Bab 7
"Sahabatmu? Jangan bilang itu wanita semalam yang terus memanggilku hantu.
"Hantu?hahhaahha. Siapa yang memanggilmu hantu?" Alice dan wanita itu tertawa terbahak bahak.
"Kak An, kemarilah!"
"Tunggu sebentar."
***
"Maaf lama, tadi aku lagi beresin dapur setelah selesai memasak."
"Ia, nggak papa kok aku dan Granma hanya mau ngenalin kak An, ke kakak aku."
"Kak lihat dong kebelakang kakak? Itu teman aku yang masak nasi goreng ini."
Lelaki itu hanya sibuk memakan nasi gorengnya, tanpa menoleh ke belakang untuk melihat wajah Anesia.
"Kak!" teriak Alice. Setelah mendengar teriakan Alice, lelaki itu langsung menoleh walau ia sedang mengunyah makanannya.
Tiba tiba...
"Kamu," ucap mereka berbarengan.
Uhuk uhuk uhuk,
tiba tiba David tersedak oleh makanan yang sedang dikunyahnya.
"Kak David kenapa? Apa kalian saling kenal? Ini minumlah air dulu." Alice menyodorkan air ke kakaknya.
Anesia yang menyadari siapa yang ada dihadapannya langsung melangkah mundur secara perlahan. Ia kembali merasa takut. Walau ia sangat marah tetapi, kemarahannya mengalahkan rasa takut dan trauma yang dirasakannya. Tanpa sadar ia meneteskan air matanya.
"Jangan mendekat, kumohon!"
"Aku takkan membuat kesalahan yang sama lagi, padamu. Tapi biarkan aku hidup dengan tenang!" Anesia tidak bisa lagi mengontrol dirinya, semua umpatan umpatan yang ingin ia sampaikan kepada David mendadak lenyap seketika, karna aura dari David yang terlihat sangat menakutkan hingga membuat tubuhnya gemetar.
"Ada apa kak An? Apa yang terjadi padamu?" tanya Alice.
"Kak, ada apa antara kau dan dia, kenapa dia sangat takut padamu? Jangan jangan...."
"Ia David, apa yang telah kau lakukan padanya cerita ke Granma."
David yang melihat ekspresi Anesia hanya tersenyum
"Ternyata kau masih hidup? Banyak juga nyawamu yah?"
"Apa yang kau lakukan David, kau membuatnya semakin takut. kau tidak boleh mendekatinya, pergi sana. Jika dia kenapa kenapa Granma takkan maafin kamu, faham."
"Kenapa Granma membela orang yang tidak Granma kenal."
"Dia bukanlah orang asing, dia adalah teman Alice adikmu dan Granma sangat menyukainya, dia wanita yang baik."
David yang mendengar pujian untuk Anesia hanya tesenyum geli
"wanita baik? Mereka sangat berlebihan, dia itu hanya wanita cerewet yang sangat mengganggu.dan memiliki banyak nyawa dan sebenarnya masakannya sangat enak.
Alice membawa Anesia menuju kamarnya dan menenangkannya.
"Kak An ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi padamu dan kak David."
"Dia dimana?"
"Kak An nggak usah takut, kak David ada dibawah, dia nggak akan berani gangguin kakak kok. emang sebenarnya ada apa kak?"
"Kamu inget kan, yang aku ceritain ke kamu tentang orang yang ngebunuh aku dan ngebuang aku disungai, itu dia kakak kamu."
"Astaga, kak David ngelakuin itu ke kamu. Nggak bisa dibiarin nih, aku harus bicara dengan kak David."
Saat Alice beranjak pergi Anesia melarangnya.
"Ngaak usah Alice, aku nggak mau dia semakin marah sama aku."
"Hmm, baiklah.tapi kakak nggak usah takut, karna apapun yang dikatakan Granma kak David akan nurutin semuanya. Jadi dia nggak akan berani ngapa ngapain kakak. Kakak nggak usah takut lagi yah."
"Sebaiknya kak An istrahat yah aku mau kebawah dulu sama Granma dan nggak usah takut!"
