Tender kali ini memang membuat banyak mata tertuju ke arahku. Aku salah satu kandidat terkuat selain Alessandro’s holding. Tapi bukan sebuah rahasia..kalau Alessandro sudah sedikit terintervensi olehku. Aku beberapa kali memenangkan sebuah tender darinya. Semoga saja hal ini juga terjadi kepadaku. Aku sudah menghabiskan banyak waktuku mempersiapkan ini semua.
Rapat akan dimulai jam tujuh, lima menit lagi. Aku membereskan dokumen di mejaku dan berdiri, sebentar lagi para anggota rapat akan datang. Anak buahku sudah menyiapkan salinan dokumen yang akan di berikan kepada peserta rapat.
Sang pemilik tender datang, ia tersenyum ke arahku. Tuan Romires pria asal Brazil namun tinggal di London bersama istrinya…istrinya yang ternyata seorang manusia serigala. Aku mengetahuinya dari pria itu sendriri. Ia seperti sangat tertarik denganku…lalu pernah sekali meminta bertemu secara pribadi, ia membawa istrinya…dan dalam deti
Aku dengan tak sabaran berjalan menyusuri koridor hotel, aku berjalan cepat menuju kamar suite yang telah kusewa…di dalam sana…sudah menunggu perempuan yang akan memuaskan dan mewujudkan semua fantasi terliarku. Aku tiba di depan kamar, tanpa mengetuk aku membuka pintu. Aku tercekat melihat Lidya sedang duduk di bawah karpet. Wajahnya sangat pucat dan ia sedang memeluk lututnya sendiri. Di depannya..Ya Tuhan….di depannya.Aku menutup kembali pintu dan berjalan mendekati Lidya, ia seakan baru menyadari kedatanganku berjengit takut dan mengeluarkan sebuah pekikan kecil.“Ada apa Lidya?” Tanyaku duduk di sampingnya, aku memeluk sosoknya yang sedikit bergetar. Ia tak menangis..namun matanya terlihat merah. Apa yang terjadi…dan apa semua ini.Lidya tak menjawab, namun matanya mengisyaratkan sebuah kotak yang sudah separuh terbuka di depannya. Aku melepaskan pelukanku pada Lidya dan
Aku bersama Lidya sedang berada di dalam mobil menuju hotel berikutnya yang sudah kusewa, aku memastikan keamanannya berlipat ganda. Aku ak mau kejadian serupa terjadi. Aku masih belum bertanya lanjutan kejadian dari Lidya.Saat ini jam sepuluh malam, dan mata Lidya masih tak mengantuk, ia masih belum bisa melupakan kejadian yang menimpanya. Aku selama perjalanan memegang tangan Lidya dan memeluknya dari samping. Aku tidak mencintai perempuan ini…tapi aku tak suka kalau ada orang yang mengusiknya, sama saja mereka telah meremehkanku. Aku berkali-kali membisikkan di telinganya, bahwa aku akan berada di sisinya dan ia tak perlu khawatir lagi….karena aku tak akan meninggalkannya barang sekalipun.Kami tiba di kamar suite yang hanya bisa diakses dengan lift pribadi. Kurasa ini juga akan mencegah orang yang tak berkepentingan untuk masuk ke dalam kamar yang kusewa. Satu lantai hotel itu kutempati dan kusewa. Aku meng
“Nadja…”“Nadja..”Sejak tadi aku mendengar gumaman itu dalam tidurku, aku baru saja mau terlelap…lalu aku mendengar gumaman itu lagi. Ada sebuah gerakan tangan yang merambat di daerah perutku lalu naik kea rah dada. Xander, ini pasti Xander lagi.“Nadja…”“Nadja..”Aku akhirnya terpaksa membuka mataku dengan kesal, aku mencebik.“Xander…aku baru saja mau tidur.” Protesku. Aku menampis tangannya yang sudah mulai meremas gumpalan kenyal milikku. Baru saja kami selesai melakukan olah raga ranjang kami beberapa menit yang lalu…entah sudah berpa kali kami melakukannya mala mini. Sejak tadi pertemuan dengan Ayah Xander…dan kami masuk ke dalam kamar. Xander melancarkan aksi gilanya, lagi…dan lagi.Aku baru saja beristirahat dan ia sudah mulai lagi. Aku menoleh
