Share

part 59 cemburu

Penulis: Asnafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-21 12:21:36

Setelah meluapkan sebagian emosi, Max tengah memperhatikan satu mobil hitam dari celah jendela, Moa dan Lin tampak berbincang sejenak sebelum mobil tersebut kembali pergi tanpa menginjakan kaki di Vila ini.

Max bersandar pada dinding. Helaan nafas yang terdengar berat berembus pelan. Tangannya yang kuat mengepal erat, mencerminkan kemarahan yang masih tersisa. Dia mengusap darah di bibir dengan tangan kiri yang selalu terpasang cincin berwarna perak di sana.

"Perceraian ya."

...

Esok menjemput, sejak pertemuan singkat kemarin tak sekalipun Max menampakkan batang hidungnya kembali, dan saat ini tepat pukul satu siang, Vivian baru selesai membersihkan diri.

Saat pintu kamar mandi terbuka, Vivian langsung dikejutkan dengan kehadiran suaminya yang tengah duduk ditepi ranjang. Disampingnya terlihat gaun berwarna merah marun tersimpan rapi bersama dengan sepasang tuxedo senada.

"Pakai ini," titah Max jelas.

Dengan langkah pasti Vivian membawa gaun tersebut, sembari sesekali menatap suamin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Derita Pernikahan Paksa   part 60 hilangnya kehormatan

    Saat mereka tiba di Vila, Max membuka pintu dengan gerakan cepat dan tegas. Melepas emosi yang diredam selama perjalanan.Dengan sorot mata yang tajam dan penuh otoritas, dia memberikan perintah, "Keluarlah."Disisi lain Vivian tampak enggan untuk menuruti perintah. Ada firasat buruk yang tiba-tiba muncul dalam hatinya, membuatnya merasa tidak nyaman."Kau duluan saja, nanti aku menyusul," ujarnya, menghindari tatapan mata biru Max yang terus menusuknya.Sejak dua hari yang lalu, kesabaran Max telah dipacu. Penolakan, kebencian, dan rasa sakit yang mengganggu semakin membesar dalam dirinya, dan hari ini, satu penolakan lagi berhasil dia dengar dengan sangat jelas, memicu kemarahan yang tak mampu lagi diberi sabar.Tanpa memberikan aba-aba, Max dengan kasar mengangkat Vivian dengan pangkuan ala fireman's carry. "Hey kau! Lepaskan aku!" Vivian terkejut lalu meronta untuk segera diturunkan.Beberapa pelayan tampak terkejut melihat kedatangan tuan dan nona muda mereka, namun segera fokus

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Derita Pernikahan Paksa   part 61 kau milikku sayang

    Diruang hening, Vivian terbangun di ranjang untuk pertama kalinya. Dia dapat merasakan tubuh yang tak berbalut sehelai kain tertelungkup dibalik selimut putih. Netra yang terbuka langsung disuguhkan pemandangan pria di sisinya. Kelelahan, Max terlihat seperti itu membuat Vivian merasa marah secara tiba-tiba. "Dia telah mengambil semuanya, kebahagiaanku, kehormatanku, semuanya tak tersisa." Vivian membatin. Wanita itu berbalik membelakangi. Dia teringat River, sang kekasih yang sangat dia cintai. Disaat itu pula tanpa rencana tetesan demi tetesan keluar dari pelupuk mata, merasa berdosa dengan apa yang telah dia lakukan semalam kemarin. Mendengar suara yang mengganggu telinga, pada akhirnya Max terbangun. Punggung indah penuh cupang terlihat jelas dari belakang. Saat dia hendak memeluk tubuh istrinya, Max terhenti kala menyadari Vivian tengah menangis tersedu-sedu. Dengan perasaan kesal, Max membuka selimut lalu berjalan menuju toilet tanpa sehelai kain apapun. Menyadari Max pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Derita Pernikahan Paksa   part 62 candu

    Secepat kilat Max menarik selimut dari tubuh sang istri. "Max!" Vivian berteriak, lalu segera menyilangkan tangan untuk menutupi tubuhnya yang tak berbalut apapun. Max termenung, begitu indah dan menawan, maha karya luar biasa yang bisa pria itu saksikan. "JANGAN MENDEKAT!!" Max tak teralihkan. Bola matanya berbinar saat melihat Vivian begitu cantik dan menggoda. "Max, JANGAN!" cegahnya lagi. Pria itu tak bisa mengendalikan diri, candu dan candu pikirannya terus berfikir demikian. Pengalaman pertama yang luar biasa, berhasil mereka rasakan kemarin malam, dan hari ini melihat Vivian didepannya, Max menginginkannya kembali. Rasa berdebar, dan kenikmatan tiada tara dia ingin merasakannya kembali. "Max, kumohon jangan seperti ini, aku salah, aku salah, tolong lepaskan aku." Vivian telah merendahkan diri serendah-rendahnya, namun Max seolah tak bisa mendengar. Pria itu tanpa aba-aba langsung menyerbu bibir ranum sang istri, memangutnya sampai Vivian kewalahan menghimpit tembok. "H

