Pagi ini, setelah menikmati sarapan pagi yang luar biasa mewah. Entahlah..mungkin karena aku berada di saranya manusia serigala…semua makanan di sini selalu berhubungan dengan daging, mengingat memang serigala adalah seekor binatang karnivore. Aku menyantap habis sebuah steak matang dan menghabiskan semuanya dalam hitungan menit. Xander dengan santai dan tak seterkejut aku dalam melihat menu di depannya.
Xander membawaku keluar untuk pertama kalinya, aku bisa melihat beberapa petugas yang sedang berlatih, ada juga yang sedang diberi pengarahan oleh Ty. Pria itu terlihat sangat berwibawa…ah seandainya saja aku bisa membawa Mary ke sini…pasti ia akan jingkrak-jingkrak melihat Ty seperti itu. Ia berdiri tegak dengan wajah datar dan memandang lurus ke beberapa bawahannya. Sepertinya ia sedang member pengarahan. Aku dan Xander melewatinya, sepanjang jalan aku melirik ke arahnya..semakin lama aku semakin merasa Mary kakakku akan cocok dengan Ty. Xander sepertinya menyadar
Kami akhirnya tiba di tepi hutan, Xander berhenti dan melepaskan semua pakaiannya. Semua..maksudku benar-benar semua pakaiannya. Ia memberikan semuanya kepadaku dengan sebuah senyuman menggoda. Kenapa sangat menyebalkan saat melihat seorang pria tanpa busana, terlihat tanpa dan lugu diwaktu bersamaan, seperti yang kurasakan saat ini…aku melihat Xander..terlihat sangat lugu? Aku sudah gila. Fix aku gila. Bahkan proporsi tubuhnya sama sekali tak bisa dibilang lugu.Ia berubah menjadi serigalanya. Ukurannya lebih besar dari serigala normal dan berbulu hitam. Mata hijaunya tetap ada dan menatapku dengan intens. Kami tak bisa berkomunikasi saat ini, ia hanya menatapku dalam lalu moncongnya bergerak ke arah punggungnya. Ia memintaku untuk naik?Aku berjongkok di depannya. Aku memperhatikan matanya yang persis sama dengan Xander, aku tak percaya kalau ini memang dia.“Apa kau benar-benar Xander?” Tanyaku, yan
“Apa kau Devanna?” Tanya Xander denga lembut. Aku menyedari ia berusaha membuat suaranya selembut mungkin. Perempuan di depanku mengangguk den gan senyum kecil. Perempuan itu menatap kami denga tanda tanya…tak ada ketakutan di mata abu-abunya..hanya sebuah tanya.“Siapa kalian?” Tanyanya dengan suara seperti anak kecil. Suaranya melengkin dan sedikit mencicit.“Ah… aku Xander Deville, anak dari Charlie.” Jawab Xander.“Xander… anak yang lebih waras? Itukan julukanmu?” Tanyanya lagi tanpa senyum, matanya memperhatikan Xander dari atas ke bawah. Kalau saja aku tak mengetahui bahwa perempuan ini adalah Erasthainya Charli..pasti aku sudah menyembunyikan Xander ke belakangku. Apakah aku berani melakukannya? Hah..entu tidak, lagi pula perempuan ini sudah memiliki Erasthai, jadi aku tak perlu juga berbuat seperti itu.“Ya. Kala
“Well…aku merasakan aka nada yang salah denganmu…entah perubahanmu, atau ada sesuatu yang akan terjadi…yang jelas dalam waktu dekat kau berada dalam….”“Bullshit!” Sergah Xander dengan nada kesal. Aku yang tak paham kemana pembicaraan ini menjurus kemana hanya bisa menoleh bingung kea rah Xander dan Devanna secara bergantian. Semacam menonton pertandingan final tennis dunia.“Dengarkan dulu Xander..” Ucap Charlie tenang, tak ada guratan panik dalam wajahnya..berbeda jauh dengan Xander yang tiba-tiba wajahnya tegang.“Nadja..ada sebuah bahaya yang mengintai..tapi aku merasakan ada sebuah kelegaan setelahnya, ia selamat..maksudku, ia akan baik-baik saja. Kita hanya perlu waspada.” Lanjutnya.“What the….maksudmu aku nanti saat berubah aka nada sesuatu yang berbahaya?” Tanyaku kepada Devanna dan memandang super marah ke arah Xander, bagaimanapun ini semua karenany
