BAB 2 **** Seminggu kemudian sejak insiden kecelakaan Anesia.Di Rumah, tepatnya di depan sebuah cerminseorang gadis tengah memandang wajahnya, bergumam tak jelas, hingga merutuki seseorang. mulutnya tak pernah diam walau sejenak. "Anesia, kau sangat cantik yah! Tapi kenapa kau terus menjomblo?" tanya Anesia kepada dirinya. Raut wajahnya terus saja berubah seakan memerankan sebuah drama. "Apa karena kau terlalu cerewet? Ohh, tentu tidak, cerewet itu adalah ciri khas-mu." "Terus kenapa yah? Apa karena kulitku tak seputih kakak? Hmm, mungkin saja. tapi kan aku nggak kalah cantik dari kakak, hmm gatau dehh." Anesia tersenyum melihat dirinya sendiri di cermin yang terlihat sangat konyol. Tiba-tiba saat Anesia melihat senyumannya. Senyum itu langsung sirna seketika. "Ya ampun, nggak kebayang aku, kalau gigiku sampai ompong. Pasti sangat jelek, ini semua karena Pak Turis itu, tunggu aja kalau ketemu, kubenyek benyek tuh orang, sampe nggak kebentuk lagi." "Siapa 'sih, yang mau
BAB 3 Pantai merupakan destinasi wisata yang sangat banyak dikunjungi para wisatawan untuk berlibur atau hanya sekedar untuk melepas penat. Begitu pula Anesia dan ketiga temannya Fani, Ziha dan Andi. Mereka berkumpul di sebuah Rumah Makan yang berada di Pesisir Pantai. menghirup udara Pantai yang sangat dingin sambil bercanda dan tertawa. Sampai akhirnya mereka puas dan bahkan melewatkan waktu berjam-jam hanya untuk tertawa."Ih, ini udah jam berapa, aku balik duluan yah. Takutnya mama ntar marah," ucap Andi."Ih, aku sama Ziha juga mau balik nih, kamu An? Belum mau balik? Mau kita anterin nggak?" tanya Fani menawarkan. "Nggak. Aku naik motor kok kemari. Kalian pulang aja duluan."Karena merasa suntuk, Akhirnya Anesia memilih untuk pulang juga setelah menghabiskan sisa makanan mereka.Saat menuju motornya. Dia melihat sesuatu yang tidak asing, yaitu mobil BMW gold yang sedang terparkir di depan sebuah restoran yang juga berada di area pantai. "Ini kan, mobil Pak Turis itu? Ia! B
BAB 4 Nimrat duduk melamun menunggu anaknya yang 'tak kunjung datang, 'tak ada rasa kantuk diwajahnya. Waktu telah menunjukan pukul tiga dini hari. Felisia yang menemaninya, sudah 'tak mampu menahan berat kelopak matanya. Ia masih saja mencoba menghubungi nomor adiknya yang tak kunjung terangkat. Sampai 'tak sadar ia telah menuju Alam Mimpi dengan masih terus berharap panggilan itu akan terangkat. "Nak, kamu dimana? Kenapa perasaan mama nggak tenang saat mikirin kamu," batin Nimrat dengan mata sayupnya.'Tak terasa waktu berputar dengan cepat, mentari sudah mulai menampakkan sinarnya dengan malu malu. Felisia terkejut mengetahui dirinya tertidur di sandaran sofa tempatnya menunggu Anesia, sedang Ibunya masih saja melamun dengan raut wajah lelah, sedih, dan khawatir. Hal itu kembali membuat Felisia menarik napas panjang. Dia ingin marah saat melihat kondisi ibunya. Anesia benar benar keterlaluan, batinnya. "Mah? Mama nggak tidur semalam? Kok Mama nyiksa diri Mama sih, paling Ane
Bab 5 Sehari setelah Anesia menghilang. Seorang pria dan wanita tua sedang berjalan menyusuri pinggiran sungai untuk mencari kayu disekitarnya Saat mereka beranjak pergi, tiba tiba tatapan wanita tua itu nampak melihat seseorang sedang terkapar tidak sadarkan diri dan itu adalah Anesia. "Pak, itu manusia pak! astagfirullah. Pak! ayo tolongin!"Mereka langsung membawa Anesia ke gubuk mereka yang terletak tidak terlalu jauh dari tempat mereka menemukan Anesia dan mengobati beberapa luka yang ada ditubuhnya dengan obat-obatan tradisional. Seharian sudah Anesia tidak sadarkan diri, lalu ia pun tersadar dan terbangun dengan sakit di sekujur tubuh. "Awwwww... badanku. yaampun semua terasa begitu sakit. Dimana aku?" ucap Anesia mengedarkan pandangan keseluruh ruang. "Apakah ini surga? Tapi, tak mungkin surga seperti ini. Ini hanya gubuk tua kecil. Apakah itu berarti aku masih hidup? Yaa, pasti aku masih hidup. Buktinya badanku masih merasakan sakit. Tapi, siapa yang membawaku kemari?"