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Derita Pernikahan Paksa   part 63 putus asa

    Sinar matahari menembus jendela, mengisi ruangan dengan cahaya hangat, namun bagi Vivian, cahaya itu hanyalah pengingat pedih bahwa sejak aksi pengurungan paksa, tak pernah ada lagi kebebasan untuknya. Suara kicauan burung, tarian bunga-bunga, semua keindahan itu seketika direnggut paksa dari kehidupannya. "Kapan ini akan berakhir?" Dada kembali terasa sakit, rasa takut dan marah bercampur aduk. Bagaimana jika Max memiliki obsesi berlebih terhadapnya? Jangankan membayangkan bebas, untuk sekadar melihat bukunya saja rasanya akan sangat sulit. Rasa takut semakin menggema di hati. Vivian benar-benar mengingat wajah Max saat itu, dengan wajahnya yang memaksa dan penuh penolakan serta kekangan, tampak seperti orang gila yang tak mampu berfikir. Vivian benar-benar takut. "Ini hanya sementara kan? Tidak mungkin dia melakukan ini untuk selamanya." Sambil menatap sinar matahari dari jendela, Vivian meratapi nasib. Kehormatannya telah hilang, kebahagiannya telah hilang, cintanya pun ikut

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Derita Pernikahan Paksa   part 64 jangan tinggalkan aku

    Srk..srk... Suara langkah kaki, menapak diatas dedaunan kering. Satu bulan telah berlalu dan kini pria berseragam dengan senjata khasnya hanya bisa menghela nafas putus asa menanti sang kekasih yang tak kunjung datang lagi. "Jika hari ini aku tidak menemukanmu lagi, hari ini juga akan kutanyakan pada orang-orang di Vila itu." River berencana. Dedaunan terus mengeluarkan bunyi seiring langkah berlalu, dan tiba-tiba dengan pandangan lesu, terlihat seorang wanita duduk meringkuk sembari memeluk kedua lutut, sendirian di tempat paling indah baginya. "Vivi?" panggil River dengan mata membulat. Wanita tersebut menoleh, menampakkan wajah sembab yang menyedihkan. "River..." Vivian tak kuat menahan tangis, melihat sosok paling dia rindukan selama ini kini berada dihadapan matanya dengan nyata. Secepat mungkin River memeluk wanita itu, mendekapnya dengan sungguh-sungguh. "Ku kira tak akan bertemu lagi denganmu, aku sangat khawatir." Sementara itu Vivian mengeratkan pelukan, me

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Derita Pernikahan Paksa   part 65 ancaman

    "Memangnya aku bisa pergi dari sini?" Vivian menjawab dengan acuh. Dengan langkah cepat Max mendekati wanita itu, sembari mencengkram kedua tangannya dengan kasar. "Kau pura-pura bodoh atau bagaimana hah?" Max mendekatkan diri dengan Vivian, bola matanya bahkan terlihat seperti mengeluarkan cahaya merah seperti iblis. Secepat mungkin Vivian mendorong tubuh suaminya menjauh. "Lagi-lagi kau seperti ini, bisakah kau memperbaiki perilakumu mendekat secara tiba-tiba!" Manik coklat yang kerap bersinar kini berbalik arah, enggan melihat Max dalam pandangannya. "Pergilah, aku sedang tidak ingin melihatmu." Wanita itu kembali menatap jendela dengan kedua tangan dilipat. Tangan Max perlahan mengepal. Untuk yang kesekian kalinya lagi telinga ini mendengar penolakan dengan sangat jelas. Perlahan tangan pria tampan tersebut mengepal bahkan membuat sekujur tubuhnya mematung ditempat. "Ah...rupanya kau masih tidak ingin memberitahuku. Baiklah biar pelayan kesayanganmu saja yang akan merasaka

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Derita Pernikahan Paksa   part 66 obat

