3 Tahun yang lalu
“Hyun Ji-ah... Aku rasa hubungan kita tidak bisa diteruskan..”
“Maksud Oppa apa? Oppa bercanda kan?”
“Ani.. Aku serius. Aku sudah bilang kepada kedua orang tuaku dan orang tuamu untuk membatalkan pernikahan kita…”
“Oppa… Apa maksudmu? Aku tidak mengerti…”
“Kau bukan anak kecil. Kau pasti mengerti maksudku kan? Kita putus.”
“Kita? Putus? Oppa pasti bercanda… Apa yang terjadi sebenarnya? Aku mohon jangan membuatku takut…”
Hyun Ji terbangun dengan nafas yang tidak teratur. Dadanya terasa begitu sakit. Matanya yang indah memandang langit-langit kamar yang diterangi oleh lampu. Namun, gelap yang dilihatnya.. Seterang apapun ruangan itu tidak bisa menimbulkan seberkas cahayapun di matanya.
Dengan cepat ia duduk di atas ranjang dan meraba-raba sekelilingnya. Ia mulai merasa tenang ketika ia menyadari bahwa ruangan itu terasa sepi. Tadi hanyalah mimpi buruknya… Yah… Itu pasti mimpi buruk… Mimpi yang selalu menghantuinya selama ini.
Entah kenapa semenjak beberapa hari lalu ketika ia bertemu dengan Aiden, kejadian 3 tahun lalu selalu menghantuinya. Kejadian yang paling dibencinya selalu saja menjadi mimpinya setiap ia tidur.
Hyun Ji menghela nafasnya pelan. Ia mengelus dadanya perlahan dan kembali berbaring di ranjangnya. Ia memijat keningnya yang masih terasa pusing, dan menutup kedua matanya mencoba beristirahat kembali.
Saat ia mencoba untuk tertidur kembali, suara pintu terdengar di telinganya. Ia menghentikan kegiatannya dan menolehkan wajahnya kea rah suara langkah kaki yang semakin mendekat. Ia menghela nafas lega saat menyadari suara langkah 2 orang yang familiar di telinganya. Tanpa banyak bicara, ia langsung bangkit dan duduk kembali di ranjangnya.
“Jessica..”Ia mengulaskan senyuman lega pada kedua sahabatnya yang kini berdiri di sampingnya.
Jessica mendekat dan langsung memeluk tubuh Hyun Ji erat, “Kau tahu aku sangat khawatir!”
Raut wajah bersalah langsung terukir di wajah Hyun Ji, “Mianhae, aku membuatmu khawatir. Aku rasa beberapa hari yang lalu acaramu pasti kacau karena ulahku.. Mianhae…”Ia membalas pelukan Jessica dengan tangan kanannya.
“Ani..”Jessica melepaskan pelukannya, “Kkojonghajima, jangan khawatir! Acaraku berjalan dengan lancar. Justru aku yang harus meminta maaf karena baru sempat mengunjungimu..”Ia tersenyum dan memegang tangan Hyun Ji yang berwarna putih pucat.
Hyun Ji juga tersenyum, “Setidaknya cincin itu masih terpasang dijarimu…”Ia memegang cincin yang terpasang di jari Jessica. Perasaan sedih tiba-tiba saja melandanya. 3 Tahun lalu ia juga mempunyai cincin yang terpasang di jarinya, cincin yang amat indah. Tapi sayang, sekarang jarinya kosong. Tak ada lagi cincin yang menghiasinya. Persis seperti hatinya yang teramat kosong.
“Tentu saja… “Jessica mengangguk, “Kalau sampai laki-laki itu marah dan membatalkan pertunangan kita, pasti dia sudah kubunuh…”Ujarnya sambil terkekeh kecil.
Hyun Ji tertawa mendengar candaan Jessica, “Kau dengar itu kan Oppa?”
Roy yang semenjak tadi diam dan menatap tunangannya dan sahabatnay yang sedang bercanda, tampak terkejut, “Kenapa kau bisa tahu aku disini?”
“Oppa. Aku memang buta, tapi aku punya hidung dan telinga yang lebih tajam dari kalian…” Hyun Ji tersenyum bangga.
Roy mengangguk, “Aku lupa kalau pasienku yang satu ini memang pandai... Bagaimana keadaanmu hari ini?”Tanya Roy sambil mengusap kepala Hyun Ji.