Bab 6Bandar Udara Soekarno HattaSeorang gadis cantik dengan tinggi semampai, terlihat sangat modis dengan kacamata hitam beserta beberapa barang limited edision yang dikenakannya. Ia terlihat sedang kesusahan dengan dua koper yang ditariknya susah payah.Tetapi, dia menikmatinya. Dibandingkan harus terus dikawal oleh lelaki-lelaki berbadan kekar yang membuat hidupnya susah dalam mencari seorang teman. Wanita itu adalah Alice yang artinya klasik, manis,kuat, percaya diri dan itu juga sifatnya. ia adalah gadis berusia 22 tahun dan sedang menempuh pendidikan di USA. Namun saat ini dia sedang ada cuti dan itu berlangsung lama yang membuatnya datang berkunjung untuk menemui grandma kesayangannya. "Halo. Kakak ada dimana? Bukankah kau bilang kau ingin menjemput adikmu yang cantik ini?" "...." "Apa! kakak nggak bisa ngejemput aku. Hmmm, baiklah aku pergi naik taksi aja. Setidaknya kala
Bab 7 "Sahabatmu? Jangan bilang itu wanita semalam yang terus memanggilku hantu. "Hantu?hahhaahha. Siapa yang memanggilmu hantu?" Alice dan wanita itu tertawa terbahak bahak. "Kak An, kemarilah!" "Tunggu sebentar."*** "Maaf lama, tadi aku lagi beresin dapur setelah selesai memasak." "Ia, nggak papa kok aku dan Granma hanya mau ngenalin kak An, ke kakak aku." "Kak lihat dong kebelakang kakak? Itu teman aku yang masak nasi goreng ini."Lelaki itu hanya sibuk memakan nasi gorengnya, tanpa menoleh ke belakang untuk melihat wajah Anesia. "Kak!" teriak Alice. Setelah mendengar teriakan Alice, lelaki itu langsung menoleh walau ia sedang mengunyah makanannya.Tiba tiba... "Kamu," ucap
Bab 8 "Ya Tuhan, kenapa aku selalu mencium bau-bau seperti ini sekarang,sungguh sangat mengganggu .ini pasti ulah wanita itu,kenapa bahkan di hari libur aku tidak bisa tenang" ucap David mengusap mukanya dengan kasar. "Aku harus memberinya pelajaran karna berani mengganggu ketenangan seorang David Edward." David melangkah kedapur dengan wajah kurang bersahabat.Ia memandang Anesia yang sedang serius dengan urusan masakannya, 'nah kan, dia lagi.'"Hey wanita ceroboh, apa yang sedang kau lakukan? Apa kau tahu bau masakanmu itu sungguh menggangguku, berhentilah membuatku marah dengan segala tingkah lakumu itu." Anesia yang mendengar suara tersebut langsung menengok dan menegang. Tetapi rasa tegang dan takutnya itu buru'buru ia singkirkan.'Jangan takut Anesia, dia hanyalah manusia yang sama sepertimu, kau harus bisa mengalahkan rasa takutmu darinya, atau dia akan terus mengintimidasimu.'"Please,
Bab 9Namun mereka tidak kehabisan ide, mereka akan mempergunakan Granma sebagai senjata utama mereka.Dan mereka akan menunggu David setelah pulang dari kerjaannya.Untuk berperang, dan membalaskan dendam Anesia.~~~~~Sepulangnya David dari perusahaannya, ia langsung dipanggil oleh Granma."Kemarilah cucuku.""Ada apa Granma,apakah ada hal penting?" ucap David bergegas."Emmm, ia. Granma mau kamu temenin adik kamu dan Anesia untuk berbelanja.""Yaampun Granma,ngapain aku nemenin mereka. Mereka kan sudah besar, Granma ada ada aja deh.""Justru karna itu, Granma memintamu menemani mereka, karna mereka telah dewasa dan menjadi gadis gadis yang cantik, apa kamu tidak takut ada lelaki belang yang mendekati mereka.""Kalau 'gitu, aku suruh asistenku saja untuk menemani mereka.""David,kenapa kamu terus membantah, Granma tidak ingin orang lain yang menemani mereka. Granma mau kamu yang menemani mere
