“Kau mau apa? Aku sudah mandi barusan, kita lelah…kau lelah. Ayo tidur saja!” Pintaku, aku khawatir karena ada kilatan nafsu di dalam mata Xander yang sekarang terlihat menyala. Pria ini memang tidak boleh dipercaya.
“Don’t worry. Kau akan semakin cantik, kalau sering mandi. Sekarang yang harus kita pikirkan adalah memandikanmu!”
“Aku bisa mandi sendiri, sana!”
“Tapi kita sudah lama tak pernah mandi bareng! Kau bilang sendiri…aku lelah…ini adalah stress reliefku yang paling manjur, setelah seminggu penuh tak bisa menyentuhmu. Mandi besamamu!” Xander mulai membuka artikel pakaian terakhir yang ia kenakan.
Mereka berdua saling berhadapan tanpa selembar busana, di bawah pancuran air shower kamar mandi yang dingin. Sesekali Xander mengecup bibir kekasihnya di depannya. Ia memaksa memberi sabun dan membilasnya. Walau beberapa kali ia ketahuan menyabuni area yang sama berulang kali, sampai Aku menepuk tangannya.
Aku sudah siap untuk berangkat ke kampus untuk mengerjakan ujian akhir pertamaku. Hari ini ada dua mata kuliah yang diujiankan. Perjalanan kami ke Venice hanya berisi aktivitas ranjang yang tak pernah selesai, Xander benar-benar tak bisa berhenti. Aku hany amenikmati keindahan kota itu di hari pertama aku menginjakkan kaki…selebihnya ia tak membiarkanku keluar dari kamar hotel. Ia benar-benar tak menyia-nyiakan uangnya yang telah ia habiskan untuk mnyewa hotek super mahal itu. Tiba di aparemen Xander aku langsung mengambil buku untuk mempersiapkan ujianku. Xander sudah berjanji…akan memberikanku waktu untuk belajar. Karena ini adalah ujian akhir pertama untukku, dan ia tahu betapa ini sangat penting untukku. Ia berjanji akan menahan hasratnya sampai ujian usai.Xander menyetir mobil, sementara aku duduk di kursi penumpang depan dengan sebuah big mac di sebelah kanan dan buku catatan di sebelah kiri. Aku memakan sarapanku sambil belajar di detik terakhir. Xander suda
Aku mengerjakan jam terakhir ujianku hari ini, LIdya memiliki kelas lain, aku jadi ingin cepat selesai dan menghadang Lidya apabila ia benar-benar mau ke ruang Andrew itu. Agh…aku jadi tak focus, beruntung mata kuliah ini adalah mata kuliah yang sama sekali tak sulit, dalam waktu kurang dari satu jam aku sudah mengisi semua soal.Satu-satunya yang kukhawatirkan saat ini adalah Lidya. Agh..sayang sekali peserta ujian baru bisa keluar kalau bel berbunyi. Aku jadi duduk dengan tak sabar menunggu bel berbunyi. Atau…bisakah aku minta izin ke kamar mandi, aku akan mencari Xander dan mencari informasi mengenai Andrew Klienfield. Aku sudah meminta ijin untuk ke kamar mandi. Aku sekarang berjalan menuju ruang Xander, semoga ia tak mendapat jatah mengawas sekarang. Aku mengetuk pintunya dan dijawab oleh suara pria yang selama ini berstatus kekasihku.“Masuk.”Aku berjalan masuk dengan senyum lebar.Xander hanya memandangku cu
Aku cepat-cepat berjalan ke luar dari kelas, jangan sampai aku kalah cepat dari Nadja, ia sepertinya berencana menghadangku untuk bertemu dengan Andrew.Aku berjalan menyusuri koridor menuju ruang dosen. Di gedung lain. Nadja pasti tak bisa menyusulku, ia tak tahu gedung ini memiliki kompleks ruangan dosen bagian akademik. Aku mencari papan nama bertuliskan Andrew Klienfield. Di ruangan nomor tiga aku menemukannya. Aku mengetuk tiga kali. Lalu ada suara perempuan yang memintaku masuk. Ruangan dosen selalu dihuni lebih dari dua orang dosen. Jadi kemungkinan itu adalah dosen lain yang menghuni ruangan ini.Aku memasukkan kepala mengintip ke dalam, dengan senyum lebar.“Permisi…saya Tuan Klienfield menemuinya di sini.” Ucapku kepada salah satu dosen wanita yang berusia sekitar lima puluhan.“Ah…ya. Silahkan tunggu. Andrew sedang mengawas. Itu mejanya. Kau bisa tungg