Granma dan Alice duduk dikursi sedang mengintrogasi seseorang yang tak lain adalah David.
"Apa yang telah kakak lakuin ke Anesia. Kenapa kakak tega ingin ngebunuh dia."
"Ia David, kenapa kamu melakukan itu padanya, apa kamu pikir dengan membunuhnya bisa menyelesaikan semua masalah?" ucap Granma setelah mengetahui yang membuat hidup Anesia menjadi seperti ini adalah karna cucunya sendiri.
"Waktu itu dia sudah membuatku sangat marah Granma, dia merusak jaguarku. Granma kan tau sendiri jaguar adalah kesayanganku. Jadi aku hanya ingin menghukumnya."
"Dengan membunuhnya?" tanya Alice
"Ya."
"Kakak benar-ben...."
"Suuuut, nggak usah ribut, dia kan masih hidup. Itu sudah cukup menebus dosanya ke aku. Jadi semuanya impas."
"Pokoknya, mulai saat ini kamu jangan deketin Anesia lagi, dia akan tinggal dirumah ini sampai ia kembali kerumahnya dan jangan pernah menyentuhnya tanpa seizinku. jika tidak kau akan tau apa yang akan Granma lakukan padamu, karna Granma sangat kecewa padamu."
Granma dan Alice meninggalkan David sendirian.
"Shitt, kenapa mereka malah membela wanita itu."
"Sebaiknya aku segera bergegas keperusahaan, sebelum aku terlambat untuk kedua kalinya, dan itu karna orang yang sama."
****
"Alice, apakah David masih dibawah?"
"Nggak, kak David udah pergi, kak An nggak usah takut."
Mendengar jawaban Alice, Anesia langsung bergegas untuk pergi.
"Kak An? Kak An mau kemana?"
"Maafkan aku Alice, aku tidak bisa terus tinggal ditempat ini bersama dengan orang yang ingin menghabisi nyawaku."
"Kak An kumohon jangan seperti ini!"
"Oh ia, tolong sampaikan kepada Granma bahwa aku minta maaf tidak sempat berpamitan kepadanya dan katakan aku menyayanginya juga terima kasih telah mengizinkan aku untuk tinggal dirumah ini."
Anesia langsung menuju pintu rumah dengan terburu buru.
"Baiklah, kalau kakak ingin pergi pergilah dan lupakan semua persahabatan kita. Jangan pernah kembali, karna kakak bukan, temanku lagi dan tak akan punya teman selama lamanya."
"Aku menyangka kakak bisa menjadi sahabatku satu satunya dan hanya karna kak David, kak An meninggalkanku. Kakak mungkin tidak pernah merasakan berada diposisi aku, tidak punya teman, karna mempunyai seorang kakak yang sangat menakutkan bagi mereka. Dan sekarang kak An juga sama, pergi karna kak David. Kalian tidak pernah memikirkan perasaanku sedikit saja, kalian hanya memikirkan diri kalian. Aku benci kalian semua." Alice berlari kekamarnya dengan air matanya meninggalkan Anesia yang juga mengejarnya.
"Kenapa kakak mengikutiku, bukankah kakak ingin pergi? Pergilah! Didunia ini memang tak ada yang pernah benar benar peduli padaku."
"Alice, maafkan aku. Aku tidak berfikir sampai disitu, aku tidak tahu jika kau akan sangat menderita karna ini, sungguh aku tidak bermaksud seperti itu, aku... hanya ingin menjauh dari David kakakmu, itu saja. Tolong maafkan aku."
"Buat apa meminta maaf, sekarang itu tak berarti lagi bagiku, pergilah!"
Sejenak kemudian Anesia melepaskan kembali tas yang ingin dibawanya tadi.
"Kenapa melepasnya?"
"Hmm, kenapa yah kira kira?" tanya Anesia bercanda.
"Yah karna aku akan tinggal disini untuk beberapa hari lagi, hmmm, ngomong ngomong ngapain juga aku takut pada David, kita kan sama sama manusia dan suka makan nasi, kalau dia bisa menyakitiku, aku juga bisa membalasnya, yah kan?"
