Aku sudah siap untuk berangkat ke kampus untuk mengerjakan ujian akhir pertamaku. Hari ini ada dua mata kuliah yang diujiankan. Perjalanan kami ke Venice hanya berisi aktivitas ranjang yang tak pernah selesai, Xander benar-benar tak bisa berhenti. Aku hany amenikmati keindahan kota itu di hari pertama aku menginjakkan kaki…selebihnya ia tak membiarkanku keluar dari kamar hotel. Ia benar-benar tak menyia-nyiakan uangnya yang telah ia habiskan untuk mnyewa hotek super mahal itu. Tiba di aparemen Xander aku langsung mengambil buku untuk mempersiapkan ujianku. Xander sudah berjanji…akan memberikanku waktu untuk belajar. Karena ini adalah ujian akhir pertama untukku, dan ia tahu betapa ini sangat penting untukku. Ia berjanji akan menahan hasratnya sampai ujian usai.
Xander menyetir mobil, sementara aku duduk di kursi penumpang depan dengan sebuah big mac di sebelah kanan dan buku catatan di sebelah kiri. Aku memakan sarapanku sambil belajar di detik terakhir. Xander suda
Aku mengerjakan jam terakhir ujianku hari ini, LIdya memiliki kelas lain, aku jadi ingin cepat selesai dan menghadang Lidya apabila ia benar-benar mau ke ruang Andrew itu. Agh…aku jadi tak focus, beruntung mata kuliah ini adalah mata kuliah yang sama sekali tak sulit, dalam waktu kurang dari satu jam aku sudah mengisi semua soal.Satu-satunya yang kukhawatirkan saat ini adalah Lidya. Agh..sayang sekali peserta ujian baru bisa keluar kalau bel berbunyi. Aku jadi duduk dengan tak sabar menunggu bel berbunyi. Atau…bisakah aku minta izin ke kamar mandi, aku akan mencari Xander dan mencari informasi mengenai Andrew Klienfield. Aku sudah meminta ijin untuk ke kamar mandi. Aku sekarang berjalan menuju ruang Xander, semoga ia tak mendapat jatah mengawas sekarang. Aku mengetuk pintunya dan dijawab oleh suara pria yang selama ini berstatus kekasihku.“Masuk.”Aku berjalan masuk dengan senyum lebar.Xander hanya memandangku cu
Aku cepat-cepat berjalan ke luar dari kelas, jangan sampai aku kalah cepat dari Nadja, ia sepertinya berencana menghadangku untuk bertemu dengan Andrew.Aku berjalan menyusuri koridor menuju ruang dosen. Di gedung lain. Nadja pasti tak bisa menyusulku, ia tak tahu gedung ini memiliki kompleks ruangan dosen bagian akademik. Aku mencari papan nama bertuliskan Andrew Klienfield. Di ruangan nomor tiga aku menemukannya. Aku mengetuk tiga kali. Lalu ada suara perempuan yang memintaku masuk. Ruangan dosen selalu dihuni lebih dari dua orang dosen. Jadi kemungkinan itu adalah dosen lain yang menghuni ruangan ini.Aku memasukkan kepala mengintip ke dalam, dengan senyum lebar.“Permisi…saya Tuan Klienfield menemuinya di sini.” Ucapku kepada salah satu dosen wanita yang berusia sekitar lima puluhan.“Ah…ya. Silahkan tunggu. Andrew sedang mengawas. Itu mejanya. Kau bisa tungg
"Lidya!" Teriakku saat melihat perempuan berrambut merah menyala berjalan lima belas langkah di depanku. Perempuan yang selama ini kuanggap sahabat. Ia mengatakan sebuah summer dress berwarna pink keunguan dengan aksen biru langit. Sangat manis dan romantis."Lidya...tunggu aku!" Teriakku lagi saat Lidya hanya menoleh dan melanjutkan langkahnya. Haish..."Lidya..." Aku terengah karena berlari. "Kenapa? Kau menghindariku ya?""Hah...untuk apa Nadja. Itu perasaanmu saja!" Elak Lidya, langkahnya masih panjang...seperti sengaja mau meninggalkanku.Hari ini kami memiliki kelas ujian yang sama...aku berusaha berjalan mengimbangi Lidya."Aku kemarin mencarimu...sepulang ujian...kau sudah tak ada....kau kemana? Menemui Andrew ya?" Tuduhku."Aku dijemput supir." Jawabnya cepat tanpa menoleh."Oh ya? Biasanya kau berjalan berlama-lama....kala