Pagi ini, setelah menikmati sarapan pagi yang luar biasa mewah. Entahlah..mungkin karena aku berada di saranya manusia serigala…semua makanan di sini selalu berhubungan dengan daging, mengingat memang serigala adalah seekor binatang karnivore. Aku menyantap habis sebuah steak matang dan menghabiskan semuanya dalam hitungan menit. Xander dengan santai dan tak seterkejut aku dalam melihat menu di depannya.Xander membawaku keluar untuk pertama kalinya, aku bisa melihat beberapa petugas yang sedang berlatih, ada juga yang sedang diberi pengarahan oleh Ty. Pria itu terlihat sangat berwibawa…ah seandainya saja aku bisa membawa Mary ke sini…pasti ia akan jingkrak-jingkrak melihat Ty seperti itu. Ia berdiri tegak dengan wajah datar dan memandang lurus ke beberapa bawahannya. Sepertinya ia sedang member pengarahan. Aku dan Xander melewatinya, sepanjang jalan aku melirik ke arahnya..semakin lama aku semakin merasa Mary kakakku akan cocok dengan Ty. Xander sepertinya menyadar
Kami akhirnya tiba di tepi hutan, Xander berhenti dan melepaskan semua pakaiannya. Semua..maksudku benar-benar semua pakaiannya. Ia memberikan semuanya kepadaku dengan sebuah senyuman menggoda. Kenapa sangat menyebalkan saat melihat seorang pria tanpa busana, terlihat tanpa dan lugu diwaktu bersamaan, seperti yang kurasakan saat ini…aku melihat Xander..terlihat sangat lugu? Aku sudah gila. Fix aku gila. Bahkan proporsi tubuhnya sama sekali tak bisa dibilang lugu.Ia berubah menjadi serigalanya. Ukurannya lebih besar dari serigala normal dan berbulu hitam. Mata hijaunya tetap ada dan menatapku dengan intens. Kami tak bisa berkomunikasi saat ini, ia hanya menatapku dalam lalu moncongnya bergerak ke arah punggungnya. Ia memintaku untuk naik?Aku berjongkok di depannya. Aku memperhatikan matanya yang persis sama dengan Xander, aku tak percaya kalau ini memang dia.“Apa kau benar-benar Xander?” Tanyaku, yan
“Apa kau Devanna?” Tanya Xander denga lembut. Aku menyedari ia berusaha membuat suaranya selembut mungkin. Perempuan di depanku mengangguk den gan senyum kecil. Perempuan itu menatap kami denga tanda tanya…tak ada ketakutan di mata abu-abunya..hanya sebuah tanya.“Siapa kalian?” Tanyanya dengan suara seperti anak kecil. Suaranya melengkin dan sedikit mencicit.“Ah… aku Xander Deville, anak dari Charlie.” Jawab Xander.“Xander… anak yang lebih waras? Itukan julukanmu?” Tanyanya lagi tanpa senyum, matanya memperhatikan Xander dari atas ke bawah. Kalau saja aku tak mengetahui bahwa perempuan ini adalah Erasthainya Charli..pasti aku sudah menyembunyikan Xander ke belakangku. Apakah aku berani melakukannya? Hah..entu tidak, lagi pula perempuan ini sudah memiliki Erasthai, jadi aku tak perlu juga berbuat seperti itu.“Ya. Kala
“Well…aku merasakan aka nada yang salah denganmu…entah perubahanmu, atau ada sesuatu yang akan terjadi…yang jelas dalam waktu dekat kau berada dalam….”“Bullshit!” Sergah Xander dengan nada kesal. Aku yang tak paham kemana pembicaraan ini menjurus kemana hanya bisa menoleh bingung kea rah Xander dan Devanna secara bergantian. Semacam menonton pertandingan final tennis dunia.“Dengarkan dulu Xander..” Ucap Charlie tenang, tak ada guratan panik dalam wajahnya..berbeda jauh dengan Xander yang tiba-tiba wajahnya tegang.“Nadja..ada sebuah bahaya yang mengintai..tapi aku merasakan ada sebuah kelegaan setelahnya, ia selamat..maksudku, ia akan baik-baik saja. Kita hanya perlu waspada.” Lanjutnya.“What the….maksudmu aku nanti saat berubah aka nada sesuatu yang berbahaya?” Tanyaku kepada Devanna dan memandang super marah ke arah Xander, bagaimanapun ini semua karenany
Kami berjalan santai menuju rumah inti dari keluarga DeVille. Xander sempat menawariku naik dipunggungnya lagi seperti rencana awal. Tapi aku menolaknya. Aku butuh jalan kaki dan memikirkan semuanya.“Kau tak perlu banyak berpikir Nadja. Beum tentu apa yang dikatakan Devanna benar. Bagaimana mungkin kita berpikir sesuatu hal yang belum terjadi dan berhati-hati atas hal yang kita tak ketahui. Sangat tak masuk akal.” Ucap Xander, tangannya masih menggenggam milikku dengan erat.“Aku tahu. Tapi entah kenapa aku percaya kalau apa yang dikatakan Devanna benar. Aku melihat matanya..ia tak terlihat bohong.”“Lalu…kau mau berpikir apa? Kau mau waspada atas apa? Tak ada yang terjadi..”Aku berbalik. Membuat Xander berhenti melangkah.“Apakah ada cara agar transformasiku berjalan lebih aman?” Tanyaku khaw