Aku dengan tak sabaran berjalan menyusuri koridor hotel, aku berjalan cepat menuju kamar suite yang telah kusewa…di dalam sana…sudah menunggu perempuan yang akan memuaskan dan mewujudkan semua fantasi terliarku. Aku tiba di depan kamar, tanpa mengetuk aku membuka pintu. Aku tercekat melihat Lidya sedang duduk di bawah karpet. Wajahnya sangat pucat dan ia sedang memeluk lututnya sendiri. Di depannya..Ya Tuhan….di depannya.
Aku menutup kembali pintu dan berjalan mendekati Lidya, ia seakan baru menyadari kedatanganku berjengit takut dan mengeluarkan sebuah pekikan kecil.
“Ada apa Lidya?” Tanyaku duduk di sampingnya, aku memeluk sosoknya yang sedikit bergetar. Ia tak menangis..namun matanya terlihat merah. Apa yang terjadi…dan apa semua ini.
Lidya tak menjawab, namun matanya mengisyaratkan sebuah kotak yang sudah separuh terbuka di depannya. Aku melepaskan pelukanku pada Lidya dan
Aku bersama Lidya sedang berada di dalam mobil menuju hotel berikutnya yang sudah kusewa, aku memastikan keamanannya berlipat ganda. Aku ak mau kejadian serupa terjadi. Aku masih belum bertanya lanjutan kejadian dari Lidya.Saat ini jam sepuluh malam, dan mata Lidya masih tak mengantuk, ia masih belum bisa melupakan kejadian yang menimpanya. Aku selama perjalanan memegang tangan Lidya dan memeluknya dari samping. Aku tidak mencintai perempuan ini…tapi aku tak suka kalau ada orang yang mengusiknya, sama saja mereka telah meremehkanku. Aku berkali-kali membisikkan di telinganya, bahwa aku akan berada di sisinya dan ia tak perlu khawatir lagi….karena aku tak akan meninggalkannya barang sekalipun.Kami tiba di kamar suite yang hanya bisa diakses dengan lift pribadi. Kurasa ini juga akan mencegah orang yang tak berkepentingan untuk masuk ke dalam kamar yang kusewa. Satu lantai hotel itu kutempati dan kusewa. Aku meng
“Nadja…”“Nadja..”Sejak tadi aku mendengar gumaman itu dalam tidurku, aku baru saja mau terlelap…lalu aku mendengar gumaman itu lagi. Ada sebuah gerakan tangan yang merambat di daerah perutku lalu naik kea rah dada. Xander, ini pasti Xander lagi.“Nadja…”“Nadja..”Aku akhirnya terpaksa membuka mataku dengan kesal, aku mencebik.“Xander…aku baru saja mau tidur.” Protesku. Aku menampis tangannya yang sudah mulai meremas gumpalan kenyal milikku. Baru saja kami selesai melakukan olah raga ranjang kami beberapa menit yang lalu…entah sudah berpa kali kami melakukannya mala mini. Sejak tadi pertemuan dengan Ayah Xander…dan kami masuk ke dalam kamar. Xander melancarkan aksi gilanya, lagi…dan lagi.Aku baru saja beristirahat dan ia sudah mulai lagi. Aku menoleh
Pagi ini, setelah menikmati sarapan pagi yang luar biasa mewah. Entahlah..mungkin karena aku berada di saranya manusia serigala…semua makanan di sini selalu berhubungan dengan daging, mengingat memang serigala adalah seekor binatang karnivore. Aku menyantap habis sebuah steak matang dan menghabiskan semuanya dalam hitungan menit. Xander dengan santai dan tak seterkejut aku dalam melihat menu di depannya.Xander membawaku keluar untuk pertama kalinya, aku bisa melihat beberapa petugas yang sedang berlatih, ada juga yang sedang diberi pengarahan oleh Ty. Pria itu terlihat sangat berwibawa…ah seandainya saja aku bisa membawa Mary ke sini…pasti ia akan jingkrak-jingkrak melihat Ty seperti itu. Ia berdiri tegak dengan wajah datar dan memandang lurus ke beberapa bawahannya. Sepertinya ia sedang member pengarahan. Aku dan Xander melewatinya, sepanjang jalan aku melirik ke arahnya..semakin lama aku semakin merasa Mary kakakku akan cocok dengan Ty. Xander sepertinya menyadar
