Saat Zhao Xueyan, Niuniu, Tian Ming, dan Wu Liang tiba di pintu Balairung Kekaisaran Canghai, mereka langsung dihadang oleh beberapa prajurit bersenjata lengkap. Suara derap langkah para prajurit menggema di antara tembok-tembok megah istana."Hentikan langkah kalian! Balairung Kekaisaran tidak boleh dimasuki sembarangan!" seru salah satu prajurit dengan nada tegas.Wu Liang hendak bergerak maju, tetapi Tian Ming mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk menahan diri. Wajahnya tetap datar namun penuh wibawa."Aku ingin berbicara langsung dengan Kaisar Canghai," kata Tian Ming dengan suara dingin.Para prajurit awalnya ragu, tetapi salah satu dari mereka, yang tampaknya memiliki pangkat lebih tinggi, tiba-tiba berubah pucat ketika melihat sesuatu yang diselipkan Tian Ming dari balik jubahnya—sebuah simbol otoritas yang sangat kuat dan rahasia.Tanpa membuang waktu, prajurit itu langsung berlutut. "Ampun, Tuan! Saya akan segera menyampaikan pesan ini kepada Yang Mulia Kaisar!"Dengan
Pejabat Li Zhen diseret keluar balairung oleh prajurit istana, teriakan marah dan tidak terimanya menggema di sepanjang lorong, tetapi tidak ada yang peduli. Kaisar Jing Hao tetap duduk dengan wibawa penuh di singgasananya, menatap tajam ke arah Zhao Xueyan yang berdiri dengan tenang di hadapannya."Kau cukup berani dan pintar, pemuda," ucap Kaisar Jing Hao dengan suara berat namun penuh rasa ingin tahu. "Entah kenapa aku merasa kita pernah bertemu sebelumnya."Zhao Xueyan yang sudah terbiasa menjaga rahasia dirinya tidak menunjukkan perubahan ekspresi sedikit pun. Dengan cepat, dia menundukkan kepala hormat. "Yang Mulia, saya rasa Anda keliru. Saya hanyalah seorang tabib pengembara, bukan seseorang yang layak dikenali oleh seorang kaisar agung seperti Anda."Namun, dalam hati Zhao Xueyan tahu bahwa Kaisar Jing Hao tidak sepenuhnya salah. Beberapa bulan lalu, dia memang bertemu dengan kaisar Canghai saat di kekaisaran Zhengtang. Di mana acara itu adalah ulang tahun selir Mei Xiao yan
Keempatnya kembali melanjutkan perjalanan di bawah langit cerah yang membentang luas. Zhao Xueyan yang biasanya tenang, kali ini terlihat sedikit bingung. Sebenarnya, dia ingin tahu ke mana arah tujuan Tian Ming dan Wu Liang setelah semua yang terjadi. Namun rasa penasaran itu akhirnya tak bisa lagi ditahan."Tuan muda Tian Ming," panggil Zhao Xueyan dengan nada santai tapi tegas. "Sebenarnya ke mana tujuanmu dan Wu Liang setelah ini?"Tian Ming yang menunggangi kudanya di samping Zhao Xueyan hanya tersenyum tipis tanpa memperlihatkan banyak ekspresi. "Aku hanya mengikuti ke mana kau pergi."Zhao Xueyan mengernyit, jelas tidak puas dengan jawaban itu. "Aku bukan pemandu wisata," sindirnya. "Setiap orang punya tujuan masing-masing, termasuk kau."“Apa itu pemandu wisata?” tanya Tian Ming dengan wajah bingung. Zhao Xueyan mendengus, dia lupa jika sekarang berada di zaman kuno. Pasti orang-orang tidak akan mengetahui istilah-istilah tersebut.“Tidak perlu dibahas! Yang jelas, tujuan And
