini kepada Yang Mulia Kaisar!"Dengan
Pejabat Li Zhen diseret keluar balairung oleh prajurit istana, teriakan marah dan tidak terimanya menggema di sepanjang lorong, tetapi tidak ada yang peduli. Kaisar Jing Hao tetap duduk dengan wibawa penuh di singgasananya, menatap tajam ke arah Zhao Xueyan yang berdiri dengan tenang di hadapannya."Kau cukup berani dan pintar, pemuda," ucap Kaisar Jing Hao dengan suara berat namun penuh rasa ingin tahu. "Entah kenapa aku merasa kita pernah bertemu sebelumnya."Zhao Xueyan yang sudah terbiasa menjaga rahasia dirinya tidak menunjukkan perubahan ekspresi sedikit pun. Dengan cepat, dia menundukkan kepala hormat. "Yang Mulia, saya rasa Anda keliru. Saya hanyalah seorang tabib pengembara, bukan seseorang yang layak dikenali oleh seorang kaisar agung seperti Anda."Namun, dalam hati Zhao Xueyan tahu bahwa Kaisar Jing Hao tidak sepenuhnya salah. Beberapa bulan lalu, dia memang bertemu dengan kaisar Canghai saat di kekaisaran Zhengtang. Di mana acara itu adalah ulang tahun selir Mei Xiao yan
Keempatnya kembali melanjutkan perjalanan di bawah langit cerah yang membentang luas. Zhao Xueyan yang biasanya tenang, kali ini terlihat sedikit bingung. Sebenarnya, dia ingin tahu ke mana arah tujuan Tian Ming dan Wu Liang setelah semua yang terjadi. Namun rasa penasaran itu akhirnya tak bisa lagi ditahan."Tuan muda Tian Ming," panggil Zhao Xueyan dengan nada santai tapi tegas. "Sebenarnya ke mana tujuanmu dan Wu Liang setelah ini?"Tian Ming yang menunggangi kudanya di samping Zhao Xueyan hanya tersenyum tipis tanpa memperlihatkan banyak ekspresi. "Aku hanya mengikuti ke mana kau pergi."Zhao Xueyan mengernyit, jelas tidak puas dengan jawaban itu. "Aku bukan pemandu wisata," sindirnya. "Setiap orang punya tujuan masing-masing, termasuk kau."“Apa itu pemandu wisata?” tanya Tian Ming dengan wajah bingung. Zhao Xueyan mendengus, dia lupa jika sekarang berada di zaman kuno. Pasti orang-orang tidak akan mengetahui istilah-istilah tersebut.“Tidak perlu dibahas! Yang jelas, tujuan And
Wu Liang menelan ludah, matanya menyiratkan kekhawatiran. "Apa mungkin ada seseorang yang membantu mereka membuka portal ke dimensi ini?"Tian Ming mengangguk pelan. "Entah siapa yang cukup gila untuk bekerja sama dengan bangsa iblis. Tapi ini pertanda buruk."Jejak kabut semakin menipis, membuat mereka berhenti di sebuah celah kecil berbentuk lingkaran yang memancarkan energi gelap samar. Tian Ming menekan tangannya ke udara di depan mereka, dan aliran energi asing terasa jelas."Ini sisa portal dimensi," katanya dengan muram. "Mereka masuk dan keluar melalui celah ini."Wu Liang mengepalkan tinjunya. "Kita harus memberi tahu Nona Zhao Xueyan. Dia pasti punya cara untuk membantu."Tian Ming menghela napas panjang. "Iya, tapi jangan sampai dia tahu lebih banyak tentang keterlibatanku dengan benua ini. Aku punya alasan sendiri."Keduanya kembali ke tempat Zhao Xueyan dan Niuniu dengan hati penuh kewaspadaan. Bahaya yang mengintai tidak lagi sekadar bandit atau roh liar — kini ancaman y