"Benarkah kak An, tidak jadi pergi?"
"Yah, tentu saja."
Alice langsung tertawa girang kemudian memeluk dan mencium Anesia dengan rasa senangnya."aku mencintaimu, sungguh."
"Dan masalah kak David, aku akan membantumu membalaskan dendam dan aku menjamin dia tidak akan berani mencelakaimu, karna dia sangat menyayangiku, hanya dengan sedikit ancaman dia tidak akan berkutik."
"Benarkah?"
"Yah, tentu saja, kak An tenang saja."
Mereka bersenda gurai seharian sampai tidak menyadari waktu sudah menunjukan pukul tujuh tepat.
"Astaga sudah jam tujuh, waktunya makan malam kita harus turun kalau tidak nenek akan marah."
"Bagaimana dengan David?"
"Yah ampun kak An, aku kan sudah bilang kepadamu, kalau aku ada bersamamu, dia tidak akan berani macam macam. ayo!" Alice menarik Anesia sampai di meja makan dan sudah ada Granma yang menunggu mereka.
"Granma,kak David mana?"
"Dia baru selesai mandi,sedikit lagi dia akan kemari. Emm Anesia kau tidak perlu takut kepada David,kalau dia berani kepadamu Granma akan menarik telinganya." Mereka semua langsung tertawa.
"Telinga siapa yang ingin Granma tarik"
"Tentu saja telingamu."
David langsung duduk dikursi untuk makan malam dan ia terkaget dengan adanya Anesia di rumahnya.
"Kau? Kenapa kau masih disini? Apa kau tidak mengingat apa yang kulakukan padamu, apakah kau tidak takut kepadaku? Apa kau mau aku mengulanginya lagi?" Ucap David berdiri tepat dihadapan Anesia yang saat ini sedang ketakutan.
"Apa yang kau lakukan kak, jangan membuatnya takut. Dia adalah sahabatku, kakak tidak bisa menyakitinya atau mengusirnya. Kalau kakak melakukan itu, berarti kakak tidak menyayangiku dan aku akan mengakhiri hidupku dihadapan kakak."
"Apa yang kau katakan Alice, apa kau meragukan rasa sayang kakak padamu? kumohon jangan berkata seperti itu lagi, karna kakak tidak ingin mendengar kau berkata seperti itu lagi."
"Benarkah kakak sangat menyayangiku?"
"Tentu saja."
"Terima kasih brother grumpy." Alice langsung memeluk David.
"Apa katamu? Brother grumpy?berani kau yah mengatakan itu padaku."
"Hahahhah, ampun kak, sudahlah kak, aku sudah lelah." Mereka saling mengejar sampai merasa lelah.
"Hmm, baiklah."
Anesia merasa aneh melihat David karna saat seperti itu dia tidak terlihat menakutkan sedikitpun dan kedekatan dua saudara itu, dia sangat iri, karna selama ini kakaknya tak pernah seperti itu kepadanya.
Mereka telah selesai makan malam, dan kembali kekamar masing masing. Tapi Anesia sedikit terlambat karna ia membereskan bekas makan malam mereka walaupun Alice sudah melarangnya tapi dia tetap bersihkeras dan saat ia ingin menuju kekamar Alice, David langsung menariknya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Menurutmu?" tanya David mengangkat sebelah alisnya.
"Aku tidak takut kepadamu!apa yang akan kau lakukan." ucap Anesia memberanikan diri.
"Aku hanya mau menyampaikan kepadamu, jangan bermain-main dengan keluargaku, sampai kau melakukan sesuatu yang salah, kau akan mati ditanganku. Kau hanya sedikit beruntung karna adikku dan Granmaku sangat menyukaimu dan karna itu aku membiarkanmu, tapi jangan pernah berani berpikir untuk menyakitinya."