Wu Liang menelan ludah, matanya menyiratkan kekhawatiran. "Apa mungkin ada seseorang yang membantu mereka membuka portal ke dimensi ini?"Tian Ming mengangguk pelan. "Entah siapa yang cukup gila untuk bekerja sama dengan bangsa iblis. Tapi ini pertanda buruk."Jejak kabut semakin menipis, membuat mereka berhenti di sebuah celah kecil berbentuk lingkaran yang memancarkan energi gelap samar. Tian Ming menekan tangannya ke udara di depan mereka, dan aliran energi asing terasa jelas."Ini sisa portal dimensi," katanya dengan muram. "Mereka masuk dan keluar melalui celah ini."Wu Liang mengepalkan tinjunya. "Kita harus memberi tahu Nona Zhao Xueyan. Dia pasti punya cara untuk membantu."Tian Ming menghela napas panjang. "Iya, tapi jangan sampai dia tahu lebih banyak tentang keterlibatanku dengan benua ini. Aku punya alasan sendiri."Keduanya kembali ke tempat Zhao Xueyan dan Niuniu dengan hati penuh kewaspadaan. Bahaya yang mengintai tidak lagi sekadar bandit atau roh liar — kini ancaman y
Setelah memastikan gadis muda itu selamat di rumahnya, keempatnya berjalan menuju sebuah kedai sederhana yang tampak cukup ramai. Asap dari dapur tercium harum, memancing selera makan setelah perjalanan panjang.Tian Ming dan Wu Liang masuk lebih dulu dengan langkah tenang, sementara Zhao Xueyan dan Niuniu menyusul dari belakang. Kehadiran mereka langsung menarik perhatian para pengunjung, terutama beberapa gadis muda desa yang duduk di sudut kedai.Bisikan mulai terdengar di antara para gadis itu. “Lihat pria tampan itu … tinggi dan dingin sekali.”“Yang satunya juga tak kalah tampan, rambutnya hitam legam dan wajahnya seperti pangeran muda.”Mereka tidak tahu bahwa sosok yang mereka puji sebagai pangeran muda sebenarnya adalah Zhao Xueyan yang tengah menyamar sebagai pria. Niuniu yang tahu rahasia itu menahan tawa kecil di balik cangkir tehnya.Tian Ming, meskipun menyadari tatapan kagum dari para gadis, tetap menjaga ekspresi wajah datarnya. Namun Wu Liang yang lebih terbuka malah
Perjalanan menuju desa tempat lomba alkemis diadakan semakin ramai dan semarak. Zhao Xueyan serta yang lainnya melanjutkan perjalanan dengan tenang, meski suasana di sepanjang jalan dipenuhi hiruk-pikuk para peserta dan pendukung sekte alkemis. Kereta-kereta mewah berlalu dengan roda yang membelah jalan tanah, dihiasi lambang-lambang sekte besar yang terkenal karena keahlian mereka dalam alkimia.Zhao Xueyan yang menunggang kudanya dengan anggun memperhatikan suasana sekitar dengan tatapan tenang namun tajam.Niuniu yang berada di sampingnya menghela napas kagum. "Sepertinya acara ini benar-benar besar, Nona. Saya bahkan melihat lambang sekte Api Langit di salah satu kereta tadi," ujarnya sambil menunjuk ke arah kereta berhias simbol api merah menyala.Tian Ming yang berada di belakang mereka menatap lurus tanpa ekspresi, meski Wu Liang di sampingnya tampak penasaran dengan ramainya suasana. "Aku tidak menyangka desa kecil ini bisa jadi pusat perhatian sekte-sekte besar," gumam Wu Lia
Begitu mereka masuk ke dalam penginapan, mata Zhao Xueyan sempat terbelalak meski dia segera menyembunyikan keterkejutannya. Interiornya benar-benar memancarkan kemewahan. Lantai berkilauan seperti kristal, dindingnya dihiasi lukisan kuno berbingkai emas, dan aroma harum bunga langka memenuhi udara.Para tamu yang berada di ruangan utama mengenakan pakaian mahal dengan sikap angkuh khas para bangsawan. Namun, begitu melihat Tian Ming dan rombongannya diperlakukan dengan hormat luar biasa oleh pelayan, bisik-bisik mulai terdengar.“Siapa mereka?” seorang pria berbisik kepada rekannya. “Tidak sembarang orang bisa mendapat pelayanan istimewa seperti itu.”Penjaga yang membawa mereka berhenti di depan lorong khusus dengan pintu besar berlapis ukiran naga perak. Dengan satu isyarat, pintu itu dibuka, memperlihatkan ruangan yang jauh lebih mewah dibandingkan tempat lainnya.Karpet tebal berwarna merah marun membentang dari pintu masuk hingga balkon yang menghadap taman pribadi. Perabotan be
