"RYU ZHEN!!!"Teriakan khas Putri Qin Feng menggema di udara, memaksa wajah bengis Ryu Zhen perlahan-lahan kembali seperti semula."Kamu kenapa kemari, Tuan Putri?" tanya Ryu Zhen dengan nada khasnya."Aku berhasil mendapatkan kapal yang cukup besar untuk kita dari Perguruan Shaolin!" sahut Putri Qin Feng dengan penuh semangat.Ryu Zhen agak takjub dan hampir tidak percaya dengan kehebatan Qin Feng yang berhasil mendapatkan perahu untuk mereka. Matanya berkilat dengan rasa kagum yang jarang terlihat."Ada di mana perahu yang kamu maksud? Kita harus segera pergi dari sini sebelum perempuan brengsek ini bangun kembali!" kata Ryu Zhen sambil berlalu menuju arah dermaga."Memangnya kenapa perempuan brengsek itu?" tanya Putri Qin Feng yang ikut-ikutan kesal dengan Guan Ling."Dia sudah keterlaluan ... beruntung aku tidak dikuasai amarah sehingga nyawanya masih selamat! Kita pergi ke Pulau Perompak terlebih dahulu untuk menemui Ketua Serikat yang bernama Ming Kui. Dia itu bajak laut yang cu
Kapal besar Serikat Tengkorak Putih meluncur bebas di lautan lepas, membawa Ming Kui, Ryu Zhen, dan Putri Qin Feng menuju Pulau Bukit Tengkorak, tempat tinggal Shang Hulei yang terkenal sebagai Kaisar Dunia Persilatan.Ming Kui berdiri gagah di anjungan kapal bersama Ryu Zhen sementara Putri Qin Feng memilih bersantai di geladak kapal. Angin laut yang dingin menerpa wajah mereka, membawa aroma asin dari laut."Kamu yakin mau memasuki Pulau Bukit Tengkorak?" tanya Ming Kui, wajahnya menatap Ryu Zhen dalam-dalam. "Apa sih yang kamu cari di sana?"Ryu Zhen tidak begitu menanggapi pertanyaan Ming Kui. Ia tahu bahwa bajak laut tidak bisa dipercaya sepenuhnya. Meski sekarang Ming Kui membantu Ryu Zhen, dalam hitungan detik ia bisa saja berkhianat."Kenapa? Kamu takut?" Ucapan singkat Ryu Zhen membuat Ming Kui marah besar."Kurang ajar kau, Ryu Zhen! Aku ini bajak laut yang tak terkalahkan di sepanjang perairan Negeri Ming ini... beraninya kamu meragukanku! Kalau bukan karena aku hutang budi
Pertarungan sengit pun dimulai. Ryu Zhen melompat ke depan, pedangnya berkilau dalam cahaya redup kabut, mengarah langsung ke kepala Naga Kabut. Makhluk itu menghindar dengan lincah, namun gerakan cepat Ryu Zhen berhasil memberikan luka dalam di tubuhnya.Qin Feng menembakkan panahnya dengan tepat, mengenai mata Naga Kabut yang langsung mengaum keras. Panah kedua dan ketiga menyusul dengan cepat, menembus sisik makhluk tersebut. Darah hitam mengalir dari lukanya, mengotori geladak kapal.Namun, ancaman tidak berhenti di situ. Dari sisi lain kapal, muncul makhluk lain, kali ini berupa seekor Kura-kura Raksasa bernama Xuan Wu. Makhluk ini bergerak dengan lambat, namun setiap langkahnya mengguncang kapal. Para awak kapal yang ketakutan berusaha melarikan diri, namun beberapa dari mereka ditarik ke bawah oleh tentakel gurita besar yang tiba-tiba muncul dari dalam air."Ming Kui, hadapi Kura-kura Raksasa itu! Aku akan mengurus Naga Kabut ini!" seru Ryu Zhen, tetap fokus pada lawannya. Ming