"Kau tidak perlu memberitahukan hal itu padaku, karna aku tak seperti dirimu yang tahunya hanya menyakiti seseorang, aku bersahabat dengan Alice, itu murni dari hatiku, karna adikmu sangat baik tak seperti dirimu." Anesia langsung bergegas meninggalkan David dengan perasaan marah dan juga sedikit takut.
"Gadis itu, sangat berani kepadaku, sialan."
David langsung pergi kekamarnya.
"Kak An, darimana? Aku dari tadi nungguin kakak?"
"Kakak nggak dari mana mana, hanya dari dapur aja."
"Kupikir kak David gangguin kak An lagi."
"Nggak kok"
"Nggak gangguin tapi kakak kamu ngancam aku, huuu dasar lelaki grumpy hahaha" batin Anesia sedikit tersenyum.
Bab 8 "Ya Tuhan, kenapa aku selalu mencium bau-bau seperti ini sekarang,sungguh sangat mengganggu .ini pasti ulah wanita itu,kenapa bahkan di hari libur aku tidak bisa tenang" ucap David mengusap mukanya dengan kasar. "Aku harus memberinya pelajaran karna berani mengganggu ketenangan seorang David Edward." David melangkah kedapur dengan wajah kurang bersahabat.Ia memandang Anesia yang sedang serius dengan urusan masakannya, 'nah kan, dia lagi.'"Hey wanita ceroboh, apa yang sedang kau lakukan? Apa kau tahu bau masakanmu itu sungguh menggangguku, berhentilah membuatku marah dengan segala tingkah lakumu itu." Anesia yang mendengar suara tersebut langsung menengok dan menegang. Tetapi rasa tegang dan takutnya itu buru'buru ia singkirkan.'Jangan takut Anesia, dia hanyalah manusia yang sama sepertimu, kau harus bisa mengalahkan rasa takutmu darinya, atau dia akan terus mengintimidasimu.'"Please,
Bab 9Namun mereka tidak kehabisan ide, mereka akan mempergunakan Granma sebagai senjata utama mereka.Dan mereka akan menunggu David setelah pulang dari kerjaannya.Untuk berperang, dan membalaskan dendam Anesia.~~~~~Sepulangnya David dari perusahaannya, ia langsung dipanggil oleh Granma."Kemarilah cucuku.""Ada apa Granma,apakah ada hal penting?" ucap David bergegas."Emmm, ia. Granma mau kamu temenin adik kamu dan Anesia untuk berbelanja.""Yaampun Granma,ngapain aku nemenin mereka. Mereka kan sudah besar, Granma ada ada aja deh.""Justru karna itu, Granma memintamu menemani mereka, karna mereka telah dewasa dan menjadi gadis gadis yang cantik, apa kamu tidak takut ada lelaki belang yang mendekati mereka.""Kalau 'gitu, aku suruh asistenku saja untuk menemani mereka.""David,kenapa kamu terus membantah, Granma tidak ingin orang lain yang menemani mereka. Granma mau kamu yang menemani mere
Bab 10Kediaman Edward Family"Hahhaha, pasti mereka disana bingung harus pulang naik apa, hahaha." Alice memasuki rumah mewah itu dengan tertawa tidak jelas. Ektingnya berhasil, dengan berpura-pura marah kepada mereka.Ia hanya ingin mengerjai mereka dan membuat mereka semakin dekat hingga melupakan kebencian mereka."... siapa suruh mereka melakukan itu padaku, masa orang secantik aku dibilang bodoh. Nggak mungkin lah."Granma yang melihat Alice masuk kerumah dengan tertawa- tertawa tidak jelas, merasa penasaran. Ada gerangan apa yang membuat cucunya tertawa dengan gembiranya."Wahhh, cucu Granma sepertinya sedang sangat bahagia, kenapa sih cerita ke Granma, apa yang buat kamu bahagia?""... dan mana Anesia dan Kakak kamu.""Hahhaha, itulah yang membuat aku tertawa Granma, apa Granma tahu,aku ninggalin mereka di jalanan dan berpura pura marah.""... masa mereka secara bersamaan bilang aku bodoh, yah jelas aku ngg