“Hm..” Hyun Ji tertegun. Wajahnya yang tadinya memancarkan senyuman mulai berubah, “Hm.. Aku rasa lumayan..”Jawabnya pelan.
“Waeyo? Apa ada masalah?”Tanya Jessica yang menyadari perubahan pada mimik wajah Hyun Ji.
Hyun Ji menggeleng pelan, “Ani.. Aku baik-baik saja..”Ia memaksakan tersenyum.
“Baguslah..”Kata Roy dan Jessica bersamaan. Mereka berdua sebenarnya tahu ada sesuatu yang mengganggu Hyun Ji, namun mereka mengurungkan niat mereka untuk bertanya, “Hyun ji -ah, aku lupa memberitahumu sesuatu…”Ujar Jessica dengan nada yang terdengar kecewa.
Hyun Ji mengenyitkan dahinya heran, “Wae?”
“Ige… Aku dan Roy… Kami akan mempercepat keberangkatan kami ke Amerika..”
“Mwo? Kenapa dipercepat? Bukankah bulan depan kalian akan pergi?”Tanya Hyun Ji dengan nadanya yang juga terdengar kecewa akan berita yang dibawa oleh Jessica.
“Karena Rumah sakit tempat Roy bekerja sudah memintanya untuk mulai bekerja 2 minggu lagi. Jadi mau tidak mau aku dan Roy minggu depan sudah harus pergi..”Suara Jessica semakin berat. Sebenarnya ia juga tak tega menceritakan hal ini pada Hyun Ji.
“Lalu kenapa kalian pergi minggu depan?”Tanya Hyun Ji lagi.
“Kami kan membutuhkan waktu untuk membereskan apartemen kami… Mianhae..”
Hyun Ji diam. Ia menolehkan pandangannya ke arah lain. Ia mulai menangis dalam diam. Rasa ketakutannya yang muncul 3 tahun lalu muncul lagi dalam benaknya. SENDIRI.. Kecelakaan yang 3 tahun lalu bukan hanya merenggut penglihatannya, tapi ia juga kehilangan lebih dari itu. Ia kehilangan sahabat-sahabatnya, kekasihnya, dan hatinya. Ia kehilangan segalanya. Karena itu kehadiran Jessica dan Roy sangat berarti baginya. Bagi Hyun Ji, mereka berdua bukan hanya teman ataupun sahabat, tapi ia sudah menganggap mereka berdua sebai keluarganya sendiri. Mereka berdualah yang menemani hari-har Hyun Ji.
Jessica hanya diam juga dalam lamunannya. Ia juga tak tega meninggalkan Hyun Ji dalam kondisi seperti ini. Ia merentangkan kedua tangannya dan memeluk Hyun Ji dengan sayang. Ia menepuk-nepuk pundak Hyun Ji agar sahabatnya itu meluapkan tangisannya. Jessica juga ikut menangis.
“Tenanglah.. Kau tidak akan sendiri…”Kata Roy di sela-sela tangisan kedua wanita yang ia sayangi, lalu ia menatap ke arah pintu yang terbuka. Di sana berdiri seorang pria tampan yang bersender di sisi pintu. Pria itu sedang melipat kedua tangannya di dadanya, sambil menatap Hyun Ji dan Jessica yang sedang menangis di ranjang, “Aku sudah membawa penggantiku…”
“Pengganti?”Gumam Hyun Ji sambil mengusap air matanya.
Jessica mengangguk, ia juga mulai mengusap air matanya sendiri, “Neh..”Lalu ia melanjutkan, “Dia teman baiknya Roy dulu saat di Amerika. Nanti dia yang akan menggantikan Roy untuk merawatmu..”
“Nuguya?”
“Namanya Aiden Lee. Ia baru pulang 2 bulan dari Amerika 2 bulan yang lalu… Orangnya baik dan sabar. Dia sebenarnya spealis pediatrik, tapi Roy secara khusus juga memintanya untuk menjagamu dan menemanimu dalam perawatan rutin…”Jessica trsenyum saat melihat Aiden yang mulai melangkah maju ke arahnya dan Hyun Jiyang masih duduk di ranjang.
“Nuguya?”Pekik Hyun Ji sedikit kencang. Ia ingin memastikan kalau pendengarannya salah saat mendengar nama yang diucapkan oleh Jessica.
“Aiden Lee. Dia adalah pria yang menolongmu waktu di pesta kemarin..” Roy kini yang menjawab pertanyaan Hyun Ji.
