Aku diantar menuju bandara, anak buah Balthier tak berbicara sama sekali, mereka hanya menyerahkan amplop yang berisi visa, tiket penerbangan dan beberapa jumlah uang. Aku menerimanya dengan senang hati. Aku berjalan melenggang di bandara, penerbanganku setengah jam lagi, aku langsung check-in dan menunggu dipersilahkan masuk ke dalam pesawat. Penerbangan akan sangat lama..mungkin aku akan tiba di Athena pagi hari. Aku membeli sebuah roti dan minuman hangat. Aku membutuhkannya agar perutku tak terlalu berdemonstrasi, karena memang belakangan ini jadwal makanku kacau balau. Aku menimbang berat badanku sudah turun total lima kilo, entah…sepertinya makanan apapun tak terasa nikmat di lidahku. Aku membeli sebuah roti isi dan sebuah kopi susu hangat.
Ada sebuah pesan dari nomor yag kusimpan barusan. Nomor Balthier di Athena.
‘Sudah sampai bandara?’ Ucap pesan itu.
Aku tersenyum dan
Aku sedang bersama Balthier di dalam pesawat menuju London. Kami berada di kelas Vip, dan pria yang setelah berbulan-bulan menghilang di sampingku sejak tadi masih berkutik dengan laptopnya. Ia tadi bilang bahwa perjalanan kami ke London kali ini terkait dengan tender besar yang sudah berbulan-bulan ia persiapkan, itu juga yang membuatnya terurung di Athena, ia memusatkan semua tenaga dan konsentrasinya kepada tender ini. Aku merasa tak enak hati setelah mendengarkannya, aku kira selama ini ia melupakanku…tapi ternyata ia sedang bekerja keras dan mengurus perusahaannya…sama dengan alasannya saat awal pergi. Bagaimana caranya aku membertahu mengenai hubunganku dengan Andrew? Mungkin aku akan menunggu sampai tender ini ia menangkan…menunggu saat ia lebih rileks dan tenang.Aku melirik ke arahnya, ia sedang merevisi beberapa chart. Ia sangat focus dan beberapa kali mencebik karena ternyata ada beberapa kesalahan yang ia temui, chart itu adalah
Balthier mengontrol dirinya dan melepaskan pagutannya. Ia pergi ke kamar mandi dan keluar lima menit berikutnya dengan penampilan yang jauh lebih segar. Ia sudah lebih wangi dan sepertinya siap untuk berangkat.“Aku sudah memesan pakaian untukmu…sebentar lagi personal shopper yang kusewa akan datang…ambillan semua yang kau mau.”Aku mengangguk mengerti, memang ia berjanji akan membelikan semua kebutuhanku selama pergi bersamanya..ini adalah kali pertama kami liburan sampai ke luar negeri..bukan liburan sebenarnya..tapi you know kan?“Aka nada petugas yang memberikan makan malam untukmu…kuharap kau bisa beristirahat selama aku pergi..karena setelahnya kau membutuhkan banyak tenaga.” Ucapnya lagi dengan mata menggoda.“Ya. Kau pergilah…sebelum ada hal gila yang akan terjadi. Kita berdua tahu…kita sedang sekuat tenaga menahan hasrat seksual kit
Tender kali ini memang membuat banyak mata tertuju ke arahku. Aku salah satu kandidat terkuat selain Alessandro’s holding. Tapi bukan sebuah rahasia..kalau Alessandro sudah sedikit terintervensi olehku. Aku beberapa kali memenangkan sebuah tender darinya. Semoga saja hal ini juga terjadi kepadaku. Aku sudah menghabiskan banyak waktuku mempersiapkan ini semua.Rapat akan dimulai jam tujuh, lima menit lagi. Aku membereskan dokumen di mejaku dan berdiri, sebentar lagi para anggota rapat akan datang. Anak buahku sudah menyiapkan salinan dokumen yang akan di berikan kepada peserta rapat.Sang pemilik tender datang, ia tersenyum ke arahku. Tuan Romires pria asal Brazil namun tinggal di London bersama istrinya…istrinya yang ternyata seorang manusia serigala. Aku mengetahuinya dari pria itu sendriri. Ia seperti sangat tertarik denganku…lalu pernah sekali meminta bertemu secara pribadi, ia membawa istrinya…dan dalam deti