Bab 11David dan Anesia mengabulkan permintaan Alice dengan rasa terpaksa. Mau bagaimana lagi, mereka yang elah membuat janji itu dan sekarang janji itu mempersulit mereka."Heyyy, apa yang harus kita beli lebih dulu, kau lihatlah catatan ini, ini kan sangat banyak, bagaimana Alice bisa menulis semua ini tanpa pertimbangan lebih dulu." Anesia merasa lelah bahkan untuk sekedar membacanya, apalagi jika mecari semua yang diinginkan Alice seperti yang tertulis, maka itu pasti akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga."Kenapa kau bertanya padaku, apa kau pikir aku mau melakukan ini semua jika aku tidak berjanji, ditambah ada wanita sepertimu yang menjadi partnerku, sungguh hari yang sial," ucap David menggaruk garuk kepalanya yang tidak terasa gatal.'Seandainya, aku bisa menyuruh Alex untuk menggantikanku, tapi sepertinya nggak mungkin, karna kalau ketahuan Alice, masalahnya akan semakin runyam'"... ini semua karena kau, seandainya kau tidak me
Bab 12"Hello, dari awal aku sangat tidak sudi jika menjadi istrimu bahkan hanya dalam mimpi."Perseteruan mereka terus berlanjut sampai mereka telah sampai dirumah dan memberikan semuanya kepada Alice dengan masing-masing raut wajah mereka sangat aneh, dan Alice yang melihat hal tersebut hanya tersenyum.****Alice, memandang barang pesanannya dengan kekaguman, karena sungguh ia tidak menyangka semua yang ia pesan akan mereka temukan, padahal semuanya hanyalah pesanan yang ditulis Alice secara asal asalan dan terkesan tidak masuk akal, 'mereka memang sangat hebat ternyata' Alice hanya tersenyumDi sofa Alice, kemudian berpikir lagi, apa permintaaan selanjutnya, kepada Anesia dan David kakaknya.Maka muncullah suatu ide cemerlang, untuk kembali membuatnya bahagia. Itu akan Alice laksanakan keesokan harinya karena hari telah beranjak malam dan David juga Anesia sudah sangat lelah dibuatnya, termasuk dirinya yang juga merasa sangat lelah, sete
Bab 13"Apaan sih." Anesia kembali menarik kue itu kehadapannya dan mereka kemudian saling tarik menarik tanpa ada yang mau mengalah, saat mereka saling tarik menarik, tiba-tiba kue yang mereka perebutkan terlempar.Dan mereka semua terkaget."Ha!!"****Diantara mereka tak ada yang bersuara saat melihat kue itu terlempar hingga mengenai seseorang dan orang itu adalah Alex.Alex yang terkejut langsung membersihkan wajahnya dari cream kue itu tanpa ekspresi. Alex sangat kaget saat kue itu tepat mengenai wajahnya dan Alex Merasa hidupnya sangat menyedihkan 'ya Tuhan apa aku pernah membuat kesalahan dikehidupanku sebelumnya?mengapa aku bisa sangat menyedihkan seperti ini'Didalam keheningan yang terjadi tiba tiba Alice dan yang lainnya langsung tertawa, 'tak sanggup melihat ekspresi Alex yang sungguh menyedihkan."Hhahhahha, kak Alex sangat lucu!! .hhahha, aku tak sanggup lagi tertawa, perutku jadi sakit, karena terus tertaw
Bab 14Saat ia akan pergi, seorang lelaki terlihat sangat marah kemudian menahannya."Tunggu!"******Anesia yang hendak memasuki mobil seketika berbalik mencari sumber suara yang ditujukan untuknya."Kau, ada apa?" Anesia memandang lelaki yang tak lain adalah David dengan penuh keheranan.Ada apa? Mengapa David terlihat sangat marah? Anesia sangat bingung.David mendekat kearahnya dan secara tiba-tiba David langsung menariknya kembali masuk kedalam rumah, menyeret Anesia kehadapan semua orang yang masih menangis sesegukkan terutama Alice.Mereka semua yang menyaksikan kejadian itu merasa bingung."Ada apa ini David, kenapa kau menariknya seperti itu.""Granma bertanya kepadaku, apa yang telah ia perbuat? Aku pun juga tak tahu apa yang telah ia perbuat. Yang aku tahu dia pasti berbuat ulah yang sampai menyakiti Granma dan Alice."Lihatlah Alice! saat aku datang ia sudah menangis seperti itu, itu karena pere