"Lidya!" Teriakku saat melihat perempuan berrambut merah menyala berjalan lima belas langkah di depanku. Perempuan yang selama ini kuanggap sahabat. Ia mengatakan sebuah summer dress berwarna pink keunguan dengan aksen biru langit. Sangat manis dan romantis."Lidya...tunggu aku!" Teriakku lagi saat Lidya hanya menoleh dan melanjutkan langkahnya. Haish..."Lidya..." Aku terengah karena berlari. "Kenapa? Kau menghindariku ya?""Hah...untuk apa Nadja. Itu perasaanmu saja!" Elak Lidya, langkahnya masih panjang...seperti sengaja mau meninggalkanku.Hari ini kami memiliki kelas ujian yang sama...aku berusaha berjalan mengimbangi Lidya."Aku kemarin mencarimu...sepulang ujian...kau sudah tak ada....kau kemana? Menemui Andrew ya?" Tuduhku."Aku dijemput supir." Jawabnya cepat tanpa menoleh."Oh ya? Biasanya kau berjalan berlama-lama....kala
Aku berjalan cepat ke ruangan Xander. Aku masuk tanpa mengetuk, toh dia cuma sendirian kan. Aku duduk di kursi kerjanya. Kemana ia...kenapa tak kelihanatan. Seharusnya ia ada di sini.Aku duduk menunggu tiga puluh menit, Xander tak kunjung datang. Kemana sih dia!Setelah satu jam menunggu akhirnya Xander datang, dengan senyum kecut ia memandangku yang sudah sejak tadi cemberut."Kenapa kau yang bad mood? Kan aku yang nunggu sampai satu jam di sini...tanpa ada kejelasan kau kemana...dan tak memiliki makanan apapun!"Xander tak menjawab apapun, ia langsung menciumku cepat. Lalu mengangkatku dari kursi kerjanya...dan duduk di kursi yang kududuki tadi. Ia memangku dan memelukku dari belakang."Aku harus bermanis-manis dengan dosen akademik yang sudah tua untuk menjalankan misi Sherlock Holmesnu, ia beberapa ka
“Jadi bagaimana ini?” Tanyaku kesal. Xander bukannya membantu malah memanfaatkan keadaan. Sejak tadi ia hanya duduk menyender di kursi kerjanya dengan mata ditutup. Ia terlalu puas hari ini.“Kenapa? Kau mau pulang?”“Xander…ayo selidiki Andrew! Kau jangan mau enaknya saja….ikut bantu aku!” Pintaku padanya, sambil menarik lengannya agar berdiri.“Kubilang…tak ada yang salah dengan pria itu…you don’t have to worry. Kau temani aku saja…aku harus membeli sesuatu di department store.” Xander akhirnya berdiri.“Okay. Kau yakin tak ada yang salah dengan pria itu?”“Ya. Nadja.” Ucapnya sabar.Kami berada di mobil Xander menuju department store, ia bilang mau membeli beberapa bahan makanan, dengan nafsu makanku yang seperti ini…sepertinya ia sedikit
Hari ini adalah hari ujian mata kuliah Xander. Aku sejak pagi sudah menolak untuk diganggu oleh Blase yang dengan sengaja mencoba, agar membuatku tidak bisa mengulang pelajaran. Bukannya membantu, ia malah justru membuatku terkecoh untuk melakukan hal yang lain. Xander berkali-kali memintaku untuk merapihkan pakaian, untuk merapihkan makanan atau mencuci piring, lalu ia juga berusaha untuk memelukku dari belakang saat aku mau memulai mengulang materi. Semua ia lakukan dan itu sangat menyebalkan.Mata kuliahnya adalah salah satu mata kuliah dengan SKS terbesar, aku setidaknya harus mendapatkan nilai di atas B, agar nanti nilaiku bagus. Karena apabila aku mendapatkan nilai buruk di mata kuliahnya, akan sangat mempengaruhi GPA ku nanti."Nadja.... tolong aku! Tolong aku di sini!" Teriak Xander dari dalam kamar.Aku sedang berada di ruang makan dan menyantap sandwich buatan Xander. Aku juga memegang buku materi dan sejak tadi berusaha
Aku masih menggerak-gerakkan bokongku....Xander sesekali menggeram pelan...aku hanya tinggal menunggu ia tak tahan dan akhirnya menyerah. Untuk menambah sensasi... Aku membuka tiga kancing kemejaku yang teratas, membuat Xander bisa menikmati isi di dalamnya."Ada apa sebenarnya denganmu Nadja?" Keluh Xander dengan suara tertahan dan mata menuju area depanku. Ia menahan kedua tangannya di samping, ia tak berani menyentuhku walau ia mau."Don't you want me?" Aku mendekatkan dadaku ke wajahnya. Xander menggeram kencang. Aku tertawa dalam hati. Sekarang akan kugunakan ini sebagai senjata mendapatkan keinginanku."Nadja... walaupun aku membocorkannya, bukankah kau jadinya tak puas kalau kau mendapatkan nilai hasil berbuat curang? Bukankah mendapatkan nilai murni itu...Lebih memuaskan dibandingkan hasil curang?" Tanya Xander yang sekarang menutup matanya... badannya sedikit be
