Waktu menunjukkan pukul satu malam. Hazel sama sekali tidak bisa tidur. Pikirannya tidaklah tenang. Hatinya selalu terselimuti kegelisahannya. Dia khawatir dan takut akan terpisah selamanya dengan pria yang amat dia cintai.Air mata kembali berlinang jatuh membasahi pipinya. Dia tidak mengira ayahnya akan setega ini padanya. Dia sangat ingat bagaimana dulu sang ayah mengajarkan padanya untuk tidak melihat seseorang dari status sosial. Namun, sekarang berubah, membuat Hazel seakan tak mengenali ayahnya lagi.BrakkkSuara berisik bersumber dari balkon kamar, membuat Hazel terkejut. Wanita itu menyeka air matanya, mengalihkan pandangannya ke balkon, seperti ada bayangan. Rasa takut menyelimuti, tapi dia yakin tidak mungkin pencuri.Sejak di mana Hazel dikurung di dalam rumah, penjagaan di mansion sangatlah ketat. Tidak mungkin bisa ada pencuri masuk ke dalam mansion-nya. Hazel memutuskan turun dari ranjang—dan melangkah ke balkon kamar.Kosong. Balkon kamar kosong tidak ada siapa pun. Ha
Satu minggu sudah Hazel dikurung di mansion-nya. Selama satu minggu Hazel tetap bisa berkomunikasi dengan Sergio, karena dia diberikan ponsel oleh Sergio. Ponsel dengan nomor khusus yang hanya Sergio tahu. Jika mengharapkan ponselnya dikembalikan, itu sepertinya tidak akan mungkin.Ponsel Hazel ditahan oleh ayahnya, agar dirinya tidak bisa lagi berhubungan dengan Sergio. Namun, sang ayah tak tahu bahwa setiap malamnya Sergio menyelinap masuk ke kamarnya. Pria itu memang sangat hebat dalam menyelundup. Penjaga yang ketat di depannya saja mampu Sergio kelabui. Rasa rindu Hazel pada Sergio terobati. Setiap malam pria itu datang, dan bahkan mereka bercinta untuk melepas rindu. Mereka terbiasa tinggal bersama. Sekarang mereka harus dihadapkan dengan kenyataan di mana mereka harus bertemu di belakang, tanpa diketahui oleh keluarga Hazel.Hazel memang sedih sulit bertemu dengan pria yang amat dia cintai, tapi dia tetap bersyukur, karena Sergio tetap memperjuangkannya. Dia percaya bahwa Serg
Hazel menatap cermin tubuhnya sudah terbalut gaun model kemben warna navy. Rambutnya terjuntai sempurna, menutupi punggung telanjangnya. Polesan make up flawless menyempurnakan penampilan Hazel malam itu. Ya, penampilan Hazel sangatlah cantik. Namun, sayangnya pancaran matanya tidak sama sekali menunjukkan adanya kebahagiaan di sana.Hazel berias cantik malam itu, tapi bukan berkencan dengan Sergio. Dia menuruti keinginan orang tuanya yang ingin dirinya berkencan dengan Harry Shum. Tidak, ini bukan kencan. Ini hanya makan malam biasa. Anggap saja Hazel bertemu dengan rekan bisnis keluarganya. Itu yang dia tanamkan dalam diri, agar bisa lebih tenang.“Nona Hazel?” sapa sang pelayan sopan, sambil menghampiri Hazel.Hazel mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan. “Harry sudah datang?” duganya langsung. Sang pelayan mengangguk sopan. “Benar, Nona. Tuan Shum sudah datang. Tuan Arthur meminta Anda untuk segera turun.”Hazel mendesah kasar. Ini adalah hal yang paling dirinya benci. Di
“Keluarlah. Temui pria sialan itu. Aku akan selalu mengawasimu.” Sergio mengecup bahu telanjang Hazel, seraya membantu merapikan gaun Hazel yang berantakan akibat ulahnya.Hazel menatap cermin, melihat Sergio dari pantulan cermin. Dia masih berada di toilet, baru saja selesai melakukan percintaan panas dengan sang kekasih tercinta. Tubuhnya sedikit lelah, ingin sekali berbaring di ranjang. Namun, semua itu tidak bisa karena dirinya masih berada di restoran bersama dengan Harry Shum. Hazel membalikkan badannya, menatap Sergio sambil melingkarkan tangannya ke leher pria itu. “Aku tidak suka makan malam bersama Harry. Aku terpaksa melakukan ini, Sayang.”Sergio menarik dagu Hazel, mencium dan melumat bibir sang kekasih. “I know. Kau pasti makan malam bersama dengannya, karena dipaksa orang tuamu.”“Kau tidak marah padaku, kan?” tanya Hazel khawatir Sergio marah padanya.Sergio mengecupi bibir Hazel. “Aku tidak mungkin marah padamu, Sayang. Aku memang cemburu, tapi aku akan tetap mengert