    "Ya cukup begini saja, dia tak akan membenciku hanya karena ini kan?" Vivian baru saja terbangun setelah menghabiskan malam penuh hasrat. Di ruang kamar yang terasa bisu, dilihatnya Max sudah pergi, meninggalkan tumpukan seprai kusut disampingnya. "Sudah pakaian keberapa ini?" Vivian terbangun sambil menjumput dress yang kemarin dia kenakan, tampak koyak tak layak pakai. Selimut yang melekat ditubuhnya tampak begitu hangat dan nyaman, namun berlainan dengan isi pikiran, Vivian merasakan kekhawatiran yang menakutkan. Dia pegang perut yang tak berbalut apapun, tampak khawatir dengan kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya. "Jangan sampai aku mengandung, aku harus segera mencegahnya." Setelah yakin bahwa Max tak ada di ruangan yang sama, segera selimut yang melekat dilepas diganti dengan kaos besar yang tersimpan banyak di lemari. Untuk pertama kalinya Vivian berani memakai pakaian pria, terlebih pakaian tersebut adalah milik Max-suaminya. "Dari pada tak memakai apapun, lebih

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Derita Pernikahan Paksa   part 67 pertemuan tak terduga

    "Sini," pinta Max lalu mengangkat tubuhnya sampai terduduk diatas kasur. Saat surat telah berpindah tangan, Max dengan teliti membaca isi didalamnya. Paham dengan isi surat tersebut lantas Max segera menyimpan surat dalam laci. Bagai kilat, tanpa sedikitpun aba-aba Max langsung menarik tangan kanan Vivian sampai wanita itu duduk di pangkuannya. "Diamlah." Sedari tadi Max telah menahan diri, dan kini saat bibir sang istri nampak nyata didepan mata, tak ada penghalang lagi, Max mencium bibir ranum yang menyilaukan pagi ini seolah terus melambai meminta dikecup berkali-kali. "Hosh..." "Hosh..." Sejenak ciuman panas tersebut terhenti. Max dengan senyum menggoda menarik pinggang Vivian agar menempel sempurna dengannya. "Besok kamu tetaplah disini, jangan keluar selangkahpun mengerti?" Walaupun tak mendapat balasan, Max sudah menyimpulkan jawaban sang istri. Dia mencium bibir Vivian kembali memangutnya lebih ganas lagi. Pagi itu berlangsung panas hingga pagi datang lagi barulah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13

Bab terbaru

  • Derita Pernikahan Paksa   part 87 maafkan papa (END SEASON)

    Sorot mata kosong kerap terlihat. Tubuhnya bersandar pada tembok, sangat putus asa seperti tak memiliki harapan untuk hidup. "Max jangan begini lagi, tolong demi mama, mama tak bisa hidup jika kau pergi juga." Seolah tak bisa mendengar, Max memejamkan mata. Waktu terasa lama sekali, telinganya tak ingin mendengar apapun, hanya ingin menghilang dan menghilang begitulah pikirnya. Justin yang melihat kejadian itu hanya bisa mematung terkejut. Rasanya seperti mendengar kabar kematian River dahulu, seketika membuat ujung kaki sampai ujung kepala dibuat lemas karenanya. "Jangan sampai, dia ikut pergi juga." Justin segera memanggil beberapa pelayan, dan begitu mereka datang "Bersihkan seluruh benda tajam dikamar ini termasuk benda yang mudah pecah, jangan ada yang tersisa!" Justin langsung pergi menuju ruang tamu, dia merebahkan diri sambil berusaha mengangkat ponsel yang terus menerus mengeluarkan nada pesan. "Haa... Dasar anj***," pekik Justin saat beratus pesan muncul setelah mereba

  • Derita Pernikahan Paksa   part 86 putus asa

    Dua hari telah berlalu sejak kepergian sang istri. Sejak itu pula Max tidak pernah menunjukan diri, dia tetap berada di ruang kamar sembari menanti kedatangan Vivian setiap hari. Dalam sunyi, Max memandang foto satu-satunya bersama sang istri. Senyum cantik yang terukir indah itu dia elus dengan lembut. "An... Apakah kau marah? Aku menunggumu sejak kemarin, apakah kau tidak ingin menemui ku lagi?" "Siapa yang perlu ku bunuh agar kau kembali, siapa yang harus ku marahi agar kau senang, tolong beritahu aku agar aku bisa melakukannya untukmu." Dengan pandangan kosong Max tersenyum gila, dan disaat itu tiba-tiba... Cklek... Seorang pria datang dengan nampan berisi makanan. "Max, makanlah kau belum makan apapun sejak kemarin." Justin menyimpan nampan diatas meja sementara Max tak bergerak seolah tak merasakan kehadiran siapapun. Justin melihat setiap sudut kamar yang dipenuhi pecahan kaca dan benda hias lainnya. Padahal baru saja kemarin para pelayan membersihkan kekacauan yang dibu