Kami akhirnya tiba di tepi hutan, Xander berhenti dan melepaskan semua pakaiannya. Semua..maksudku benar-benar semua pakaiannya. Ia memberikan semuanya kepadaku dengan sebuah senyuman menggoda. Kenapa sangat menyebalkan saat melihat seorang pria tanpa busana, terlihat tanpa dan lugu diwaktu bersamaan, seperti yang kurasakan saat ini…aku melihat Xander..terlihat sangat lugu? Aku sudah gila. Fix aku gila. Bahkan proporsi tubuhnya sama sekali tak bisa dibilang lugu.Ia berubah menjadi serigalanya. Ukurannya lebih besar dari serigala normal dan berbulu hitam. Mata hijaunya tetap ada dan menatapku dengan intens. Kami tak bisa berkomunikasi saat ini, ia hanya menatapku dalam lalu moncongnya bergerak ke arah punggungnya. Ia memintaku untuk naik?Aku berjongkok di depannya. Aku memperhatikan matanya yang persis sama dengan Xander, aku tak percaya kalau ini memang dia.“Apa kau benar-benar Xander?” Tanyaku, yan
“Apa kau Devanna?” Tanya Xander denga lembut. Aku menyedari ia berusaha membuat suaranya selembut mungkin. Perempuan di depanku mengangguk den gan senyum kecil. Perempuan itu menatap kami denga tanda tanya…tak ada ketakutan di mata abu-abunya..hanya sebuah tanya.“Siapa kalian?” Tanyanya dengan suara seperti anak kecil. Suaranya melengkin dan sedikit mencicit.“Ah… aku Xander Deville, anak dari Charlie.” Jawab Xander.“Xander… anak yang lebih waras? Itukan julukanmu?” Tanyanya lagi tanpa senyum, matanya memperhatikan Xander dari atas ke bawah. Kalau saja aku tak mengetahui bahwa perempuan ini adalah Erasthainya Charli..pasti aku sudah menyembunyikan Xander ke belakangku. Apakah aku berani melakukannya? Hah..entu tidak, lagi pula perempuan ini sudah memiliki Erasthai, jadi aku tak perlu juga berbuat seperti itu.“Ya. Kala
“Well…aku merasakan aka nada yang salah denganmu…entah perubahanmu, atau ada sesuatu yang akan terjadi…yang jelas dalam waktu dekat kau berada dalam….”“Bullshit!” Sergah Xander dengan nada kesal. Aku yang tak paham kemana pembicaraan ini menjurus kemana hanya bisa menoleh bingung kea rah Xander dan Devanna secara bergantian. Semacam menonton pertandingan final tennis dunia.“Dengarkan dulu Xander..” Ucap Charlie tenang, tak ada guratan panik dalam wajahnya..berbeda jauh dengan Xander yang tiba-tiba wajahnya tegang.“Nadja..ada sebuah bahaya yang mengintai..tapi aku merasakan ada sebuah kelegaan setelahnya, ia selamat..maksudku, ia akan baik-baik saja. Kita hanya perlu waspada.” Lanjutnya.“What the….maksudmu aku nanti saat berubah aka nada sesuatu yang berbahaya?” Tanyaku kepada Devanna dan memandang super marah ke arah Xander, bagaimanapun ini semua karenany
Kami berjalan santai menuju rumah inti dari keluarga DeVille. Xander sempat menawariku naik dipunggungnya lagi seperti rencana awal. Tapi aku menolaknya. Aku butuh jalan kaki dan memikirkan semuanya.“Kau tak perlu banyak berpikir Nadja. Beum tentu apa yang dikatakan Devanna benar. Bagaimana mungkin kita berpikir sesuatu hal yang belum terjadi dan berhati-hati atas hal yang kita tak ketahui. Sangat tak masuk akal.” Ucap Xander, tangannya masih menggenggam milikku dengan erat.“Aku tahu. Tapi entah kenapa aku percaya kalau apa yang dikatakan Devanna benar. Aku melihat matanya..ia tak terlihat bohong.”“Lalu…kau mau berpikir apa? Kau mau waspada atas apa? Tak ada yang terjadi..”Aku berbalik. Membuat Xander berhenti melangkah.“Apakah ada cara agar transformasiku berjalan lebih aman?” Tanyaku khaw
Rosaline melihatku dan tersenyum kecil.“Apakah ini yang sedang ramai dibicarakan, kalau kau sudah menemukan Erasthaimu? Calon luna pack ini…dan seorang manusia?” Tanynya masih dengan bibir menorehkan senyum kecil kepadaku.Aku tak nyaman, disatu sisi..ia menatapku tak semenyeramkan yang lain..dengan senyuman kecil dan tidak dengan pandangan membunuh, itu baikkan?“Ia akan menjadi seorang lycan sebentar lagi..kalian jangan cari maslaah dengannya…dalam hitungan detik kalian akan bisa dilibas olehnya nanti.” Ucap Xander memberi peringatan.“Aku tidak mau cari masalah kok. Aku hanya mengungkapkan fakta..Hai, kau siapa?” Tanyanya dengan senyum kecil yang tak juga padam kepadaku.“Ah…aku…Nadja.” Jawabku menjabat tangannya yag tadi terulur kepadaku.“Welcome..semoga perubahanmu berlan