Harry melepas dasi kupu-kupunya, dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Pria tampan itu menyambar vodka yang ada di hadapannya, dan menenggak vodka itu hingga tandas. Seringai di wajahnya terlukis membayangkan tadi makan malamnya dengan Hazel Afford. Meski hanya singkat, tapi tetap saja dia bahagia.Suara ketukan pintu terdengar …“Masuk!” Harry meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk.“Tuan,” sapa sang asisten melangkah menghampiri Harry.Harry menatap asistennya yang kini ada di hadapannya. “Ada apa kau ke sini?”“Tuan, maaf mengganggu Anda. Ada beberapa hal yang ingin saya beri tahu pada Anda.”“Ada apa?” “Tuan, ada seseorang penting yang mencari tahu tentang Anda.”Raut wajah Harry berubah. “Orang penting? Siapa orang penting yang kau maksud?”Sang asisten terdiam sejenak. “Saya mendapatkan informasi bahwa Tuan Putri Isabel Ortiz, membuka data pribadi tentang Anda, Tuan. Beliau mencari tahu tentang Anda.”Sorot mata Harry berkilat tajam, membendung amarahnya. “Apa dia berhasil
“Persiapkan dirimu, Hazel. Besok adalah hari penentuan tanggal pertunanganmu dengan Harry.” Arthur masuk ke dalam kamar Hazel, memberitahukan kabar yang mengejutkan dirinya. Mata indah Hazel membulat sempurna, akibat rasa terkejutnya yang nyata.“Dad, are you kidding me?” Hazel menahan emosinya. Dia nyaris berteriak mendengar ucapan gila sang ayah. Mata indahnya sudah menajam dan memerah akibat menahan tangis.“Kau tahu dalam hal seperti ini Daddy tidak mungkin bercanda,” jawab Arthur dingin dan menegaskan.Hazel menggeleng tegas. “Tidak! Aku tidak mau dijodohkan! Dad, aku mencintai Sergio. Kau tahu dengan jelas bahwa pria yang aku cintai adalah Sergio Blanco, bukan Harry Shum!” Nada bicara Hazel meninggi di sini. Bulir air matanya terjatuh, membasahi pipi mulusnya.Bianca yang juga ada di sana tak tega melihat putrinya menangis. Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu langsung memberikan pelukan hangat pada Hazel. Tangis Hazel mulai mendera di kala mendapatkan pelukan dari san
Mata dan bibir Hazel melebar akibat keterkejutannya melihat sosok pria yang ada di hadapannya. Hazel berusaha meyakinkan bahwa di hadapannya adalah ilusi dari sebuah mimpi, tidaklah nyata. Namun rasanya mustahil. Aroma parfume maskulin milik Sergio telah tercium dan diindra penciuman Hazel. Ya, di hadapan Hazel saat ini adalah Sergio Blanco—kekasihnya.“S-Sergio?” gumam Hazel memanggil sang kekasih. Matanya sudah memerah ingin meneteskan air mata. Dia benar-benar sama sekali tidak menyangka melihat Sergio datang.Sergio tersenyum hangat menatap Hazel yang matanya sudah memerah. Ingin sekali dia memeluk kekasihnya itu, memberikan ketenangan, tapi sayangnya dia tidak bisa melakukan hal itu. Sekarang dia harus menghadapi keluarga besar Hazel lebih dulu.“Sergio …” Hazel ingin berlari ke pelukan Sergio, tapi sayangnya geraknya terhenti karena Arthur menarik tangan Hazel, tak mengizinkan Hazel menghampiri Sergio.“Dad,” lirih Hazel.Mata Arthur menatap tajam Hazel. “Aku tidak akan segan me
Penuturan Isabel sukses membuat semua orang di sana terkejut. Tampak Harry dan Danny memucat panik, sedangkan Sergio tersenyum penuh kemenangan. Ya, siapa yang bisa membantah? Isabel adalah calon ratu Kerajaan Spanyol. Tentunya Isabel memiliki akses apa pun di negaranya. “Bohong! Kau berbohong!” bentak Harry emosi dengan tatapan tajam pada Isabel.Isabel tersenyum anggun. “Tuan Shum, aku memiliki data tentangmu lengkap. Data itu valid. Tidak mungkin salah. Jadi jangan lagi mengelak.”Tangan Harry mengepal kuat penuh amarah. “Yang hanya memiliki akses membuka data adalah Raja atau Ratu yang bertakhta. Kau sama sekali tidak bisa! Berhenti menipu!”Isabel mendekati Harry tanpa rasa takut. “Kau benar. Ayahku masih hidup. Hanya dia yang bisa. Aku menggunakan wewenangku sebelum aku menjabat. Semua tindakan yang aku lakukan memang salah. Aku siap dihukum nanti. Tapi meskipun aku dihukum, aku bahagia bisa menyelamatkan saudaraku dari pria berengsek sepertimu.”“Wanita sialan! Ku bunuh kau!”