Kapal Serikat Tengkorak Putih tampak porak poranda, kayu-kayunya retak dan sobek akibat pertarungan dahsyat melawan beberapa makhluk mitos yang kuat. Bau asin laut bercampur dengan aroma darah memenuhi udara, dan deburan ombak yang menghantam lambung kapal menambah suasana tegang."Apa tujuan Shang Hulei membentengi Pulau Bukit Tengkorak dengan kabut tebal yang menyimpan dimensi penuh makhluk mitos yang kuat?" tanya Putri Qin Feng, matanya yang tajam menyipit, menatap Ryu Zhen."Mungkin dia tidak ingin diganggu setelah menghilang dari dunia persilatan," Ryu Zhen menjawab santai, sembari menyesap arak dari botol kulit di tangannya."Kalau sudah tahu dia tidak suka diganggu, kenapa kamu masih nekat mengunjungi Pulau Bukit Tengkorak?" tanya Putri Qin Feng, suaranya mengeras, menunjukkan ketidaksabaran."Hanya dia yang tahu keberadaan Naga Emas, jadi aku harus menemuinya... aku tidak peduli dia mau bersembunyi dari dunia persilatan atau tidak!" kata Ryu Zhen dengan nada sombong, matanya b
Naga Tengkorak Merah yang gagah dengan wajah separuhnya berupa tengkorak merah itu terlihat sangat mengerikan. Sorot matanya yang tajam membuat trio pendekar ini ragu untuk melangkah lebih jauh."Ryu Zhen, kamu yang paling hebat di sini. Majulah terlebih dahulu dan kalahkan Naga Tengkorak Merah!" Putri Qin Feng memerintahkan dengan tegas."Aku?" Ryu Zhen terlihat terkejut mendengar permintaan itu."Iya, kamu! Siapa lagi yang teknik bela dirinya paling hebat selain dirimu? Kamu juga memiliki Roh Naga! Hanya kamu yang pantas melawan Naga Tengkorak Merah!" tegas Putri Qin Feng."Kenapa bukan Ming Kui? Dia memiliki Golok Penghancur Naga, tentu saja bisa digunakan untuk melenyapkan naga ini!" elak Ryu Zhen.Ming Kui langsung berkelit. "Setahuku, ilmu Assassin Immortal paling ampuh untuk menghadapi naga," ucapnya.Naga Tengkorak Merah yang merasa diabaikan oleh trio pendekar ini mulai berulah dengan menyemburkan api ganasnya. Panas yang menyengat dan suara gemuruh api menggetarkan tanah di
Tiada tanda-tanda keberadaan Kaisar Dunia Persilatan di Pulau Bukit Tengkorak ini.Putri Qin Feng mengerutkan alisnya, menatap hamparan pulau yang sunyi. "Kemana Shang Hulei? Kenapa pulau ini kosong dan hanya dihuni oleh Naga Tengkorak Merah?" tanyanya, suaranya penuh kebingungan.Ming Kui berdiri di sampingnya, matanya menyapu pulau itu dengan rasa heran yang sama. "Selama ini kami menjaga jarak karena khawatir dengan keberadaan Kaisar Dunia Persilatan, tapi ternyata Pulau Bukit Tengkorak ini kosong! Kemana dia?"Ryu Zhen tampak putus asa, memandang hasil jerih payah mereka yang sia-sia. "Aku yang salah! Aku mengira Shang Hulei akan bertapa di sini untuk selamanya dan mengasingkan diri dari dunia persilatan!" keluhnya, suaranya bergetar dengan penyesalan.Ming Kui menatap Naga Tengkorak Merah yang sedang tidak sadarkan diri. "Setahuku, Naga Tengkorak Merah ini tidak pernah ada di Pulau Bukit Tengkorak... kenapa sekarang dia menguasai pulau ini? Bisa bicara juga layaknya manusia!" uja
Negeri Naga Kultivasi adalah tempat eksklusif yang dihuni oleh naga-naga asli yang memiliki kemampuan kultivasi seperti para kultivator di dunia manusia. Di sini, para naga tidak hanya kuat dan bijaksana, tetapi juga mampu berbicara seperti manusia. Negeri ini sangat berbeda dari Negeri Naga Eternity Nirvana yang dikuasai oleh Klan Naga, sekelompok naga yang telah bertransformasi menjadi manusia dan kebal terhadap api naga."Wah... tempat ini sungguh indah!" pikir Ryu Zhen sambil memandangi pemandangan yang menakjubkan di sekelilingnya. "Apa sebenarnya tujuan Shang Hulei datang ke Negeri Naga Kultivasi ini? Apa dia sedang mencari naga yang bisa digunakannya? Tapi, setahuku, naga-naga di sini tidak akan patuh pada manusia seperti Shang Hulei. Bahkan kepada keturunan naga saja mereka tidak tunduk, apalagi hanya kepada manusia biasa."Ryu Zhen, yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Negeri Naga Kultivasi, berharap bisa menemukan Naga Emas yang konon ada di negeri ini. Udara sejuk me