“Nadja…”“Nadja..” Bisikku.Aku melihat kelopak matanya bergerak perlahan. Sebuah kemajuan.“Nadja…”“Nadja..”Kepalaku terasa berat sekali, aku merasa berada di dalam dunia yang sangat gelap dengan tubuh yang sangat sakit. Seongatku...m Aku tadi memakan sebuah kue, lalu mengantuk. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku seperti sadar namun tidak bisa membuka mataku dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku tidak bisa merasakan Jemima berada di dalam tubuhku lagi. Apakah aku sudah mati? Apakah kue itu beracun?Aku, dalam keadaan seperti ini... Dan merasa sangat lama, mungkin berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Yang jelas, aku berada dalam kehampaan yang sangat lama. Sampai aku merasa ada sebuah sentuhan di tanganku yang sangat dingin, teramat dingin seperti aku terkena frost note, seperti aku tertimpa oleh es batu yang teramat b
“Tidurkan ia di kasur!” Perintah Devanna saat tiba di kabin. Aku sangat khawatir dengan Nadja, karena tubuhnya tak sehangat biasanya.Setelah Nadja kutidurkan di ranjang, Devanna memeriksa tangannya…mungkin memeriksa nadinya, Chralie terlihat memucat… pandangannya beralih dari Nadja kepadaku.“Kau tak merasakan apapun, Xander?” Tanya ayah kepadaku, apa maksudnya?“Nope. Aku baik-baik saja. Apa maksudnya?”“Kalau terjadi apapun yang berbahaya kepada Nadja, kau akan merasakannya… setidaknya kau tak merasakan apapun…berarti tak ada yang serius dengan Nadja.” Jelas Charlie.Aku mengembuskan napas lega, ia benar. Aku tak merasakan apapun, tak ada rasa sakit. Masalahnya adalah aku tak bisa memanggil Jemima, dan Nadja di kepalanya. Aku sama sekali tak bisa menghubungi mereka scara telepati.Devanna, berdiri dan memandang Charlie dengan pandangan cemas. “Ini jauh lebih berbahaya daripada lu
Aku mencari Charlie dan Devanna di kabinnya. Ya, dugaanku benar. Mereka ada di sana."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku heran."Xander? Dimana Nadja?" Tanya Devanna menghampiriku dengan wajah gusar. Aku melihat ke arah ayahku yang duduk bersandar di sofa. Ada sebuah cast di kakinya yang terluka."Aku menyembunyikannya di trap door di kamar." Jawabku terus terang.Devanna tak langsung menjawab, ia menengok ke arah Charlie. Aku bisa merasakan ada yang salah di sini."Pamanmu datang!" Ucap Charlie! "Ia mau membunuhku! Sepertinya ia sudah mengambil alih pack house, entah yang lain." Jelas Charlie dengan wajah suram.Aku ingin percaya bahwa Nadja baik-baik saja. Ia aman, hanya aku yang tahu tempat itu...ya ia aman."Xander, ka
Aku dan Xander sampai di pack house, aku sempat kebingungan bagaimana cara kembali berubah menjadi manusia...karena aku akan berubah dalam keadaan telanjang, atau aku naik ke atas dalam bentuk serigala?"Wait! Kau pakai pakaianku!" Ucap Xander di dalam kepalaku.Aku menengok ke arahnya, serigala Xander berubah menjadi bentuk pria tinggi besar dan tanpa pakaian, ia dengan cepat memakai celana bahannya yang ternyata ia simpan di moncongnya, jadi selama ini ia membawa pakaian dengan menggigitnya! Wow! Smart!Ia lalu memberikan kausnya dan menunjukkannya kepadaku. Aku berubah...aku membayangkan diriku berkaki dua, dan rambutku yang sebahu... Jemari tangan, dan detik berikutnya aku berubah menjadi tubuh manusiaku. Xander langsung meloloskan kaus lewat kepalaku dan memasangkannya dengan sempurna.Jadilah aku dan Xander berada di depan pack house,