Malam yang cerah disinari lampion warna-warni di sepanjang jalan desa, suasana festival begitu meriah dengan musik tradisional yang mengalun lembut di udara. Zhao Xueyan baru saja selesai memulihkan tenaga di kamarnya ketika tiba-tiba terdengar ketukan di pintu."Siapa?" tanyanya dengan nada tenang."Tian Ming." Suara berat namun datar terdengar dari balik pintu.Zhao Xueyan membuka pintu dengan alis sedikit terangkat. "Ada apa malam-malam begini?"Tian Ming yang mengenakan jubah hitam sederhana tanpa lambang kebangsawanan berdiri tegap. Wajahnya seperti biasa dingin dan tanpa ekspresi. "Aku ingin keluar melihat festival. Kau ikut?" tanyanya singkat namun tegas.Zhao Xueyan terkejut sesaat, namun menyembunyikan rasa herannya. "Kenapa tidak mengajak Wu Liang?""Dia terlalu cerewet. Lagipula kau lebih menarik." ucap Tian Ming datar, seolah kalimat itu tidak berarti apa-apa.Zhao Xueyan tersenyum tipis, merasa tertantang. "Baiklah. Tunggu sebentar."Setelah mengenakan mantel tipis untuk
Saat Zhao Xueyan tiba di paviliun timur bersama ibunya dan Niuniu, pagi yang seharusnya tenang mendadak dipenuhi langkah terburu-buru. Jenderal Zhao Yun yang mendengar kedatangan istrinya langsung keluar dari ruang baca, matanya membelalak melihat sosok wanita yang sangat dirindukannya berdiri di ambang gerbang.“Istriku, aku dengar kau diserang ... Kau baik-baik saja?”Suara itu penuh kekhawatiran, terdengar jelas meski tak terangkat tinggi. Zhao Yun langsung melangkah cepat, menghampiri sang istri dan menggenggam tangannya dengan lembut.“Aku baik-baik saja,” kata Nyonya Bing Qing dengan senyum tenang. “Bai Long membawa kami dengan aman. Hanya saja ….”Bing Qing menatap sang suami. “Hanya saja Bai Long terluka. Dan sekarang sedang memulihkan tubuhnya.” Zhao Yun menghela napas panjang lalu menatap wajah istrinya dalam-dalam. “Aku seharusnya ikut menjemputmu ... dunia luar tak lagi aman seperti dulu.”Zhao Xueyan hanya menatap keduanya sambil tersenyum kecil. Ada kehangatan dalam pan
Pagi menyapa istana Kekaisaran Tianyang dengan embusan angin sejuk dan cahaya matahari yang lembut menembus sela-sela dedaunan. Zhao Xueyan berdiri di serambi paviliun timur, matanya terarah ke langit timur. Ada getaran kuat yang hanya bisa dirasakannya—getaran familiar dari seseorang yang sangat ia kenal.“Bai Long .…” bisiknya.Tanpa pikir panjang, Zhao Xueyan segera berlari menuju pelataran utama istana, tempat biasanya Bai Long mendarat. Gaunnya berkibar mengikuti langkah cepatnya, rambut panjangnya sedikit berantakan tertiup angin. Saat tiba di halaman luas istana, matanya langsung membelalak."Bai Long!" serunya.Sosok naga hitam itu mendarat perlahan, tubuhnya yang besar terlihat penuh luka bakar dan goresan. Namun, tak jauh dari kakinya, Zhao Xueyan melihat dua sosok lainnya turun—ibunya, Bing Qing, dan Niuniu."Ibu!" Zhao Xueyan segera menghampiri. "Niuniu! Kalian tidak apa-apa?"Niuniu yang baru saja menapak tanah langsung memeluk sang nona."Nona ... kami baik-baik saja," u