Ryu Zhen terus menjelajahi Negeri Naga Kultivasi, bertekad menemukan Roh Naga Emas yang legendaris. Setiap hari, dia melatih kemampuannya, memperdalam pengetahuan tentang kultivasi naga di bawah bimbingan Shao Long.Dewa Immortal ini berpura-pura tidak begitu memiliki kemampuan karena Naga Shao Long adalah idolanya sejak dia masih kecil sejak kakeknya menceritakan tentang Naga Kultivasi ini.Tanpa disadarinya, Shao Long juga memiliki agenda tersembunyi. Naga raksasa itu diam-diam memanfaatkan kekuatan naga dalam tubuh Ryu Zhen untuk meningkatkan kemampuan kultivasinya sendiri.Sebenarnya Ryu Zhen sudah mengetahui siasat Shao Long ini, tapi dia membiarkannya terlebih dahulu agar bisa mengetahui rencana Shao Long yang sebenarnya,"Ryu Zhen," panggil Shao Long suatu hari ketika mereka berlatih di sebuah lembah yang dikelilingi gunung-gunung menjulang. "Aku merasa kekuatanmu semakin berkembang. Teruslah berkultivasi, dan kau akan segera menemukan Roh Naga Emas."Ryu Zhen mengangguk dengan
Kemenangan besar yang diraih Negeri Ming tidak serta merta membuat negeri ini aman. Raja Dunia Persilatan yang mulai melihat kelemahan Negeri Ming mulai bergerak untuk menguasai Negeri Ming sehingga Negeri Ming akhirnya terbagi menjadi lima daerah kekuasaan yaitu :Dewa Racun Utara/Zhao Yun : Raja Dunia Persilatan Distrik Utara MingPendekar Pedang Barat/Chen Tian : Raja Dunia Persilatan Distrik Barat MingDewi Naga Timur/Liu Yin : Ratu Dunia Persilatan Distrik Timur MingPendekar Mabuk Selatan/Zhao Long : Raja Dunia Persilatan Distrik Selatan MingKaisar Bela Diri Pusat/Huang Ming : Raja Dunia Persilatan Distrik Pusat MingZhou Shen yang akhirnya memilih Sasha untuk menjadi pasangan hidupnya, kembali ke Eternity Nirvana bersama cinta sejatinya, membawa dendam membara di hati Dewi Naga Emas.Kepergian Zhou Shen ke Eternity Nirvana inilah yang membuat Negeri Ming terbagi menjadi lima kekuasaan besar yang dipimpin oleh masing-masing Raja Dunia Persilatan.Putri Qian Feng akhirnya memaafk
Kekalahan Naga Shankar adalah pukulan telak bagi Khan Agung. Sang raja Mongol, yang dikenal sebagai penguasa tak terkalahkan, berdiri di atas medan perang yang kini mulai berbalik melawan dirinya. Namun, amarahnya tidak surut. Dengan tatapan penuh kebencian, dia mengangkat tangannya ke langit, melafalkan mantra kuno yang menggema seperti gemuruh badai."Aku tidak akan kalah di tangan kalian, manusia lemah!" serunya, suaranya mengguncang bumi. Dari balik langit yang mulai memerah, aura hitam pekat berkumpul di sekeliling tubuh Khan Agung. Di kejauhan, sosok naga berwarna hitam legam dengan mata merah membara muncul dari balik awan.“Naga Hitam Tiamat!” seru Sasha dengan kengerian di wajahnya.Semua pasukan Ming dan Eternity Nirvana terpaku, termasuk Zhou Shen. Naga itu tidak hanya besar tapi ia adalah legenda, makhluk purba yang dianggap sebagai perwujudan kehancuran.“Zhou Shen, kita harus menghentikannya sebelum dia menghancurkan semuanya!” seru Kalindra, pedangnya menyala dengan kek