Bab 75Alex menyandarkan badannya di bathub, berendam air hangat memang sangat merilekskan badan. Ia kembali berpikir, "Bagaimana yah keadaan Tuan David saat ini? Apakah aku harus turun tangan untuk membantunya? Tapi... ini masalah percintaannya sebaiknya dia memyelesaikannya sendiri? Yahh, kali ini aku tidak akan membantunya. Dia juga tidak meminta padaku, pasti dia gengsi. Dasar keras kepala, sama seperti adiknya." Alex kemudian langsung melemaskan badannya dan menenggelamkan seluruh badannya.~~~'Anesia, maafkan aku yang baru menyadari cintaku selama ini. Aku akan kembali merebutmu. Aku tidak rela kau menikah dengan lelaki itu. Kau hanya akan menjadi milikku atau tidak seorangpun yang boleh memilikimu,' batin David. Es kutub itu akhirnya meleleh.Mobil sedan keluaran terbaru itu melesat dengan kencang, menerjang angin yang menabrak.Dengan semangat berkobar, David mengendarainya. Dia tidak ingin terlambat. Dia harus menghentikan pernikahan itu, lalu
Bab 74Nuansa putih dan beberapa peralatan kesehatan nampak terlihat disekeliling gadis itu. Selang infus, masih menancap ditangannya dan terus mengeluarkan cairan, yang membuat gadis itu kembali bertahan dari mautnya.Tatapannya sungguh dalam, ia tersenyum getir."Hah, sangat lucu. Aku masih hidup! Aku bahkan telah membuat surat perpisahan pada semua orang. Aku sangat malu," ucapnya"Kenapa aku tidak mati! Siapa yang menyelamatkan aku? Apa kak Alex? Apa dia benar benar sepeduli itu padaku sampai mau menemuiku dan percaya ucapanku yang selalu menyusahkannya. Akhhh!" Alice menghentak hentak kakinya di tempat tidur."Nggak, nggak, pasti bukan dia. Pasti yang nyelametin aku kak David. Yah pasti kak David." Alice terus menggelengkan kepalanya. Seketika Alice terdiam dalam lamunan."Ponselku!" Alice teringat akan ponselnya. Ia ingin melihat chatnya pada Alex, apakah telah mendapatkan sebuah jawaban atau tidak.Ponsel telah ditangannya, ditatapnya layar itu den
Bab 73"Tidak, jangan berucap seperti itu Anesia! Jangan lupakan aku, aku juga mencintaimu!" tiba-tiba David datang dan berdiri tepat dibelakangnya. Mengenakan setelan jas dan membawa sebuket bunga mawar yang nampak indah ditangannya."David?" Seketika Anesia berbalik saat beberapa menit lalu memandang tubuh itu hanya melalui pantulan kaca."Apa yang kau lakukan disini? Hari ini aku akan menikah,"ucap Anesia bingung."Yah, kau akan menikah. Denganku! Bukan dengan yang lain," ucap tegas David."A_apa maksudmu?"gugup Anesia."Menikahlah denganku Anesia, aku mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu. Apa kau tahu? Beberapa hari ini bahkan aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkanmu akan menjadi miilik orang lain. Aku tidak bisa! aku hampir gila Maka menikahlah denganku!" ucapnya sembari melangkah maju dan memberikkan buket itu untuk Anesia."Your grazy!!? aku akan menikah dengan Azka. Aku tidak bisa membatalkannya begitu saja." Anesia berbalik badan