Aku dengan tak sabaran berjalan menyusuri koridor hotel, aku berjalan cepat menuju kamar suite yang telah kusewa…di dalam sana…sudah menunggu perempuan yang akan memuaskan dan mewujudkan semua fantasi terliarku. Aku tiba di depan kamar, tanpa mengetuk aku membuka pintu. Aku tercekat melihat Lidya sedang duduk di bawah karpet. Wajahnya sangat pucat dan ia sedang memeluk lututnya sendiri. Di depannya..Ya Tuhan….di depannya.Aku menutup kembali pintu dan berjalan mendekati Lidya, ia seakan baru menyadari kedatanganku berjengit takut dan mengeluarkan sebuah pekikan kecil.“Ada apa Lidya?” Tanyaku duduk di sampingnya, aku memeluk sosoknya yang sedikit bergetar. Ia tak menangis..namun matanya terlihat merah. Apa yang terjadi…dan apa semua ini.Lidya tak menjawab, namun matanya mengisyaratkan sebuah kotak yang sudah separuh terbuka di depannya. Aku melepaskan pelukanku pada Lidya dan
Aku bersama Lidya sedang berada di dalam mobil menuju hotel berikutnya yang sudah kusewa, aku memastikan keamanannya berlipat ganda. Aku ak mau kejadian serupa terjadi. Aku masih belum bertanya lanjutan kejadian dari Lidya.Saat ini jam sepuluh malam, dan mata Lidya masih tak mengantuk, ia masih belum bisa melupakan kejadian yang menimpanya. Aku selama perjalanan memegang tangan Lidya dan memeluknya dari samping. Aku tidak mencintai perempuan ini…tapi aku tak suka kalau ada orang yang mengusiknya, sama saja mereka telah meremehkanku. Aku berkali-kali membisikkan di telinganya, bahwa aku akan berada di sisinya dan ia tak perlu khawatir lagi….karena aku tak akan meninggalkannya barang sekalipun.Kami tiba di kamar suite yang hanya bisa diakses dengan lift pribadi. Kurasa ini juga akan mencegah orang yang tak berkepentingan untuk masuk ke dalam kamar yang kusewa. Satu lantai hotel itu kutempati dan kusewa. Aku meng
“Nadja…”“Nadja..”Sejak tadi aku mendengar gumaman itu dalam tidurku, aku baru saja mau terlelap…lalu aku mendengar gumaman itu lagi. Ada sebuah gerakan tangan yang merambat di daerah perutku lalu naik kea rah dada. Xander, ini pasti Xander lagi.“Nadja…”“Nadja..”Aku akhirnya terpaksa membuka mataku dengan kesal, aku mencebik.“Xander…aku baru saja mau tidur.” Protesku. Aku menampis tangannya yang sudah mulai meremas gumpalan kenyal milikku. Baru saja kami selesai melakukan olah raga ranjang kami beberapa menit yang lalu…entah sudah berpa kali kami melakukannya mala mini. Sejak tadi pertemuan dengan Ayah Xander…dan kami masuk ke dalam kamar. Xander melancarkan aksi gilanya, lagi…dan lagi.Aku baru saja beristirahat dan ia sudah mulai lagi. Aku menoleh
Pagi ini, setelah menikmati sarapan pagi yang luar biasa mewah. Entahlah..mungkin karena aku berada di saranya manusia serigala…semua makanan di sini selalu berhubungan dengan daging, mengingat memang serigala adalah seekor binatang karnivore. Aku menyantap habis sebuah steak matang dan menghabiskan semuanya dalam hitungan menit. Xander dengan santai dan tak seterkejut aku dalam melihat menu di depannya.Xander membawaku keluar untuk pertama kalinya, aku bisa melihat beberapa petugas yang sedang berlatih, ada juga yang sedang diberi pengarahan oleh Ty. Pria itu terlihat sangat berwibawa…ah seandainya saja aku bisa membawa Mary ke sini…pasti ia akan jingkrak-jingkrak melihat Ty seperti itu. Ia berdiri tegak dengan wajah datar dan memandang lurus ke beberapa bawahannya. Sepertinya ia sedang member pengarahan. Aku dan Xander melewatinya, sepanjang jalan aku melirik ke arahnya..semakin lama aku semakin merasa Mary kakakku akan cocok dengan Ty. Xander sepertinya menyadar
Kami akhirnya tiba di tepi hutan, Xander berhenti dan melepaskan semua pakaiannya. Semua..maksudku benar-benar semua pakaiannya. Ia memberikan semuanya kepadaku dengan sebuah senyuman menggoda. Kenapa sangat menyebalkan saat melihat seorang pria tanpa busana, terlihat tanpa dan lugu diwaktu bersamaan, seperti yang kurasakan saat ini…aku melihat Xander..terlihat sangat lugu? Aku sudah gila. Fix aku gila. Bahkan proporsi tubuhnya sama sekali tak bisa dibilang lugu.Ia berubah menjadi serigalanya. Ukurannya lebih besar dari serigala normal dan berbulu hitam. Mata hijaunya tetap ada dan menatapku dengan intens. Kami tak bisa berkomunikasi saat ini, ia hanya menatapku dalam lalu moncongnya bergerak ke arah punggungnya. Ia memintaku untuk naik?Aku berjongkok di depannya. Aku memperhatikan matanya yang persis sama dengan Xander, aku tak percaya kalau ini memang dia.“Apa kau benar-benar Xander?” Tanyaku, yan