Setelah memastikan gadis muda itu selamat di rumahnya, keempatnya berjalan menuju sebuah kedai sederhana yang tampak cukup ramai. Asap dari dapur tercium harum, memancing selera makan setelah perjalanan panjang.Tian Ming dan Wu Liang masuk lebih dulu dengan langkah tenang, sementara Zhao Xueyan dan Niuniu menyusul dari belakang. Kehadiran mereka langsung menarik perhatian para pengunjung, terutama beberapa gadis muda desa yang duduk di sudut kedai.Bisikan mulai terdengar di antara para gadis itu. “Lihat pria tampan itu … tinggi dan dingin sekali.”“Yang satunya juga tak kalah tampan, rambutnya hitam legam dan wajahnya seperti pangeran muda.”Mereka tidak tahu bahwa sosok yang mereka puji sebagai pangeran muda sebenarnya adalah Zhao Xueyan yang tengah menyamar sebagai pria. Niuniu yang tahu rahasia itu menahan tawa kecil di balik cangkir tehnya.Tian Ming, meskipun menyadari tatapan kagum dari para gadis, tetap menjaga ekspresi wajah datarnya. Namun Wu Liang yang lebih terbuka malah
Zhao Xueyan melangkah cepat, gaunnya berkibar tertiup angin pagi. Wajahnya yang biasanya tegas kini diliputi emosi yang campur aduk—marah, kecewa, sedih. Ia melewati para pelayan yang membungkuk memberikan hormat, tapi ia tak menyahut. Di koridor luar, Wu Liang dan Yu Qie—yang sejak tadi masih penasaran—hanya bisa saling melirik ketika melihat sosok Zhao Xueyan berjalan dengan pandangan kosong. Wajahnya merah, bibirnya sedikit gemetar, dan sorot matanya penuh luka.Wu Liang mengangkat alis, berbisik pada Yu Qie, "Ada apa itu?"Yu Qie menelan ludah. “Kelihatannya … tidak baik.”Keduanya menoleh ke arah pintu ruang kerja sang kaisar. Ada rasa khawatir dan ragu di wajah mereka. Namun akhirnya, mereka memutuskan masuk kembali setelah mengetuk perlahan.“Yang Mulia .…” ucap Wu Liang pelan sambil sedikit membungkuk, diikuti Yu Qie yang ikut menunduk hormat.Begitu pintu tertutup di belakang mereka, suasana ruang kerja benar-benar berubah. Tidak lagi penuh wibawa, tapi berat dan muram. Di b
Tian Ming melangkah lebih dekat, setiap langkahnya terasa berat, membawa gelombang tekanan yang membuat dedaunan bergetar. Ia berdiri di antara mereka, meraih tangan Zhao Xueyan dan menariknya ke belakangnya.“Kau mungkin lupa, tapi Zhao Xueyan yang ini bukan milikmu lagi. Bahkan ... mungkin tidak pernah,” suara Tian Ming rendah, penuh amarah yang ditahan.“Apa maksudmu Kaisar Tian Ming? Tentu dia pernah menjadi milikku, karena dia mantan istriku,” sarkas Kaisar Zheng Yu. Kaisar Tian Ming mendengkus. “Kau bahkan tidak tahu apa-apa tentang Zhao Xueyan. Jadi berhentilah berharap, karena dari awal dia hanya milikku.” Zhao Xueyan berdiri diam di belakangnya, matanya mengeras namun tetap tenang.Zheng Yu menatap keduanya, ekspresinya gelap. Namun ia akhirnya mengendurkan genggamannya dan tersenyum miring.“Kita lihat saja, apakah perasaan yang pernah ada ... benar-benar telah mati.”Tanpa menunggu jawaban, Zheng Yu berbalik pergi. Matanya tajam, menyiratkan kebencian dan obsesi pada Zhao
Di dalam paviliun timur yang hangat dan harum oleh wangi teh, para pelayan berdiri rapi dengan kepala menunduk. Niuniu dengan sigap menuangkan teh ke dalam cangkir porselen di depan Jenderal Zhao Yun.“Silakan, Jenderal,” ucap Niuniu dengan sopan.Zhao Yun menerima cangkir itu, menatap pelayan muda tersebut sejenak, lalu mengangguk dalam.“Niuniu! Terima kasih karena telah menjaga Xueyan,” ucapnya, tulus.Niuniu buru-buru menggeleng, wajahnya sedikit merah. “Jenderal Zhao ... bukan saya yang menjaga nona, justru nona yang melindungi saya. Berkali-kali.”Zhao Yun melirik putrinya, senyumnya tipis dan hangat. “Ya ... itu memang sifatnya sejak kecil.”Zhao Xueyan duduk dengan anggun di sisi ayahnya, menatap wajah yang sangat dirindukannya itu. Suaranya lembut saat bertanya, “Ayah ... kenapa Ibu tidak ikut bersamamu? Bagaimana kabarnya?”Jenderal Zhao Yun menghela napas pelan, matanya menerawang sejenak. “Ibumu ... tidak bisa melakukan perjalanan jauh. Belakangan ini tubuhnya mudah lelah.