Bab 15Anesia membantu Alice mempertahankan tas miliknya, walau ia sedikit bisa berkelahi tetapi melawan lima orang lelaki sekaligus, itu rasanya tidak mungkin, bahkan perampok tersebut secara cepat mengeluarkan sebuah pisau dan menusuk salah satu dari mereka.****"Ahhhh, perutku." Wanita itu meringis kesakitan saat merasa sesuatu tertancap diperutnya dan terasa sangat sakit, saat ia melihatnya, ternyata ia telah tertusuk sebuah pisau yang sangat tajam sampai ia tidak merasakan dan tahu kapan perampok itu menusuknya, wanita itu adalah Alice.Anesia yang tidak sempat menolong Alice, langsung berusaha melawan perampok yang menusuk perut Alice.Anesia menahan tangan lelaki tersebut dan sejenak Anesia melihat ada tato bintang di pergelangan tangannya.tetapi sayang karena ia mencoba menahan lelaki tersebut, ia juga terkena sayatan pisau di lengannya dan perampok tersebut langsung melarikan diri bersama gerombolannya.Semuanya terjadi den
Bab 75Alex menyandarkan badannya di bathub, berendam air hangat memang sangat merilekskan badan. Ia kembali berpikir, "Bagaimana yah keadaan Tuan David saat ini? Apakah aku harus turun tangan untuk membantunya? Tapi... ini masalah percintaannya sebaiknya dia memyelesaikannya sendiri? Yahh, kali ini aku tidak akan membantunya. Dia juga tidak meminta padaku, pasti dia gengsi. Dasar keras kepala, sama seperti adiknya." Alex kemudian langsung melemaskan badannya dan menenggelamkan seluruh badannya.~~~'Anesia, maafkan aku yang baru menyadari cintaku selama ini. Aku akan kembali merebutmu. Aku tidak rela kau menikah dengan lelaki itu. Kau hanya akan menjadi milikku atau tidak seorangpun yang boleh memilikimu,' batin David. Es kutub itu akhirnya meleleh.Mobil sedan keluaran terbaru itu melesat dengan kencang, menerjang angin yang menabrak.Dengan semangat berkobar, David mengendarainya. Dia tidak ingin terlambat. Dia harus menghentikan pernikahan itu, lalu
Bab 74Nuansa putih dan beberapa peralatan kesehatan nampak terlihat disekeliling gadis itu. Selang infus, masih menancap ditangannya dan terus mengeluarkan cairan, yang membuat gadis itu kembali bertahan dari mautnya.Tatapannya sungguh dalam, ia tersenyum getir."Hah, sangat lucu. Aku masih hidup! Aku bahkan telah membuat surat perpisahan pada semua orang. Aku sangat malu," ucapnya"Kenapa aku tidak mati! Siapa yang menyelamatkan aku? Apa kak Alex? Apa dia benar benar sepeduli itu padaku sampai mau menemuiku dan percaya ucapanku yang selalu menyusahkannya. Akhhh!" Alice menghentak hentak kakinya di tempat tidur."Nggak, nggak, pasti bukan dia. Pasti yang nyelametin aku kak David. Yah pasti kak David." Alice terus menggelengkan kepalanya. Seketika Alice terdiam dalam lamunan."Ponselku!" Alice teringat akan ponselnya. Ia ingin melihat chatnya pada Alex, apakah telah mendapatkan sebuah jawaban atau tidak.Ponsel telah ditangannya, ditatapnya layar itu den