Bab 72"Aku...."Anesia semakin gugup mendengar ucapan tegas Alex. Seketika Anesia menarik napasnya dalam. Dia tidak sanggup lagi memendam semuanya sendiri. Dia berbicara dengan lantang, "ya, aku mencintainya, sangat sangat mencintainya. Aku tidak tahu kapan aku mulai mencintainya, tapi sekarang cinta itu telah tumbuh dan bermekar dihatiku. Aku tahu, seharusnya aku tidak semestinya memiliki perasaan seperti ini pada seseorang yang bahkan mencoba membunuhku. Tapi, cinta ini benar benar rumit Azka, aku tidak mengerti."... aku ingin menghapus dia dan cintaku dari hati ini, tapi tidak bisa. Semakin aku mencoba melupakannya, cintaku malah semakin membesar padanya. Aku harus bagaimana melupakannya?aku bahkan sangat marah saat melihatnya bermesraan dengan empat gadis sekalipun. Aku benci itu. Rasanya aku ingin menyingkirkan tangan tangan nakal mereka dari David. Aku benar benar merasa cemburu Azka."... Sebentar lagi, aku bahkan akan menikah denganmu, tapi jiwaku masih mil
Bab 71"Dokter dokter! "teriak David prustasi.Grandma yang juga sangat khawatir, langsung bergegas keluar. Dia tidak sanggup melihat cucunya seperti itu. Bertaruh dengan nyawanya.Terlihat seorang dokter langsung masuk dan menangani adiknya Eliza. David kacau, dia tidak tahu harus melakukan apa lagi. Di hadapannya, terlihat adiknya terbaring lemah dengan layar monitor yang menampilkan garis lurus." kamu nggak boleh mati Al, Kakak nggak sanggup hidup tanpa kamu," batin David memohon.David memandang adiknya dengan kesedihan. dada gadis kecilnya naik dan turun seiring alat pemicu jantung itu menempel." Maafin Kakak Al, semua salah Kakak. Kakak tahu kamu melakukan ini karena kakak tidak lagi menghiraukan. kakak terlalu sibuk dengan dunia Kakak hingga Kakak lupa sama kamu. Hukumlah aku untuk semua ini Al, tapi, kau jangan pergi meninggalkanku. Aku tidak punya siapa-siapa lagi. Ayah, ibu, Alex, Anesia, mereka semua meninggalkanku. kau juga ingin meninggalkan ku
Bab 70Dalam kondisi seperti ini, Alex sangat bingung harus melakukan apa. Dadanya naik turun tak karuan. Pemandangan dihadapannya saat ini membuatnya kacau. Wanita itu, wanita yang biasanya merusuh padanya, tak pernah diam sedikitpun, kini terbaring lemah dihadapannya. Dia mencoba terus menekan dada Alice untuk membuatnya kembali bernafas. Tak ada hasil untuk itu. Tak ada pilihan. dia segera memberikan napas buatan untuk Alice agar gadis itu dapat kembali bernapas.Dari sudut mata Alex terlihat beberapa pelayan datang dan masih nampak kelimpungan. Mereka bingung, apa yang sedang terjadi?mengapa mereka bisa tertidur dan Ada apa dengan Nona rumah ini? Sampai mereka menyadari dan langsung pergi melaporkannya pada Nyonya yang tak lain adalah Grandma.Grandma yang dibangunkan secara paksa oleh salah satu pelayan, merasa sangat kaget. Dja langsung segera menemui Alice.Sedang Alex tetap berusaha mengembalikan nafas Alice hingga akhirnya berhasil, wanita itu kem