Setelah para tamu dan jenderal keluar satu per satu dari Balairung Kekaisaran, Zhao Xueyan berdiri dari kursinya dan berjalan cepat menghampiri seorang pria paruh baya yang berdiri tenang di dekat tiang batu. Matanya yang biasanya dingin kini terlihat hangat.“Ayah .…” panggilnya pelan namun penuh rindu.Jenderal Zhao Yun menoleh dan menatap putrinya dengan senyum tipis. “Xueyan.”Zhao Xueyan langsung menunduk memberi hormat, tapi sang ayah menahan gerakannya dan menepuk ringan pundaknya.“Sudah, tak perlu formal padaku.”“Terima kasih … karena Ayah masih hidup dan sehat. Aku benar-benar lega,” gumam Zhao Xueyan dengan suara bergetar.Zhao Yun tertawa kecil. “Kau pikir aku akan mati semudah itu? Ayahmu ini dilatih di medan perang, bukan taman bunga.”Zhao Xueyan tersenyum, matanya sedikit berkaca-kaca.“Ayah, bagaimana kalau ikut aku ke paviliun timur? Aku punya kamar lebih di sana, lebih nyaman daripada barak istana.”Zhao Yun mengangguk. “Baiklah, kalau itu membuatmu tenang.”Namun
Suasana Balairung Kekaisaran Tianyang kini dipenuhi ketegangan yang kental. Para jenderal duduk berjajar, mata mereka fokus ke arah peta besar yang terbentang di atas meja kayu panjang. Di sisi kanan dan kiri, para utusan dari Kekaisaran Changhai, Zhengtang, dan Heifeng turut hadir, masing-masing mengenakan jubah resmi mereka, wajah-wajah serius menggambarkan urgensi situasi.Kaisar Tian Ming duduk di kursi utama, mata tajamnya menatap peta yang menunjukkan lima titik portal iblis. Empat di antaranya telah disegel oleh pasukan elit Tianyang.Seorang jenderal berdiri, melapor dengan nada tegas.“Yang Mulia, empat portal telah berhasil kami segel. Namun ... satu portal terakhir berada di Lembah Hujan Darah, dan saat ini lembah tersebut telah sepenuhnya dikuasai oleh bangsa iblis. Mereka menjadikan tempat itu markas utama mereka.”“Lembah Hujan Darah .…” gumam kaisar Tian Ming. “Bukan tempat yang mudah untuk ditembus.”Semua mata tertuju padanya, menanti keputusan. Tapi tiba-tiba, sebuah
Setelah jamuan makan selesai dan musik pelan berhenti mengalun, para pejabat dan jenderal satu per satu bangkit dari tempat duduk mereka. Mereka mulai bergerak menuju Balairung Kekaisaran Tianyang, tempat diadakannya rapat militer untuk membahas strategi pertahanan terhadap serangan dari utara.Zhao Xueyan berdiri anggun, mengikuti langkah para pria tersebut tanpa ragu. Tapi baru beberapa langkah, langkahnya dihentikan oleh suara nyaring yang penuh sindiran."Eh, mau ke mana, Nona Zhao?" tanya Nona Xiao Zhen sambil menyipitkan mata."Balairung Kekaisaran bukan tempat jalan-jalan, apalagi untuk seorang wanita," tambah Nona Lin dengan senyum mengejek."Benar," sela Nona Yu. "Kau itu hanya seorang gadis dari desa yang kebetulan dibawa masuk ke istana oleh Yang Mulia. Jangan pikir hanya karena makanan tadi enak, kau bisa ikut campur dalam urusan negara."Beberapa gadis bangsawan lainnya tertawa pelan, menutup mulut dengan kipas sambil saling menatap penuh kemenangan.“Memang benar, ya! Se