Bab 73"Tidak, jangan berucap seperti itu Anesia! Jangan lupakan aku, aku juga mencintaimu!" tiba-tiba David datang dan berdiri tepat dibelakangnya. Mengenakan setelan jas dan membawa sebuket bunga mawar yang nampak indah ditangannya."David?" Seketika Anesia berbalik saat beberapa menit lalu memandang tubuh itu hanya melalui pantulan kaca."Apa yang kau lakukan disini? Hari ini aku akan menikah,"ucap Anesia bingung."Yah, kau akan menikah. Denganku! Bukan dengan yang lain," ucap tegas David."A_apa maksudmu?"gugup Anesia."Menikahlah denganku Anesia, aku mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu. Apa kau tahu? Beberapa hari ini bahkan aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkanmu akan menjadi miilik orang lain. Aku tidak bisa! aku hampir gila Maka menikahlah denganku!" ucapnya sembari melangkah maju dan memberikkan buket itu untuk Anesia."Your grazy!!? aku akan menikah dengan Azka. Aku tidak bisa membatalkannya begitu saja." Anesia berbalik badan
Bab 72"Aku...."Anesia semakin gugup mendengar ucapan tegas Alex. Seketika Anesia menarik napasnya dalam. Dia tidak sanggup lagi memendam semuanya sendiri. Dia berbicara dengan lantang, "ya, aku mencintainya, sangat sangat mencintainya. Aku tidak tahu kapan aku mulai mencintainya, tapi sekarang cinta itu telah tumbuh dan bermekar dihatiku. Aku tahu, seharusnya aku tidak semestinya memiliki perasaan seperti ini pada seseorang yang bahkan mencoba membunuhku. Tapi, cinta ini benar benar rumit Azka, aku tidak mengerti."... aku ingin menghapus dia dan cintaku dari hati ini, tapi tidak bisa. Semakin aku mencoba melupakannya, cintaku malah semakin membesar padanya. Aku harus bagaimana melupakannya?aku bahkan sangat marah saat melihatnya bermesraan dengan empat gadis sekalipun. Aku benci itu. Rasanya aku ingin menyingkirkan tangan tangan nakal mereka dari David. Aku benar benar merasa cemburu Azka."... Sebentar lagi, aku bahkan akan menikah denganmu, tapi jiwaku masih mil
Bab 71"Dokter dokter! "teriak David prustasi.Grandma yang juga sangat khawatir, langsung bergegas keluar. Dia tidak sanggup melihat cucunya seperti itu. Bertaruh dengan nyawanya.Terlihat seorang dokter langsung masuk dan menangani adiknya Eliza. David kacau, dia tidak tahu harus melakukan apa lagi. Di hadapannya, terlihat adiknya terbaring lemah dengan layar monitor yang menampilkan garis lurus." kamu nggak boleh mati Al, Kakak nggak sanggup hidup tanpa kamu," batin David memohon.David memandang adiknya dengan kesedihan. dada gadis kecilnya naik dan turun seiring alat pemicu jantung itu menempel." Maafin Kakak Al, semua salah Kakak. Kakak tahu kamu melakukan ini karena kakak tidak lagi menghiraukan. kakak terlalu sibuk dengan dunia Kakak hingga Kakak lupa sama kamu. Hukumlah aku untuk semua ini Al, tapi, kau jangan pergi meninggalkanku. Aku tidak punya siapa-siapa lagi. Ayah, ibu, Alex, Anesia, mereka semua meninggalkanku. kau juga ingin meninggalkan ku
Bab 70Dalam kondisi seperti ini, Alex sangat bingung harus melakukan apa. Dadanya naik turun tak karuan. Pemandangan dihadapannya saat ini membuatnya kacau. Wanita itu, wanita yang biasanya merusuh padanya, tak pernah diam sedikitpun, kini terbaring lemah dihadapannya. Dia mencoba terus menekan dada Alice untuk membuatnya kembali bernafas. Tak ada hasil untuk itu. Tak ada pilihan. dia segera memberikan napas buatan untuk Alice agar gadis itu dapat kembali bernapas.Dari sudut mata Alex terlihat beberapa pelayan datang dan masih nampak kelimpungan. Mereka bingung, apa yang sedang terjadi?mengapa mereka bisa tertidur dan Ada apa dengan Nona rumah ini? Sampai mereka menyadari dan langsung pergi melaporkannya pada Nyonya yang tak lain adalah Grandma.Grandma yang dibangunkan secara paksa oleh salah satu pelayan, merasa sangat kaget. Dja langsung segera menemui Alice.Sedang Alex tetap berusaha mengembalikan nafas Alice hingga akhirnya berhasil, wanita itu kem