Kami berjalan santai menuju rumah inti dari keluarga DeVille. Xander sempat menawariku naik dipunggungnya lagi seperti rencana awal. Tapi aku menolaknya. Aku butuh jalan kaki dan memikirkan semuanya.“Kau tak perlu banyak berpikir Nadja. Beum tentu apa yang dikatakan Devanna benar. Bagaimana mungkin kita berpikir sesuatu hal yang belum terjadi dan berhati-hati atas hal yang kita tak ketahui. Sangat tak masuk akal.” Ucap Xander, tangannya masih menggenggam milikku dengan erat.“Aku tahu. Tapi entah kenapa aku percaya kalau apa yang dikatakan Devanna benar. Aku melihat matanya..ia tak terlihat bohong.”“Lalu…kau mau berpikir apa? Kau mau waspada atas apa? Tak ada yang terjadi..”Aku berbalik. Membuat Xander berhenti melangkah.“Apakah ada cara agar transformasiku berjalan lebih aman?” Tanyaku khaw
Rosaline melihatku dan tersenyum kecil.“Apakah ini yang sedang ramai dibicarakan, kalau kau sudah menemukan Erasthaimu? Calon luna pack ini…dan seorang manusia?” Tanynya masih dengan bibir menorehkan senyum kecil kepadaku.Aku tak nyaman, disatu sisi..ia menatapku tak semenyeramkan yang lain..dengan senyuman kecil dan tidak dengan pandangan membunuh, itu baikkan?“Ia akan menjadi seorang lycan sebentar lagi..kalian jangan cari maslaah dengannya…dalam hitungan detik kalian akan bisa dilibas olehnya nanti.” Ucap Xander memberi peringatan.“Aku tidak mau cari masalah kok. Aku hanya mengungkapkan fakta..Hai, kau siapa?” Tanyanya dengan senyum kecil yang tak juga padam kepadaku.“Ah…aku…Nadja.” Jawabku menjabat tangannya yag tadi terulur kepadaku.“Welcome..semoga perubahanmu berlan
Xander melucuti pakaianku dan mengunci pintu. Entah kenapa wajahnya sangat serius..mengingat ia kan melakukan hal yang berbau intim. Kenapa ia yang tegang? Rahangnya keras ia sedang sangat tegang. Aku yang merasa terbakar..kenapa ia yang terlihat tersiksa?Ia meletakkanku di atas ranjang. Dengan hitungan detik ia berhasil meloloskan pakaianku..lalu bergantian menjadi miliknya. Ia berdiri tanpa sehelai benangpun, aku berbaring di atas ranjang besar tanpa pakaian. Rasa panas ini tak seintens tadi..dan tak separah waktu di villa..hanya panas yang sedikit di atas level hangat…di dadaku. Aku menatap Xander penuh penantian. Pria ini benar-benar milikku, pikirku dalam hati. Pria yang diidolakan banyak perempuan..pria yang membuat banyak perempuan tergila-gila…mengingat para wanita itu…rasa panas di dalam tubuhku semakin menjadi. Mataku membelalak…“Xander…aku kenapa?” Aku merasa panas itu semakin besar
Lidya berbaring tanpa busana di sampingku. Setelah sekian lama..akhirnya aku bisa merasakannya lagi. Bersama Lidya..aku mendapatkan kepuasan yang tak pernah kudapat dari perempuan lain, aku merasa lega..lengkap. lalu apakah ini berarti Lidya adalah Erasthaiku? Aku tidak merasakan sebuah keterikatan yang lebih dengannya..bahkan aku lebih tertarik dengan Nadja..tapi sexually…denan Lidya, aku seperti tercandu dengannya.Aku memikirkan kembali kejadian hari ini. Sebuah perjalanan yang melelahkan, aku baru saja tiba di London dan melalui sebuah rapat yang sangat penting, dan mendapatkan tender besar…tender senile milyaran dollar itu berhasil kumenangkan…lalu saat kembali ke kamar hotel aku mendapatkan kabar sebuah terror yang dialami oleh Lidya. Aku sudah sangat final..dengan pelaku semua ini, Ibu dan Erasthainya. Berdasarkan ucapan Lidya..semua adalah cirri ibu dan Erasthainya.Aku berniat menghubungi semua koneksik
Saat Lidya terbangun dan hendak ke kamar mandi, aku membututinya…kami melakukannya lagi..sebuah steamy hot bath. Lidya dan aku berendam dalam bath tub dengan air hangat beraroma lavender…sebuah sensasi yang sangat berkesan. Saat aku melihat di wajah Lidya yang memerah dan mata berkilau..aku juga tahu..kalau ia menikmati percintaan kami.Saat kami telah berpakaian dan menikmati sarapan di atas kasur. Kami duduk saling berhadapan.Aku memperhatikan Lidya yang sedang menyantap sebuah pancake dengan maple syrup, aku memandangnya lekat-lekat. Kenapa semua orang berpikir kalau Lidya adalah Erasthaiku..aku bahkan tak menyadarinya dan tak merasakan kaitan itu. Bukankah saat kau bertemu dengan Erasthaimu kau langsung tahu? Kau akan merasakan getaran listrik yang sangat kuat..sehingga kau tak mungkin melewatkannya?Apakah aku dan Lidya memiliki getaran itu? No? Apakah benar? Bahka