Saat pertarungan memuncak, medan perang menjadi ajang pertunjukan kekuatan yang melampaui batas manusia. Naga Shankar, raksasa hitam yang kini mengamuk, menyerang pasukan Ming tanpa henti. Kepakan sayapnya menciptakan badai yang menggulingkan barisan pertahanan, sementara api birunya membakar segala yang disentuhnya.Zhou Shen berdiri di hadapan Zhang Ming. Nafas mereka berat, masing-masing menggenggam senjata dengan penuh kebencian. "Kau mengkhianati segalanya, Zhang Ming. Aku akan memastikan kau tidak melangkah lebih jauh!""Pengkhianatan?" Zhang Ming terkekeh, suaranya penuh ejekan. "Aku melakukan apa yang harus kulakukan untuk bertahan hidup. Kau hanya anak kecil yang terjebak dalam masa lalu. Lihatlah siapa yang menjadi pemenang sekarang!"Zhang Ming meluncur ke depan dengan kecepatan yang sulit diikuti mata biasa. Pedangnya, yang berselimut aura kegelapan, menebas ke arah Zhou Shen. Namun, Zhou Shen, dengan reflek yang terlatih selama bertahun-tahun, menangkis serangan itu denga
Di tengah kemegahan Istana Mongol, Khan Agung duduk di atas takhta emasnya, wajahnya gelap seperti badai yang mengancam. Suara dentang lonceng perang bergema di seluruh aula, menandakan bahwa amarah sang raja telah mencapai puncaknya.“Shanxi tidak boleh berdiri setelah ini!” bentak Khan Agung, suaranya menggema keras. “Aku tidak akan membiarkan Negeri Ming memandang rendah kekaisaranku. Siapkan Naga Shankar. Kita akan menyapu Shanxi hingga menjadi abu!”Di hadapan Khan Agung, Ryu Zhen berdiri dengan kepala tertunduk, meskipun matanya memancarkan api dendam. Kekalahan di Shanxi telah menghancurkan egonya, tetapi itu juga membakar tekadnya untuk membuktikan bahwa ia adalah pendekar sejati.“Aku akan menuntaskan semuanya,” katanya lirih namun penuh keyakinan. “Aku akan menghancurkan Zhou Shen dan saudara kembarku. Dendam lama ini akan berakhir di medan perang berikutnya.”*****Kota Shanxi kembali dilanda kekacauan saat ribuan pasukan Mongol menyerbu di bawah naungan malam. Namun, yang
“Aku tidak akan lupa penghinaan ini, Ryu Zhin,” gumamnya dengan nada berapi-api, matanya membara penuh tekad. “Kita akan bertemu lagi, dan kali itu kau tidak akan selamat!”Di sisi lain, kemenangan ini tidak dirayakan dengan gegap gempita. Zhou Shen memimpin para pasukan naga yang masih utuh untuk mengevakuasi Shanxi dari kerusakan lebih lanjut. Sasha dan Kalindra, meskipun memimpin dengan karisma luar biasa, menyadari bahwa medan perang ini hanya sebagian kecil dari ancaman besar yang sedang berkembang.Zhou Shen berjalan mendekati Zixuan yang kini duduk di punggung Meraharani yang terluka. Naga merah itu mengerang pelan, napasnya berat, namun tatapannya tetap tajam. Zixuan memandang Zhou Shen dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Kau datang tepat waktu, seperti biasanya,” ujar Zixuan, mencoba tersenyum meski wajahnya memucat.“Kau bertahan lebih lama dari yang kuduga,” balas Zhou Shen, suaranya tenang namun penuh penghargaan. “Tidak mudah melawan naga emas dan Ryu Zhen.”Zixuan me
Setelah berhasil mendapatkan Nagarium dan menyegel perjanjian damai antara Heaven Eden dan Eternity Nirvana, Queen Savitri merasa utangnya kepada Zhou Shen tak akan terbalas dengan mudah. Di dalam hati, dia tahu ada rasa yang lebih dalam—sebuah cinta yang perlahan tumbuh terhadap Pendekar Naga Putih itu.Namun, Zhou Shen tetap memandang lurus pada tujuannya. Dia harus menemukan Paman Zhang, pria yang kini terungkap sebagai pembunuh orang tuanya. Kebencian yang membara di dalam dirinya membuatnya menolak untuk menyerah pada perasaan apa pun, termasuk cinta.Di aula besar kerajaan, Queen Savitri memanggil Zhou Shen dan menyerahkan Artefak Naga Waktu, sebuah artefak kuno yang mampu membuka portal waktu dan mengembalikan Zhou Shen ke masanya. "Dengan ini," ujar Savitri, suaranya bergetar, "kau bisa kembali dan menghadapi takdirmu di masa depan. Aku ingin kau tahu, Zhou Shen, aku akan selalu mendukungmu."Namun, Zhou Shen mengejutkan semua orang dengan keputusannya. "Aku tak bisa kembali s