Suasana di dalam masing-masing paviliun kediaman bangsawan penuh ketegangan. Para gadis bangsawan yang kemarin diusir dari jamuan Kekaisaran masih belum bisa menerima perlakuan memalukan itu. Wajah mereka penuh amarah, ada yang menangis, ada yang membanting kipas, ada pula yang terus mengumpat sambil menangis tertahan.Di Kediaman XiaoXiao Zhen berjalan mondar-mandir sambil menghentakkan kakinya. "Bagaimana mungkin! Gadis itu, seorang gadis desa hina—ternyata putri Jenderal Zhao?!"Nyonya Besar Xiao yang duduk tenang di kursi utama mengibaskan kipasnya perlahan, suaranya dingin namun penuh tekanan. "Zhen'er, duduklah. Marah tidak akan menyelesaikan masalah."Xiao Zhen menatap ibunya dengan mata merah, "Ibu! Aku dipermalukan! Diusir dari istana di depan semua tamu! Semua orang akan menertawakanku!"Nyonya Xiao tersenyum tipis. "Lebih baik dipermalukan sekali ... daripada kalah selamanya."Xiao Zhen mengerutkan kening. "Apa maksud Ibu?""Ibu sudah menyuruh ayahmu untuk mencari tahu seg
Zhao Xueyan melangkah cepat, gaunnya berkibar tertiup angin pagi. Wajahnya yang biasanya tegas kini diliputi emosi yang campur aduk—marah, kecewa, sedih. Ia melewati para pelayan yang membungkuk memberikan hormat, tapi ia tak menyahut. Di koridor luar, Wu Liang dan Yu Qie—yang sejak tadi masih penasaran—hanya bisa saling melirik ketika melihat sosok Zhao Xueyan berjalan dengan pandangan kosong. Wajahnya merah, bibirnya sedikit gemetar, dan sorot matanya penuh luka.Wu Liang mengangkat alis, berbisik pada Yu Qie, "Ada apa itu?"Yu Qie menelan ludah. “Kelihatannya … tidak baik.”Keduanya menoleh ke arah pintu ruang kerja sang kaisar. Ada rasa khawatir dan ragu di wajah mereka. Namun akhirnya, mereka memutuskan masuk kembali setelah mengetuk perlahan.“Yang Mulia .…” ucap Wu Liang pelan sambil sedikit membungkuk, diikuti Yu Qie yang ikut menunduk hormat.Begitu pintu tertutup di belakang mereka, suasana ruang kerja benar-benar berubah. Tidak lagi penuh wibawa, tapi berat dan muram. Di b
Tian Ming melangkah lebih dekat, setiap langkahnya terasa berat, membawa gelombang tekanan yang membuat dedaunan bergetar. Ia berdiri di antara mereka, meraih tangan Zhao Xueyan dan menariknya ke belakangnya.“Kau mungkin lupa, tapi Zhao Xueyan yang ini bukan milikmu lagi. Bahkan ... mungkin tidak pernah,” suara Tian Ming rendah, penuh amarah yang ditahan.“Apa maksudmu Kaisar Tian Ming? Tentu dia pernah menjadi milikku, karena dia mantan istriku,” sarkas Kaisar Zheng Yu. Kaisar Tian Ming mendengkus. “Kau bahkan tidak tahu apa-apa tentang Zhao Xueyan. Jadi berhentilah berharap, karena dari awal dia hanya milikku.” Zhao Xueyan berdiri diam di belakangnya, matanya mengeras namun tetap tenang.Zheng Yu menatap keduanya, ekspresinya gelap. Namun ia akhirnya mengendurkan genggamannya dan tersenyum miring.“Kita lihat saja, apakah perasaan yang pernah ada ... benar-benar telah mati.”Tanpa menunggu jawaban, Zheng Yu berbalik pergi. Matanya tajam, menyiratkan kebencian dan obsesi pada Zhao
Di dalam paviliun timur yang hangat dan harum oleh wangi teh, para pelayan berdiri rapi dengan kepala menunduk. Niuniu dengan sigap menuangkan teh ke dalam cangkir porselen di depan Jenderal Zhao Yun.“Silakan, Jenderal,” ucap Niuniu dengan sopan.Zhao Yun menerima cangkir itu, menatap pelayan muda tersebut sejenak, lalu mengangguk dalam.“Niuniu! Terima kasih karena telah menjaga Xueyan,” ucapnya, tulus.Niuniu buru-buru menggeleng, wajahnya sedikit merah. “Jenderal Zhao ... bukan saya yang menjaga nona, justru nona yang melindungi saya. Berkali-kali.”Zhao Yun melirik putrinya, senyumnya tipis dan hangat. “Ya ... itu memang sifatnya sejak kecil.”Zhao Xueyan duduk dengan anggun di sisi ayahnya, menatap wajah yang sangat dirindukannya itu. Suaranya lembut saat bertanya, “Ayah ... kenapa Ibu tidak ikut bersamamu? Bagaimana kabarnya?”Jenderal Zhao Yun menghela napas pelan, matanya menerawang sejenak. “Ibumu ... tidak bisa melakukan perjalanan jauh. Belakangan ini tubuhnya mudah lelah.