Aku berjalan cepat ke ruangan Xander. Aku masuk tanpa mengetuk, toh dia cuma sendirian kan. Aku duduk di kursi kerjanya. Kemana ia...kenapa tak kelihanatan. Seharusnya ia ada di sini.Aku duduk menunggu tiga puluh menit, Xander tak kunjung datang. Kemana sih dia!Setelah satu jam menunggu akhirnya Xander datang, dengan senyum kecut ia memandangku yang sudah sejak tadi cemberut."Kenapa kau yang bad mood? Kan aku yang nunggu sampai satu jam di sini...tanpa ada kejelasan kau kemana...dan tak memiliki makanan apapun!"Xander tak menjawab apapun, ia langsung menciumku cepat. Lalu mengangkatku dari kursi kerjanya...dan duduk di kursi yang kududuki tadi. Ia memangku dan memelukku dari belakang."Aku harus bermanis-manis dengan dosen akademik yang sudah tua untuk menjalankan misi Sherlock Holmesnu, ia beberapa ka
“Jadi bagaimana ini?” Tanyaku kesal. Xander bukannya membantu malah memanfaatkan keadaan. Sejak tadi ia hanya duduk menyender di kursi kerjanya dengan mata ditutup. Ia terlalu puas hari ini.“Kenapa? Kau mau pulang?”“Xander…ayo selidiki Andrew! Kau jangan mau enaknya saja….ikut bantu aku!” Pintaku padanya, sambil menarik lengannya agar berdiri.“Kubilang…tak ada yang salah dengan pria itu…you don’t have to worry. Kau temani aku saja…aku harus membeli sesuatu di department store.” Xander akhirnya berdiri.“Okay. Kau yakin tak ada yang salah dengan pria itu?”“Ya. Nadja.” Ucapnya sabar.Kami berada di mobil Xander menuju department store, ia bilang mau membeli beberapa bahan makanan, dengan nafsu makanku yang seperti ini…sepertinya ia sedikit
Hari ini adalah hari ujian mata kuliah Xander. Aku sejak pagi sudah menolak untuk diganggu oleh Blase yang dengan sengaja mencoba, agar membuatku tidak bisa mengulang pelajaran. Bukannya membantu, ia malah justru membuatku terkecoh untuk melakukan hal yang lain. Xander berkali-kali memintaku untuk merapihkan pakaian, untuk merapihkan makanan atau mencuci piring, lalu ia juga berusaha untuk memelukku dari belakang saat aku mau memulai mengulang materi. Semua ia lakukan dan itu sangat menyebalkan.Mata kuliahnya adalah salah satu mata kuliah dengan SKS terbesar, aku setidaknya harus mendapatkan nilai di atas B, agar nanti nilaiku bagus. Karena apabila aku mendapatkan nilai buruk di mata kuliahnya, akan sangat mempengaruhi GPA ku nanti."Nadja.... tolong aku! Tolong aku di sini!" Teriak Xander dari dalam kamar.Aku sedang berada di ruang makan dan menyantap sandwich buatan Xander. Aku juga memegang buku materi dan sejak tadi berusaha
Aku masih menggerak-gerakkan bokongku....Xander sesekali menggeram pelan...aku hanya tinggal menunggu ia tak tahan dan akhirnya menyerah. Untuk menambah sensasi... Aku membuka tiga kancing kemejaku yang teratas, membuat Xander bisa menikmati isi di dalamnya."Ada apa sebenarnya denganmu Nadja?" Keluh Xander dengan suara tertahan dan mata menuju area depanku. Ia menahan kedua tangannya di samping, ia tak berani menyentuhku walau ia mau."Don't you want me?" Aku mendekatkan dadaku ke wajahnya. Xander menggeram kencang. Aku tertawa dalam hati. Sekarang akan kugunakan ini sebagai senjata mendapatkan keinginanku."Nadja... walaupun aku membocorkannya, bukankah kau jadinya tak puas kalau kau mendapatkan nilai hasil berbuat curang? Bukankah mendapatkan nilai murni itu...Lebih memuaskan dibandingkan hasil curang?" Tanya Xander yang sekarang menutup matanya... badannya sedikit be
Aku berjalan langsung ke kamar mandi terdekat di aula kampus. Salah satu kamar mandi terbesar dan terdekat dari parkiran. Xander lebih memilih berjalan super cepat ke ruang kerjanya. Aku menolak saat ia mengajakku ke sana. Karena bukannya bersih…malah ia dijamin akan meminta tambahan. Aku sedag membasuh tangan di kamar mandi wanita, hendak keluar. Ada sekelompok mahasiswa senior yang sedang mengaplikasikan make up, mereka sesekali tertawa kencang. Aku mengambil tasku yang ku taruh di meja dekat watafel.“Kau mahasiswa tingkat satu ya?” Tanya salah satu mahasiswi senior kepadaku. Ia seorang perempuan berpakaian feminime dan memiliki rambut berhighlight merah. Apakah warna rambut merah sedang trend saat ini?“Mmh…Iya?” Jawabku bingung.“Kau. Jangan kecentilan sama Tuan DeVille! Kami mengawasimu.” Ucapnya menunjuk dadaku dengan jari telunjuknya.“Mmh…aku tidak…” Aku tak bisa melanjutkan kalimatku karena tig