Tubuh Hyun Ji terasa dingin oleh keringat saat ia mendengar nama yang paling ia takutkan. Dia kembali merasakan dorongan untuk berlari ataupun berteriak. Namun kali ini ia sanggup menahan diri, ia tak mau membuat kedua sahabatnya khawatir.
Jantung Hyun Ji mulai berdegup kencang saat mendengar langkah kaki yang seseorang yang mendekat ke arahnya. Indera penciumannya bisa mencium dengan jelas wangi tubuh pria yang ia kenali itu. Wangi yang dulu begitu ia sukai.
Tidak… Jangan…Kumohon jangan mendekat.
Nafas Hyun Ji terasa tercekat saat ia merasakan hawa tubuh yang kini ada di sampingnya. Suara langkah kaki yang terakhir ia dengar sudah menandakan bahwa pria yang amat ia rindukan itu sudah berdiri di sampingnya. Ia berusaha tersenyum, namun tak sanggup. Bibirnya dan seluruh tubuhnya sudah terlalu kaku untuk digerakkan. Ia bahkan menggigit bibirnya sendiri untuk mengusir rasa gugupnya.
“Annyeonghasaeyo,namaku Aiden Lee. Senang bertemu denganmu!”Aiden mengulurkan kedua tangannya dan tersenyum dengan lebar. Agaknya Aiden tak ingin Jessica dan Roy mengetahui kisah masa lalunya dengan Hyun Ji.
Hyun Ji hanya diam. Ia ingin membalas perkataan Hyun Ji, namun tubuhnya terasa kaku. Tiba-tiba saja tangan itu terangkat oleh bantuan Jessica yang membuat tangan kanannya bersentuhan dengan Aiden,
“Mianhae.. Hyun Ji tak tahu jika kau ingin bersalaman dengannya..”
Jessica seakan menyadari reaksi Hyun Ji yang terlihat gugup, ia menepuk pundak Hyun Ji pelan dan berbisik di telinganya, “Kau kenapa? Tersenyumlah padanya dan katakan sesuatu…”
Ia terdiam sejenak dan memikirkan perkataan Jessica. Seandainya Jessica tahu apa yang Aiden lakukan padanya, mungkin Jessica tidak akan membawa Aiden kemari dan menjadikannya sebagai dokter pribadinya. Yah.. Sayangnya Jessica tidak pernah tahu dan tidak akan pernah tahu. Karena ia sudah menutup semuanya 3 tahun lalu.. Semuanya tentang mereka berdua.
Ia menghela nafas panjang, lalu mengulaskan senyuman hangatnya, “Annyeonghasaeyo.. Aku Hyun Ji. Senang bertemu dengan Anda.”
“Kau tidak akan menyesal mengenal Aiden”Bisik Jessica, “Ah! Satu lagi dia sangat tampan… Yah, walupun lebih tampan Roy dari padanya.. Tapi, ia tak kalah juga…”Lanjutnya lagi sambil terkekeh kecil.
Kau salah Jessica.… Aku menyesal mengenalnya.. Sangat menyesal…
Malam ini suasana kota Seoul yang biasanya begitu sibuk tampak sepi. Mobil-mobil dan motor-motor yang biasanya berseliweran di jalanan tampak berkurang. Tak banyak juga orang-orang yang berjalan di pinggir jalan. Dagangan yang biasanya tampak ramai di malam hari pun kini tak ada.Langit Seoulberwarna begitu kelabu. Hujan yang turun semenjak pagi tak kunjung berhenti. Tetesan-tesan hujan yang begitu deras menyapu debu di jalanan Apgujeong- dong. Sebuah mobil BMW putih dengan pelan bergerak menepi di sisi jalanan yang sepi, tepat di seberang sebuah toko kecil yang ada pinggir jalan.Sesosok wanita yang semenjak tadi duduk di mobil, hanya diam dan melempar pandangannya ke seberang jalan. Ia menatap sebuah gereja tua yang bergaya eropa itu dengan sedih. Wajahnya yang tampak sembab tak juga membuatnya berhenti menangis. Sebenarnya ia sudah lelah, tapi sayangnya air mata yang tak ia inginkan ini tak juga kunjung berhenti mengeluarkan air mata