  • Derita Pernikahan Paksa   part 85 hanya agar dia bahagia

    Dibelahan tempat lain, semua prajurit telah berbaris rapi. Tegap sempurna mendengarkan komando dengan seksama. "Tim satu, persiapkan dari arah Utara. Tim dua awasi dari selatan, dan yang lainnya dengarkan perintah dari komandan mengerti!" "Siap mengerti!" Serentak seluruh prajurit berhamburan, memposisikan diri sesuai arahan. River yang berada di Tim satu segera mengikuti komandan menuju tempat persembunyian di bagian utara. Arah utara merupakan tempat diduganya penyelundupan dan sindikat obat-obatan terlarang berkumpul, maka dari itu jumlah prajurit dikerahkan dalam jumlah banyak dengan para prajurit terpilih saja yang di utus. Begitu sampai, River dan tim satu memposisikan diri. Rencana yang telah dibuat sematang mungkin dijalankan dengan hati-hati. Target mendekat, senapan diangkat dengan pandangan fokus memantau target. "Sekarang!" DOR! DOR! DOR! Penyerangan dilakukan serentak pada beberapa target. Secepat mungkin setelah itu muncul kawan lainnya menyerang dengan membab

  • Derita Pernikahan Paksa   part 84 kembalilah

    Mata berkaca-kaca terlihat tertuju pada wanita di sisinya.“Max,” panggil Vivian.Kata tersebut sangat jernih terdengar hingga rasa haru langsung menembus kalbu hanya dari lantunan suara lembut tersebut. Tangan nan lemah sang istri Max pegang erat, sementara kedua malaikat kecilnya tersimpan di dada sang ibu.Disaat itu anggota keluarga diperbolehkan masuk. Senyum lemah terukir indah dengan susah payah, setelah perjuangan menyelamatkan dua buah hati, dan di saat itu pula sebagaimana rencananya, tugas wanita cantik itu telah selesai. Perlahan Vivian menoleh memberikan seucap kata untuk pria di sampingnya.“Tolong jaga anak kita ya,” ucapnya dengan susah payah dan dibalas dengan genggaman erat penuh keyakinan.“Pasti, aku akan selalu menjaganya.” Haru tak bisa Max bendung lagi, tangis bayi telah meluluhkan hati Max yang teramat keras.Dengan pelan dia mengelus kepala anak-anaknya yang masih merah dan belum bisa membuka mata. Kelahiran mereka benar-benar memberikan kabar bahagia, semua o

  • Derita Pernikahan Paksa   part 83 persalinan

    Sudah genap sembilan bulan dua bayi kembar dikandungnya. Vivian terbaring di ranjang, tubuhnya tertutup selimut, matanya menutup untuk sejenak mengistirahatkan diri.Disamping itu, Max menyiapkan koper dan segala keperluan persalinan bersama Sophie dan Evelyn."Selesai," ucap Sophie sembari menepuk-nepuk tangannya selesai berkemas."Sekarang kita berangkat," lanjut Sophie.Saat Max melihat istrinya tertidur dengan tenang, dia langsung berkata. "Mama boleh pergi dulu membawa barang-barang, aku akan pergi bersama istriku nanti."Sekilas Evelyn dan Sophie melihat Vivian di ranjang sana."Ah baiklah, kami pergi dulu kalau begitu, hati-hati saat pergi nanti ya." Pelayan yang telah sedia didepan pintu untuk membawa barang-barang langsung bergegas menjalankan tugas.Disamping itu Evelyn tak melepas pandangan dari putrinya."Max bagaimana kalau Mama ikut dengan kalian saja nanti?" tawar Evelyn tak tega membiarkan Vivian bersama suaminya berdua.Begitu tawaran itu terdengar, suara dari ranjang