“Nadja…”“Nadja..” Bisikku.Aku melihat kelopak matanya bergerak perlahan. Sebuah kemajuan.“Nadja…”“Nadja..”Kepalaku terasa berat sekali, aku merasa berada di dalam dunia yang sangat gelap dengan tubuh yang sangat sakit. Seongatku...m Aku tadi memakan sebuah kue, lalu mengantuk. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku seperti sadar namun tidak bisa membuka mataku dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku tidak bisa merasakan Jemima berada di dalam tubuhku lagi. Apakah aku sudah mati? Apakah kue itu beracun?Aku, dalam keadaan seperti ini... Dan merasa sangat lama, mungkin berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Yang jelas, aku berada dalam kehampaan yang sangat lama. Sampai aku merasa ada sebuah sentuhan di tanganku yang sangat dingin, teramat dingin seperti aku terkena frost note, seperti aku tertimpa oleh es batu yang teramat b
“Tidurkan ia di kasur!” Perintah Devanna saat tiba di kabin. Aku sangat khawatir dengan Nadja, karena tubuhnya tak sehangat biasanya.Setelah Nadja kutidurkan di ranjang, Devanna memeriksa tangannya…mungkin memeriksa nadinya, Chralie terlihat memucat… pandangannya beralih dari Nadja kepadaku.“Kau tak merasakan apapun, Xander?” Tanya ayah kepadaku, apa maksudnya?“Nope. Aku baik-baik saja. Apa maksudnya?”“Kalau terjadi apapun yang berbahaya kepada Nadja, kau akan merasakannya… setidaknya kau tak merasakan apapun…berarti tak ada yang serius dengan Nadja.” Jelas Charlie.Aku mengembuskan napas lega, ia benar. Aku tak merasakan apapun, tak ada rasa sakit. Masalahnya adalah aku tak bisa memanggil Jemima, dan Nadja di kepalanya. Aku sama sekali tak bisa menghubungi mereka scara telepati.Devanna, berdiri dan memandang Charlie dengan pandangan cemas. “Ini jauh lebih berbahaya daripada lu
Aku mencari Charlie dan Devanna di kabinnya. Ya, dugaanku benar. Mereka ada di sana."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku heran."Xander? Dimana Nadja?" Tanya Devanna menghampiriku dengan wajah gusar. Aku melihat ke arah ayahku yang duduk bersandar di sofa. Ada sebuah cast di kakinya yang terluka."Aku menyembunyikannya di trap door di kamar." Jawabku terus terang.Devanna tak langsung menjawab, ia menengok ke arah Charlie. Aku bisa merasakan ada yang salah di sini."Pamanmu datang!" Ucap Charlie! "Ia mau membunuhku! Sepertinya ia sudah mengambil alih pack house, entah yang lain." Jelas Charlie dengan wajah suram.Aku ingin percaya bahwa Nadja baik-baik saja. Ia aman, hanya aku yang tahu tempat itu...ya ia aman."Xander, ka
Aku dan Xander sampai di pack house, aku sempat kebingungan bagaimana cara kembali berubah menjadi manusia...karena aku akan berubah dalam keadaan telanjang, atau aku naik ke atas dalam bentuk serigala?"Wait! Kau pakai pakaianku!" Ucap Xander di dalam kepalaku.Aku menengok ke arahnya, serigala Xander berubah menjadi bentuk pria tinggi besar dan tanpa pakaian, ia dengan cepat memakai celana bahannya yang ternyata ia simpan di moncongnya, jadi selama ini ia membawa pakaian dengan menggigitnya! Wow! Smart!Ia lalu memberikan kausnya dan menunjukkannya kepadaku. Aku berubah...aku membayangkan diriku berkaki dua, dan rambutku yang sebahu... Jemari tangan, dan detik berikutnya aku berubah menjadi tubuh manusiaku. Xander langsung meloloskan kaus lewat kepalaku dan memasangkannya dengan sempurna.Jadilah aku dan Xander berada di depan pack house,