3 YEARS LATERMatahari yang bersinar begitu terik disertai dengan langit biru menghiasi langit kota Seoul. Burung-burung yang berterbangan kesana kemari, pohon-pohon hijau, bunga-bunga bermacam warna tampak menghiasi musim semi tahun ini. Sejenak Aiden termenung dari balik kaca mobilnya. Musim semi telah datang lagi. Dan, itu artinya sudah 3 tahun ia terakhir kali bertemu dengan sosok Hyun Ji. Saat terakhir kali ia membisikkan kata cinta di teliga wanita itu. Kata cinta yang tak akan pernah ia ucapkan di hadapan siapapun selain Hyun Ji.Ia menghentikan mobilnya sejenak dan membuka jendela mobilnya. Ia melempar pandangannya kearah dasbor mobilnya. Di sana terdapat sebuah berkas file yang 2 tahun lalu ia tanda tangani. Sebuah berkas yang menandakan bahwa pernikahannya yang tak pernah ia inginkan itu telah berakhir. Pernikahan yang hanya di dasari oleh keinginan ayahnya yang kini telah tiada.Ia menghela nafasnya sejenak. Sekilas
Gelap. Hanya itu yang dilihat Hyun Ji saat ia membuka kedua matanya. Tidak ada lagi bunga-bunga bermekaran ataupun pohon-pohon hijau yang bisa ia lihat. Tidak ada lagi burung-burung yang berterbangan dengan aktifnya di musim semi yang bisa ia pandangi di atas langit. Tidak ada lagi, satu objek pun yang bisa ia lihat. Ia bahkan tidak melihat atau bahkan dapat sekedar merasakan bayangan atau cahaya apapun yang masuk ke dalam retina matanya.Ini memang bukan pertama kalinya ia merasakan seperti gelap seperti ini. Namun, terkadang ia berharap ia hanya bermimpi. Ia seringkali menutup kedua matanya rapat-rapat dan berdoa dalam hatinya dengan sungguh-sungguh agar ketakutan terbesarnya tidak terbukti. Ia berharap setelah ia membuka matanya kembali semuanya kembali seperti biasa. Ia akan melihat cahaya-cahaya di luar sana yang amat dirindukannya.Dan, kegelapan tadi hanyalah mimpi bunga tidurnya.Namun itu tidak akan pernah terjadi. Cahaya yang hilang di kedua matanya yang canti
3 Tahun yang lalu“Aiden, kau harus menikan dengan Ji Yeon. Appa tidak mau dengar alasan apapun!”“Geundae.. Appa tahukan aku dan Hyun Ji telah bertunangan?”“Appa tahu. Geundae, kau juga tahu kan kalau saat ini perusahaan sedang krisis. Apa kau mau perusahaan yang ayah bangun selama ini hancur hanya karena Hyun Ji?”“Tapi Appa.. Aku..”“Aiden Lee. Kau adalah anak tunggal keluarga Lee. Siapa lagi yang Appa bisa harapkan selain kamu. Selama ini Appa tidak pernah memaksakan kehendak Appa. Bahkan Appa membiarkan kamu menjadi dokter. Apa kau tak bisa melakukan ini untuk Appa sekali ini?”“Geundae..”“Aiden. Appa tahu kau tidak mencintai Ji Yeon, tapi Ji Yeon menyukaimu. Belajarlah mencintainya.. Appa yakin kau bisa.. Appa mohon…”“Geundae.. Aku tidak mungkin mel
3 Tahun yang lalu“Hyun Ji-ah... Aku rasa hubungan kita tidak bisa diteruskan..”“Maksud Oppa apa? Oppa bercanda kan?”“Ani.. Aku serius. Aku sudah bilang kepada kedua orang tuaku dan orang tuamu untuk membatalkan pernikahan kita…”“Oppa… Apa maksudmu? Aku tidak mengerti…”“Kau bukan anak kecil. Kau pasti mengerti maksudku kan? Kita putus.”“Kita? Putus? Oppa pasti bercanda… Apa yang terjadi sebenarnya? Aku mohon jangan membuatku takut…”Hyun Jiterbangun dengan nafas yang tidak teratur. Dadanya terasa begitu sakit. Matanya yang indah memandang langit-langit kamar yang diterangi oleh lampu. Namun, gelap yang dilihatnya.. Seterang apapun ruangan itu tidak bisa menimbulkan seberkas cahayapun di matanya.Dengan cepat ia duduk di atas ranjang