  • Derita Pernikahan Paksa   part 82 bingkai foto

    Usai menghadiri acara penghargaan, Justin menepuk pundak Max berkali-kali setelah Max meraih tropi sebagai most attention received actors of the year pada tahun ini. "Sudah kuduga kau pasti akan mendapatkannya," ucap Justin bangga. "Malam ini sutradara Wang mengajakmu untuk merayakan kemenangan ini, kau akan akan hadir kan?" Justin bertanya sambil terus melangkah menuju parkiran. Piala dengan ukiran bintang cemerlang itu Max tatap sejenak. "Max, kau akan datang kan?" tanya Justin lagi saat Max tak memberi balasan. "Tidak, aku akan pulang saja." Max segera membuka pintu, namun sebelum benar-benar masuk Justin terdengar menyela. "Max, tapi sutradara memintaku..." "Tolong wakilkan aku." Setelah mengucap kalimat terakhir Max mengambil alih kunci mobil dan segera tancap gas meninggalkan Justin sendiri ditempat. "Hah..." Justin mematung ditempat. ... Sunyi menyertai pagi, dengan perut yang semakin membesar Vivian pandang foto satu-satunya bersama kedua keluarga dengan pihak suami.

  • Derita Pernikahan Paksa   part 81 pemeriksaan terkahir

    Tak...tak... Suara langkah kaki begitu jelas memecah hening. Begitu terlihat tas yang tak asing lagi tergeletak di dekat pohon. Dengan cepat pria itu meraih benda tersebut lalu melihat isi di dalamnya. Ketika lembaran kertas terlihat, tangannya yang besar langsung membuka isi kertas tersebut. Pelan namun pasti rangkaian kata berhasil dibaca. Kalimat indah yang disajikan dengan begitu rapi telah berhasil membuatnya menarik nafas sangat dalam. "Haa...pada akhirnya apa yang ku khawatirkan selama ini ternyata tetap terjadi." ... Sementara itu, di Vila Max sedang duduk di sofa ruang tamu, saat Vivian dan Moa memasuki ruangan, terlihat wanita cantik itu menutupi wajah dengan rambutnya menyembunyikan mata sembab akibat menangis sepanjang tadi. "Kemarilah," pinta Max agar duduk di dekatnya. Vivian lalu duduk dan otomatis Moa undur diri setelah melihat tatapan Max yang dingin padanya. "Besok adalah hari pemeriksaan terakhir kandunganmu, sepertinya aku tidak akan bisa mengantarmu, ada

  • Derita Pernikahan Paksa   part 80 surat

    Di klinik kandungan, Vivian dibaringkan untuk melakukan USG melihat jenis kelamin buah hati mereka. "Selamat sepertinya anda berdua dikaruniai buah hati kembar," ucap dokter Oliv terlihat senang. Max fokus melihat gambar dalam layar, terlihat dua bayi tengah meringkuk disana. "Bagaimana dengan jenis kelaminnya?" tanya Max penasaran. "Sebentar, saya akan lihat." Dokter segera memerhatikan lagi. "Sepertinya anak anda laki-laki dan perempuan, anda bisa melihat di gambar ini." Dokter menunjuk letak gambar kelamin bayi. Max menarik nafas pelan. Tak bisa di tutupi hadirnya dua buah hati telah membuatnya teramat senang. "Kedua bayinya sehat kan?" tanya Max lagi. "Alhamdulillah dari hasil USG tak ada kecacatan sedikitpun." Max lalu melirik istrinya, bibirnya seakan ingin mengucapkan kalimat sakral yang mungkin akan mengubah kehidupan mereka, namun sayangnya ego yang besar telah meredam keinginan tersebut jauh dalam dalam, hingga Max hanya bisa memegang tangan Vivian erat-erat, tanp

  • Derita Pernikahan Paksa   part 79 secangkir kopi

    Tanpa terasa langit telah berubah warna, Vivian telah kembali menuju Vila. Langkah lemah menapak menyingkap rerumputan taman yang panjang, dan begitu pandangannya terangkat, disana sosok Max telah berdiri, dia lihat mata biru itu tengah memperhatikan dengan pandangan tak senang. "Kau darimana saja?" Vivian membalas dengan senyuman yang sangat indah, angin yang sengaja bertiup juga semakin mempercantik wajahnya. "Aku melepasnya, seperti keinginanmu aku telah memutuskannya," jawab Vivian dengan mata berkaca-kaca, menahan tangis yang terus bergejolak di dada. Vivian menurunkan pandangan. "Akan tetapi dia belum sepenuhnya melepas ku, jadi tolong biarkan aku membujuknya agar dia tidak menganggu ku lagi." Max tak bisa menjawab, melihat mata coklat bersinar hanya bisa membuatnya diam. "Jika kau memberiku izin, akan ku pastikan sebelum anak ini lahir aku akan meninggalkan dia sepenuhnya, bagaimana bisakah kau mewujudkan permintaanku?" "Baiklah, namun aku akan mengantarmu saat menemui

DMCA.com Protection Status