Setelah para tamu duduk di tempat masing-masing, suasana aula utama Kekaisaran Tianyang terasa lebih hangat. Pelayan-pelayan berdiri berjajar, menyajikan anggur dalam cawan giok bening dan piring-piring indah berisi hidangan yang baru saja diangkat dari dapur istana.Di tengah aula, musik lembut mulai mengalun. Para penari istana dengan kostum anggun berwarna merah muda dan emas menari mengikuti irama, mempercantik suasana.Namun tak lama, wajah para tamu, pejabat, jenderal, bangsawan, termasuk kaisar Tian Ming dan Ibu Suri Gao, mulai menunjukkan ekspresi heran. Bukan karena tarian, melainkan makanan yang tersaji di hadapan mereka.“Makanan apa ini?” tanya salah satu pejabat tua sambil menatap bingung ke arah piringnya.“Mengapa bentuknya seperti ini … tidak seperti hidangan kekaisaran biasanya,” gumam seorang gadis bangsawan.Di hadapan mereka tersaji ayam teriyaki dengan saus kental yang harum, kentang goreng tipis garing seperti lidi emas, salad sayur segar dengan saus creamy dari
Langkah kaki rombongan bangsawan dan pejabat istana terdengar beriringan saat mereka berjalan menuju aula utama Kekaisaran Tianyang. Dentingan perhiasan dan suara bisik-bisik para nona bangsawan menggema di sepanjang koridor, diselimuti rasa penasaran dan juga … sindiran.Di barisan belakang, Nona Xiao Zhen menyibak lengan bajunya dengan angkuh, lalu berbisik cukup keras agar bisa didengar oleh para pengikutnya.“Huh, kita lihat saja nanti,” ujarnya sambil mendengus, “Apa yang bisa dilakukan seorang gadis yang hanya dipungut oleh kaisar?”Nona Yu terkekeh, “Apalagi dia menerima tantangan kita untuk ikut serta dalam dekorasi aula. Apa dia pikir bermain-main di taman obat membuatnya tahu cara menghias aula kekaisaran?”Nona Lin menambahkan dengan suara mencibir, “Mungkin dia akan menggantung gulungan ramuan di langit-langit! Ha!” Nona Shen menambahkan. “Kau benar! Kali ini gadis desa itu akan tahu tempatnya di mana. Hanya seorang gadis desa ingin menjadi Phoenix. Sungguh malang sekali!
Saat semua tamu resmi telah tiba dan turun dari kereta serta kuda masing-masing, suara gong pelan menggema menandakan penyambutan dimulai secara resmi. Para pejabat, bangsawan, serta jenderal dari Kekaisaran Tianyang serempak membungkuk hormat ke arah tamu-tamu agung dari tiga Kekaisaran: Changhai, Heifeng, dan Zhengtang.“Selamat datang di kekaisaran Tianyang, Benua Yunzhu!” Dengan gerakan penuh wibawa, perwakilan dari tiga Kekaisaran itu pun membalas dengan hormat yang sama, penuh kesopanan dan kebesaran.Di tengah deretan para tokoh penting itu, tatapan Jenderal Zhao Yun tak pernah lepas dari putrinya. Ia tersenyum tipis, matanya menyiratkan kelegaan dan bangga yang mendalam.‘Xueyan-ku … syukurlah kau baik-baik saja. Lebih dari itu .…’ batinnya, nyaris menahan diri agar tidak langsung memeluk gadis kecil yang kini menjelma menjadi sosok yang luar biasa kuat dan anggun.Zhao Xueyan berdiri tenang di samping para petinggi, hanfu biru berhiaskan motif awan dan bunga salju berkibar