Setelah para tamu dan jenderal keluar satu per satu dari Balairung Kekaisaran, Zhao Xueyan berdiri dari kursinya dan berjalan cepat menghampiri seorang pria paruh baya yang berdiri tenang di dekat tiang batu. Matanya yang biasanya dingin kini terlihat hangat.“Ayah .…” panggilnya pelan namun penuh rindu.Jenderal Zhao Yun menoleh dan menatap putrinya dengan senyum tipis. “Xueyan.”Zhao Xueyan langsung menunduk memberi hormat, tapi sang ayah menahan gerakannya dan menepuk ringan pundaknya.“Sudah, tak perlu formal padaku.”“Terima kasih … karena Ayah masih hidup dan sehat. Aku benar-benar lega,” gumam Zhao Xueyan dengan suara bergetar.Zhao Yun tertawa kecil. “Kau pikir aku akan mati semudah itu? Ayahmu ini dilatih di medan perang, bukan taman bunga.”Zhao Xueyan tersenyum, matanya sedikit berkaca-kaca.“Ayah, bagaimana kalau ikut aku ke paviliun timur? Aku punya kamar lebih di sana, lebih nyaman daripada barak istana.”Zhao Yun mengangguk. “Baiklah, kalau itu membuatmu tenang.”Namun
Suasana Balairung Kekaisaran Tianyang kini dipenuhi ketegangan yang kental. Para jenderal duduk berjajar, mata mereka fokus ke arah peta besar yang terbentang di atas meja kayu panjang. Di sisi kanan dan kiri, para utusan dari Kekaisaran Changhai, Zhengtang, dan Heifeng turut hadir, masing-masing mengenakan jubah resmi mereka, wajah-wajah serius menggambarkan urgensi situasi.Kaisar Tian Ming duduk di kursi utama, mata tajamnya menatap peta yang menunjukkan lima titik portal iblis. Empat di antaranya telah disegel oleh pasukan elit Tianyang.Seorang jenderal berdiri, melapor dengan nada tegas.“Yang Mulia, empat portal telah berhasil kami segel. Namun ... satu portal terakhir berada di Lembah Hujan Darah, dan saat ini lembah tersebut telah sepenuhnya dikuasai oleh bangsa iblis. Mereka menjadikan tempat itu markas utama mereka.”“Lembah Hujan Darah .…” gumam kaisar Tian Ming. “Bukan tempat yang mudah untuk ditembus.”Semua mata tertuju padanya, menanti keputusan. Tapi tiba-tiba, sebuah
Setelah jamuan makan selesai dan musik pelan berhenti mengalun, para pejabat dan jenderal satu per satu bangkit dari tempat duduk mereka. Mereka mulai bergerak menuju Balairung Kekaisaran Tianyang, tempat diadakannya rapat militer untuk membahas strategi pertahanan terhadap serangan dari utara.Zhao Xueyan berdiri anggun, mengikuti langkah para pria tersebut tanpa ragu. Tapi baru beberapa langkah, langkahnya dihentikan oleh suara nyaring yang penuh sindiran."Eh, mau ke mana, Nona Zhao?" tanya Nona Xiao Zhen sambil menyipitkan mata."Balairung Kekaisaran bukan tempat jalan-jalan, apalagi untuk seorang wanita," tambah Nona Lin dengan senyum mengejek."Benar," sela Nona Yu. "Kau itu hanya seorang gadis dari desa yang kebetulan dibawa masuk ke istana oleh Yang Mulia. Jangan pikir hanya karena makanan tadi enak, kau bisa ikut campur dalam urusan negara."Beberapa gadis bangsawan lainnya tertawa pelan, menutup mulut dengan kipas sambil saling menatap penuh kemenangan.“Memang benar, ya! Se