Bab 69'Mom, Dad, Grandma, kak David, kak Alex dan kak An terimakasih untuk semuanya. Aku sangat menyayangi kalian, kuharap kalian tidak akan merindukanku nantinya,' racau Alice dengan disusul bening putih membasahi pipinya.Pandangannya mulai mengabur. Sejak tadi dia terus memandangi ponselnya yang bergetar, dia tahu itu pasti dari Alex. 'Maaf kak, tapi aku tidak ingin bicara padamu disaat saat kematianku seperti ini, karena aku akan terdengar menyedihkan nantinya. Aku tidak menginginkan itu, aku ingin mati dengan keren,'ucapnya lemah dengan senyuman sedikit mengembang. Alice menutup matanya, merasakan darah yang terus mengalir dipergelangannya. Rasanya, tubuh itu mulai melemah bersamaan darahnya yang terus tumpah.'Bunuh diri ternyata tidak semenyeramkan seperti yang kubayangkan,' batin Alice.*****Di Tempat lain, seseorang mulai turun dari mobilnya. Dia sangat gelisah. Alice tidak menjawab panggilannya. Dia berlari. Melewati kerumunan oran
Bab 68*****Macet. Satu kata yang menggambarkan suasana jalan yang dilalui Alex saat ini. Kekalutan nampak jelas di wajahnya. Pesan yang dibacanya satu menit yang lalu membuatnya kacau. Dia tidak bisa memikirkan apapun. Ia hanya ingin segera sampai di tempat Alice dan menghentikan segala kebodohan yang hendak dilakukannya."Kumohon! Kumohon, ayolah! Berpihaklah padaku. Aku tidak bisa membiarkan gadis bodoh itu mati begitu saja. Akhhh." Alex sangat frustasi, bahkan sejak tadi dia terus menekan klakson mobilnya hingga beberapa pengendara lain menatap sinis dirinya. Dia tidak peduli.~Flashback"Tuan David, memang sudah gila. Hanya karena pusing memikirkan seorang gadis, dia sampai melibatkan orang lain. Aku bahkan harus mencari gadis-gadis sewaan untuk menenangkannya. Oh Tuhan, semoga aku tidak akan merasakan jatuh cinta sepertinya. Itu sangat merepotkan,"ucap Alex setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya yang menumpuk karena kelalaian Tuannya yang mabuk aka
Bab 67Saat ini David ingin menenangkan diri. Ia ingin melupakan masalahnya dengan Anesia. maka itu dia meminta Alex untuk membawa beberapa gadis cantik sebagai peralihan pikirannya.Maka disinilah gadis-gadis itu, dihadapannya. dengan tampilan glamor dan make up yang tebal, dan jangan lupa pakaian yang seksi, entah apa yang mereka pikirkan. Apa mereka mengira David akan tergoda dengan mereka? Tidak, tidak sama sekali. Dia mengundang beberapa gadis itu untuk melampiaskan kemarahannya dan hanya sebagai pelayan saja. Tanpa boleh menyentuhnya sama sekali, karena ia sangat jijik dengan wanita seperti itu.Tiba- tiba seorang gadis mencoba memegang pundaknya. David yang merasa marah, seketika langsung mencengram tangan gadis itu kuat. Belum sempat dia mengatakan apapun, seseorang langsung masuk ke ruangannya yang tidak lain adalah Anesia. Anesia sangat kaget melihat pemandangan dihadapannya, 'Apa yang David lakukan dengan empat gadis ini? Dan itu apa? Kenapa David me