‘Kau penghianat!’ Ucapku kesal kepada Jem.‘Aku hanya memberitahu Cain!’ Jawabnya merasa tak bersalah.‘Sama saja!’Setengah jam setelahnya, Xander datang dengan membawa satu buah plastic berisi beberapa test pack. Ia sudah gila!Aku memandang aneh ke arahnya. “Kau beli berapa?”“Satu…untuk setiap merek.” Jawabnya menyerahkan semuanya kepadaku. Ada sekitar dua puluh stik pemeriksaan kehamilan dalam plastic itu.“Kau kira aku bisa mengeluarkan urin satu gallon? Untuk mengetes semua alat yang kau beli?” Jawabku kesal, aku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah membaca instruksi aku melakukannya, walau dalam box instruksi dikatakan bahwa terbaik dilakukan pada urin pertama di pagi hari…ini hanya untuk memastikan saat ini. Besok pagi aku akan men
Aku dan Lidya ada di kelas ke dua dan terakhir kami di kampus hari ini.“Praktically, Kau akan keluar dari kampus ini…jadi kurasa kau di skors atau tidak, tak akan berpengaruh dnegan IPKmu? Kan?” Tanya Lidya.“Kau mengingatkanku atas derita hidupku Lidya!” Ucapku kesal.“Kapan kau pergi?” Tanyanya.“Xander bilang dalam dua minggu, ia harus berada di dalam pack. Aku meminta liburan, jadi mungkin kami akan pergi lebih awal.”“Kemana?”“Entahlah… Japan or Korea.”“Japan is cool. South Korea…is mouth watering.”“Mungkin Jepang. Ada yang ingin kulakukan di sana.”Lidya mengangguk dan diam, dosen kami telah datang. Aku berpikir, memang Lidya ada benarnya, mau aku belajar atau dapat skors sekalipun…tak akan berpengaruh dengan nilai akhirku. Karena pada akhirnya aku takkan berkuliah di sini lagi.
"Ty akan di sini bersama Lidya, sebagai gantinya ayah memintaku datang menggantikan tugas Ty. Ayah dan Devanna sepertinya kewalahan mengurus segalanya." Jelas Xander."Lalu...kalau kau nanti menjadi Alpha... Siapa yang menjadi Beta?""Aku masih harus mencari pengganti Ty, akan sangat egois kalau aku memilihnya lagi. Ia berhak menikmati hidupnya."Aku bergegas ke kelas pertamaku, hari ini sepanjang hari aku akan berada di kelas yang sama dengan Lidya. Sejak pagi aku menghiraukan Xander setelah berdebatan kami mengenai kembali ke pack.Ah…Itu dia, Lidya sudah duduk di kursi kelas dengan wajah merona dan berseri, pasti ia semalaman bersama Ty dan ia sudah mendengar kabar itu. Pantas sekali kalau ia sumringah seperti itu!“Lidya!” Sapaku dan langsung duduk di sampingnya.Lidya tersenyum sangat lebar melihatku.“Nadja,
Aku duduk di samping Lidya seperti biasa, kami mengikuti kelas seperti biasa. Aku tiba-tiba ingin ke toilet dan meminta ijin kepada dosen untuk keluar.Toilet di gedung ini terletak di pojok koridor. Hanya ada satu di lantai ini. Aku masuk dan menyelesaikan urusanku, setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel dan kudengar suara pintu bilik toilet terbuka dan tertutup. Aku bisa melihat seorang perempuan berjalan menuju wastafel di sampingku. Ia tersenyum, perempuan itu berambut merah dan berpakaian seksi...wajah yang sangat aku kenali. Cindy."Hai!" Sapaku berusaha tenang."Hai. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi di sini!" Ucapnya ia mencuci tangannya perlahan. Mata kami saling bertemu lewat cermin."Aku duluan. Bye!" Ucapku setelah selesai mencuci tanganku. Jujur saja aku ingin cepat keluar dari tempat ini....pergi menjauhinya...ja
“Mmh…Andrew…ia sengaja memantraiku.”Aku dan Xander berbarengan menjawab. “What?!”“Saat aku pulang ke kota ini, aku tak tahu…aku merasakan sebuah ketertarikan yang luar biasa kepada Andrew..bahkan melebihi perasaanku kepadanya dulu.” Jelas Lidya, ia menggenggam tangan Ty.Ty mengangguk. “Ya. Aku juga merasakan ada yang aneh dengan Lidya, beruntung aku datang ke sini.”“Ya. Dan Devanna memberinya waktu di sini lebih lama. Thanks God. Aku merasa seperti duniaku di selimuti nafsu dengan Andrew…di hari pertama kuliah… di parkiran..bahkan saat aku bersama Ty… aku membayangkannya dengan erotis.”“Lalu?” Xander bertanya sangat penasaran.“Ia manusia biasa. Itu jawaban atas pertanyaanmu. Tapi ia menggunakan seorang shaman untuk memantrai Lidya.” Ty yang menjawab.“Apakah itu mungkin?” Tanyaku.“Ya. Aku gila Nadja. Aku bertanya kepad