Langit Shanxi memerah oleh api dan energi yang melesat dari pertarungan sengit antara naga merah Meraharani dan naga emas yang dikendarai Ryu Zhen. Namun, kekuatan gabungan naga Mongolia dan kehebatan Ryu Zhen perlahan memukul mundur para penjaga Shanxi. Meraharani terluka parah, sayapnya compang-camping, dan Arlang terempas ke tanah dengan raungan lemah.Zixuan berdiri di punggung Meraharani yang limbung, darah mengalir dari luka di lengannya. Napasnya berat, namun matanya tetap menatap Ryu Zhen yang bersiap mengakhiri perlawanan mereka."Ini akhirnya, Putri Zixuan," ujar Ryu Zhen, mengangkat pedangnya yang bercahaya emas. "Shanxi akan jatuh, dan kau akan menyaksikan kehancurannya!"Namun, sebelum pedangnya terayun, langit mendadak terbelah oleh kilatan cahaya putih. Dari celah dimensi yang terbuka di tengah angkasa, seekor naga putih raksasa muncul. Ia bergerak dengan kecepatan luar biasa, seperti bayangan yang tak dapat dilacak. Dengan raungan yang mengguncang bumi, naga itu mengha
Pemanah menarik busur mereka, api membara di ujung panah. Ketika pasukan musuh mendekat, aba-aba diberikan, dan panah-panah itu dilepaskan, melesat seperti hujan meteor ke arah barisan depan Mongolia. Suara panah menghantam perisai dan tubuh terdengar nyaring, namun pasukan musuh terus maju, tidak terhentikan.Di sisi lain, Zixuan mengeluarkan sesuatu dari kantong kecil di ikat pinggangnya—sebuah kristal berwarna biru kehijauan. Itu adalah Artefak Jiwa Langit, peninggalan kuno yang mampu memanggil kekuatan besar, tetapi dengan harga yang mahal."Aku tidak punya pilihan lain," gumamnya. Ia mengangkat kristal itu tinggi-tinggi, memusatkan energinya. Angin di sekitar Zixuan berputar kencang, rambutnya melayang, dan suara gemuruh datang dari dalam kristal itu. Cahaya biru terang meledak, menarik perhatian semua orang, termasuk Darjikhun.Di kejauhan, salah satu naga penjaga, seekor naga putih dengan tubuh yang ramping dan gerakan anggun, mendekati Zixuan. Namanya Arlang, naga angin yang d
Pertarungan di langit Shanxi dimulai dengan ledakan besar. Meraharani menerjang dengan kekuatan yang luar biasa, mulutnya terbuka, menyemburkan api merah menyala yang menembus langit kelabu. Naga hitam Mongolia menghindar dengan manuver tajam, sayapnya yang besar menciptakan pusaran angin yang membuat debu dan batu kecil beterbangan di bawah. Raungan mereka menggema, memenuhi udara dengan ketegangan dan kengerian.Di atas tembok kota, para pemanah Shanxi bersiap, busur mereka terangkat, ujung panah mengarah ke naga Mongolia. Perwira yang memimpin mereka, seorang pria dengan wajah keras dan mata tajam, berteriak, "Tunggu aba-aba dari Tuan Putri! Jangan tembak sebelum waktunya!"Di alun-alun, Zixuan memejamkan matanya sesaat, menghubungkan pikirannya dengan Meraharani. Ia tidak hanya memanggil naga itu, tetapi juga menyatukan tekad mereka. Suara Meraharani menggema dalam benaknya, tenang namun penuh kekuatan."Aku bersamamu, Zixuan. Kita tidak akan kalah."Di langit, naga hitam meluncur