Bab 69'Mom, Dad, Grandma, kak David, kak Alex dan kak An terimakasih untuk semuanya. Aku sangat menyayangi kalian, kuharap kalian tidak akan merindukanku nantinya,' racau Alice dengan disusul bening putih membasahi pipinya.Pandangannya mulai mengabur. Sejak tadi dia terus memandangi ponselnya yang bergetar, dia tahu itu pasti dari Alex. 'Maaf kak, tapi aku tidak ingin bicara padamu disaat saat kematianku seperti ini, karena aku akan terdengar menyedihkan nantinya. Aku tidak menginginkan itu, aku ingin mati dengan keren,'ucapnya lemah dengan senyuman sedikit mengembang. Alice menutup matanya, merasakan darah yang terus mengalir dipergelangannya. Rasanya, tubuh itu mulai melemah bersamaan darahnya yang terus tumpah.'Bunuh diri ternyata tidak semenyeramkan seperti yang kubayangkan,' batin Alice.*****Di Tempat lain, seseorang mulai turun dari mobilnya. Dia sangat gelisah. Alice tidak menjawab panggilannya. Dia berlari. Melewati kerumunan oran
Bab 68*****Macet. Satu kata yang menggambarkan suasana jalan yang dilalui Alex saat ini. Kekalutan nampak jelas di wajahnya. Pesan yang dibacanya satu menit yang lalu membuatnya kacau. Dia tidak bisa memikirkan apapun. Ia hanya ingin segera sampai di tempat Alice dan menghentikan segala kebodohan yang hendak dilakukannya."Kumohon! Kumohon, ayolah! Berpihaklah padaku. Aku tidak bisa membiarkan gadis bodoh itu mati begitu saja. Akhhh." Alex sangat frustasi, bahkan sejak tadi dia terus menekan klakson mobilnya hingga beberapa pengendara lain menatap sinis dirinya. Dia tidak peduli.~Flashback"Tuan David, memang sudah gila. Hanya karena pusing memikirkan seorang gadis, dia sampai melibatkan orang lain. Aku bahkan harus mencari gadis-gadis sewaan untuk menenangkannya. Oh Tuhan, semoga aku tidak akan merasakan jatuh cinta sepertinya. Itu sangat merepotkan,"ucap Alex setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya yang menumpuk karena kelalaian Tuannya yang mabuk aka
Bab 67Saat ini David ingin menenangkan diri. Ia ingin melupakan masalahnya dengan Anesia. maka itu dia meminta Alex untuk membawa beberapa gadis cantik sebagai peralihan pikirannya.Maka disinilah gadis-gadis itu, dihadapannya. dengan tampilan glamor dan make up yang tebal, dan jangan lupa pakaian yang seksi, entah apa yang mereka pikirkan. Apa mereka mengira David akan tergoda dengan mereka? Tidak, tidak sama sekali. Dia mengundang beberapa gadis itu untuk melampiaskan kemarahannya dan hanya sebagai pelayan saja. Tanpa boleh menyentuhnya sama sekali, karena ia sangat jijik dengan wanita seperti itu.Tiba- tiba seorang gadis mencoba memegang pundaknya. David yang merasa marah, seketika langsung mencengram tangan gadis itu kuat. Belum sempat dia mengatakan apapun, seseorang langsung masuk ke ruangannya yang tidak lain adalah Anesia. Anesia sangat kaget melihat pemandangan dihadapannya, 'Apa yang David lakukan dengan empat gadis ini? Dan itu apa? Kenapa David me