‘Kau penghianat!’ Ucapku kesal kepada Jem.‘Aku hanya memberitahu Cain!’ Jawabnya merasa tak bersalah.‘Sama saja!’Setengah jam setelahnya, Xander datang dengan membawa satu buah plastic berisi beberapa test pack. Ia sudah gila!Aku memandang aneh ke arahnya. “Kau beli berapa?”“Satu…untuk setiap merek.” Jawabnya menyerahkan semuanya kepadaku. Ada sekitar dua puluh stik pemeriksaan kehamilan dalam plastic itu.“Kau kira aku bisa mengeluarkan urin satu gallon? Untuk mengetes semua alat yang kau beli?” Jawabku kesal, aku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah membaca instruksi aku melakukannya, walau dalam box instruksi dikatakan bahwa terbaik dilakukan pada urin pertama di pagi hari…ini hanya untuk memastikan saat ini. Besok pagi aku akan men
Aku dan Lidya ada di kelas ke dua dan terakhir kami di kampus hari ini.“Praktically, Kau akan keluar dari kampus ini…jadi kurasa kau di skors atau tidak, tak akan berpengaruh dnegan IPKmu? Kan?” Tanya Lidya.“Kau mengingatkanku atas derita hidupku Lidya!” Ucapku kesal.“Kapan kau pergi?” Tanyanya.“Xander bilang dalam dua minggu, ia harus berada di dalam pack. Aku meminta liburan, jadi mungkin kami akan pergi lebih awal.”“Kemana?”“Entahlah… Japan or Korea.”“Japan is cool. South Korea…is mouth watering.”“Mungkin Jepang. Ada yang ingin kulakukan di sana.”Lidya mengangguk dan diam, dosen kami telah datang. Aku berpikir, memang Lidya ada benarnya, mau aku belajar atau dapat skors sekalipun…tak akan berpengaruh dengan nilai akhirku. Karena pada akhirnya aku takkan berkuliah di sini lagi.
"Ty akan di sini bersama Lidya, sebagai gantinya ayah memintaku datang menggantikan tugas Ty. Ayah dan Devanna sepertinya kewalahan mengurus segalanya." Jelas Xander."Lalu...kalau kau nanti menjadi Alpha... Siapa yang menjadi Beta?""Aku masih harus mencari pengganti Ty, akan sangat egois kalau aku memilihnya lagi. Ia berhak menikmati hidupnya."Aku bergegas ke kelas pertamaku, hari ini sepanjang hari aku akan berada di kelas yang sama dengan Lidya. Sejak pagi aku menghiraukan Xander setelah berdebatan kami mengenai kembali ke pack.Ah…Itu dia, Lidya sudah duduk di kursi kelas dengan wajah merona dan berseri, pasti ia semalaman bersama Ty dan ia sudah mendengar kabar itu. Pantas sekali kalau ia sumringah seperti itu!“Lidya!” Sapaku dan langsung duduk di sampingnya.Lidya tersenyum sangat lebar melihatku.“Nadja,
Aku duduk di samping Lidya seperti biasa, kami mengikuti kelas seperti biasa. Aku tiba-tiba ingin ke toilet dan meminta ijin kepada dosen untuk keluar.Toilet di gedung ini terletak di pojok koridor. Hanya ada satu di lantai ini. Aku masuk dan menyelesaikan urusanku, setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel dan kudengar suara pintu bilik toilet terbuka dan tertutup. Aku bisa melihat seorang perempuan berjalan menuju wastafel di sampingku. Ia tersenyum, perempuan itu berambut merah dan berpakaian seksi...wajah yang sangat aku kenali. Cindy."Hai!" Sapaku berusaha tenang."Hai. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi di sini!" Ucapnya ia mencuci tangannya perlahan. Mata kami saling bertemu lewat cermin."Aku duluan. Bye!" Ucapku setelah selesai mencuci tanganku. Jujur saja aku ingin cepat keluar dari tempat ini....pergi menjauhinya...ja
“Mmh…Andrew…ia sengaja memantraiku.”Aku dan Xander berbarengan menjawab. “What?!”“Saat aku pulang ke kota ini, aku tak tahu…aku merasakan sebuah ketertarikan yang luar biasa kepada Andrew..bahkan melebihi perasaanku kepadanya dulu.” Jelas Lidya, ia menggenggam tangan Ty.Ty mengangguk. “Ya. Aku juga merasakan ada yang aneh dengan Lidya, beruntung aku datang ke sini.”“Ya. Dan Devanna memberinya waktu di sini lebih lama. Thanks God. Aku merasa seperti duniaku di selimuti nafsu dengan Andrew…di hari pertama kuliah… di parkiran..bahkan saat aku bersama Ty… aku membayangkannya dengan erotis.”“Lalu?” Xander bertanya sangat penasaran.“Ia manusia biasa. Itu jawaban atas pertanyaanmu. Tapi ia menggunakan seorang shaman untuk memantrai Lidya.” Ty yang menjawab.“Apakah itu mungkin?” Tanyaku.“Ya. Aku gila Nadja. Aku bertanya kepad