3 Tahun yang lalu“Aiden, kau harus menikan dengan Ji Yeon. Appa tidak mau dengar alasan apapun!”“Geundae.. Appa tahukan aku dan Hyun Ji telah bertunangan?”“Appa tahu. Geundae, kau juga tahu kan kalau saat ini perusahaan sedang krisis. Apa kau mau perusahaan yang ayah bangun selama ini hancur hanya karena Hyun Ji?”“Tapi Appa.. Aku..”“Aiden Lee. Kau adalah anak tunggal keluarga Lee. Siapa lagi yang Appa bisa harapkan selain kamu. Selama ini Appa tidak pernah memaksakan kehendak Appa. Bahkan Appa membiarkan kamu menjadi dokter. Apa kau tak bisa melakukan ini untuk Appa sekali ini?”“Geundae..”“Aiden. Appa tahu kau tidak mencintai Ji Yeon, tapi Ji Yeon menyukaimu. Belajarlah mencintainya.. Appa yakin kau bisa.. Appa mohon…”“Geundae.. Aku tidak mungkin mel
Gelap. Hanya itu yang dilihat Hyun Ji saat ia membuka kedua matanya. Tidak ada lagi bunga-bunga bermekaran ataupun pohon-pohon hijau yang bisa ia lihat. Tidak ada lagi burung-burung yang berterbangan dengan aktifnya di musim semi yang bisa ia pandangi di atas langit. Tidak ada lagi, satu objek pun yang bisa ia lihat. Ia bahkan tidak melihat atau bahkan dapat sekedar merasakan bayangan atau cahaya apapun yang masuk ke dalam retina matanya.Ini memang bukan pertama kalinya ia merasakan seperti gelap seperti ini. Namun, terkadang ia berharap ia hanya bermimpi. Ia seringkali menutup kedua matanya rapat-rapat dan berdoa dalam hatinya dengan sungguh-sungguh agar ketakutan terbesarnya tidak terbukti. Ia berharap setelah ia membuka matanya kembali semuanya kembali seperti biasa. Ia akan melihat cahaya-cahaya di luar sana yang amat dirindukannya.Dan, kegelapan tadi hanyalah mimpi bunga tidurnya.Namun itu tidak akan pernah terjadi. Cahaya yang hilang di kedua matanya yang canti
3 YEARS LATERMatahari yang bersinar begitu terik disertai dengan langit biru menghiasi langit kota Seoul. Burung-burung yang berterbangan kesana kemari, pohon-pohon hijau, bunga-bunga bermacam warna tampak menghiasi musim semi tahun ini. Sejenak Aiden termenung dari balik kaca mobilnya. Musim semi telah datang lagi. Dan, itu artinya sudah 3 tahun ia terakhir kali bertemu dengan sosok Hyun Ji. Saat terakhir kali ia membisikkan kata cinta di teliga wanita itu. Kata cinta yang tak akan pernah ia ucapkan di hadapan siapapun selain Hyun Ji.Ia menghentikan mobilnya sejenak dan membuka jendela mobilnya. Ia melempar pandangannya kearah dasbor mobilnya. Di sana terdapat sebuah berkas file yang 2 tahun lalu ia tanda tangani. Sebuah berkas yang menandakan bahwa pernikahannya yang tak pernah ia inginkan itu telah berakhir. Pernikahan yang hanya di dasari oleh keinginan ayahnya yang kini telah tiada.Ia menghela nafasnya sejenak. Sekilas
Malam ini suasana kota Seoul yang biasanya begitu sibuk tampak sepi. Mobil-mobil dan motor-motor yang biasanya berseliweran di jalanan tampak berkurang. Tak banyak juga orang-orang yang berjalan di pinggir jalan. Dagangan yang biasanya tampak ramai di malam hari pun kini tak ada.Langit Seoulberwarna begitu kelabu. Hujan yang turun semenjak pagi tak kunjung berhenti. Tetesan-tesan hujan yang begitu deras menyapu debu di jalanan Apgujeong- dong. Sebuah mobil BMW putih dengan pelan bergerak menepi di sisi jalanan yang sepi, tepat di seberang sebuah toko kecil yang ada pinggir jalan.Sesosok wanita yang semenjak tadi duduk di mobil, hanya diam dan melempar pandangannya ke seberang jalan. Ia menatap sebuah gereja tua yang bergaya eropa itu dengan sedih. Wajahnya yang tampak sembab tak juga membuatnya berhenti menangis. Sebenarnya ia sudah lelah, tapi sayangnya air mata yang tak ia inginkan ini tak juga kunjung berhenti mengeluarkan air mata