Heru diam mendengar pertanyaan Iswandi keringatnya mulai bercucuran. Berulangkali Heru mengusap keringatnya. Dirinya tidak mengerti dengan semua pertanyaan yang dilemparkan untuknya. "Saya, saya tidak memberikan Lala uang."
"Mengapa tidak?" Tanya Iswandi.
"Karena saya memiliki 4 orang anak yang masih bersekolah, dan membutuhkan biaya yang cukup besar." Heru berkata dengan bibir bergetar.
Iswandi mengerutkan keningnya ketika mendengar jawaban dari Heru. "4 orang anak." Iswandi mengangkat empat jarinya.
"Iya 4 orang anak."
"Apa pak Heru punya 4 orang anak?" Iswandi kembali mengulang pertanyaannya.
Heru diam. "5 masuk Lala."
"Kenapa pak Heru hanya mengatakan 4, apa pak Heru tidak menganggap Lala itu putri pak Heru. Padahal pak Heru selalu meminta uang kepadanya."
Heru diam tanpa bisa untuk menjawab.
"Saya paham, mungkin karena Lala itu lama tidak pulang, jadi sudah terasa tidak jadi anak lagi, seperti itu kira-kira ya
Sejak tadi Lala ingin menghubungi Iswandi, namun ia terpaksa membatalkan niatnya, mengingat pesan yang dikirimkan Iswandi untuknya, pria itu mengatakan bahwa hari ini sangat sibuk dan akan menghubunginya bila sudah tidak sibuk."Padahal baru saja pergi semalam, tapi sekarang rasanya sudah rindu sekali." Lala memajukan bibirnya kedepan. Menonton televisi merupakan salah satu cara untuk mengusir kerinduannya. Namun ia tetap memandang ponselnya setiap saat, melihat apakah ada pesan masuk dari calon suaminya.Lala begitu senang ketika mendengar dering di ponselnya, dengan sangat cepat ia menjangkau ponselnya yang tidak jauh dari tempat dirinya berbaring saat ini. Lala melihat panggilan masuk yang ternyata dari papanya. Biasanya papanya akan menghubunginya bila membutuhkan uang. Lala diam beberapa saat sebelum mengangkat sambungan telepon tersebut. Bagaimana bila papanya minta kirimkan uang lagi, padahal dirinya baru saja mengirimkan uang, dan Lala sangat tidak enak bila me
"Iya kapan sih anak bayi ini bisa diajak cerita?" tanya Arga. Selama dua hari ini, Arga memperhatikan putranya hanya tidur saja dan bangun pun paling hanya sebentar untuk menyusu, setelah itu tidur lagi."Dira juga nggak tahu by." Nadira tersenyum."Apa semua anak bayi memang seperti ini ya?" Arga bertanya sambil memandang bayi yang di tangan istrinya."Mungkin juga," jawab Nadira. "Sakit By, tempat tidurnya jangan gerak." Nadira meringis menahan rasa sakit ketika Arga duduk di tepi tempat tidur. Perutnya terasa begitu amat sakit, ketika spring bed bergeser sedikit saja."Maaf sayang, hubby lupa." Arga dengan cepat memeluk istrinya."Kalau Hubby naik ke atas tempat tidur, jangan duduknya langsung kuat, Hubby harus pelan-pelan, biar Dira nggak sakit." Nadira memajukan bibirnya."Maaf ya, Hubby lupa." Arga mencium bibir istrinya berulang-ulang kali, hingga istrinya tenang dan berhenti mengomel."Sini sama Daddy." Arga
Iswandi hanya diam menatap wajah calon istrinya."Padahal kanda perginya belum lama, tapi Lala rasanya sudah rindu sekali.""Makanya kita nikahnya buru-buru, biar bisa dekat selalu." Iswandi mengulum senyumnya."Iya kanda, Lala nggak nolak kok nikah buru-buru," jawab Lala dengan tersenyum genit.Iswandi tertawa mendengar jawaban Lala."Kanda tahu nggak kalau kupu-kupu itu gak ulang tahun?" Tanya Lala."Manalah Kanda tahu Dinda, emangnya kerjaan kanda ngurusin kupu-kupu." Iswandi memandang Lala dengan membesarkan matanya.Lala tertawa saat mendengar jawaban Iswandi. "Kupu-kupu nggak pernah ulang tahun kanda, soalnya kupu-kupu hidup hanya 47 hari," jelas Lala.Iswandi membulatkan bibirnya ketika mendengar penjelasan Lala."Apa kanda tahu, kalau babi itu tidak tahu matahari dan bulan?""Jangankan matahari dan bulan, lihat anaknya aja mungkin nggak tahu."Lala tertawa. "Iya juga ya, babi nggak bisa mengan
Nadira duduk di atas tempat tidur. Ia hanya tersenyum saat melihat suaminya yang sedang bersiap-siap untuk ke kantor."Dasinya Dira yang bantu pasangin by." Nadira menawarkan jasanya.Arga tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu memegang dasinya dan berjalan mendekati istrinya yang duduk di atas tempat tidur. Ia duduk di tepi tempat tidur dengan sangat pelan-pelan, agar istrinya tidak mengomel. "Apa masih terasa sakit,” tanyanya."Iya by, jahitannya panjang." Wajah Nadira meringis ketika menceritakan kepada suaminya."Pasti setelah ini bentuknya tidak lurus lagi." Arga sedikit tertawa."Apanya yang gak lurus by?" Nadira tidak memahami apa yang dimaksud suaminya."Yang di bawah." Arga tersenyum jahil dan memandang ke arah yang dimaksudnya."Hubby!" Nadira kesal dan memukul-mukul paha Arga.Arga tertawa ngakak melihat wajah istrinya yang memerah. "Tapi beneran, Hubby lihat miring, gak lurus lagi." Arga m
Heru duduk di kursi ruang tamu bersama dengan Lala dan juga Iswandi.Sejak tadi Heru memandang ke arah dapur dan juga kamar. Pria itu sedang mencari sosok istrinya.Lala yang mengerti apa yang sedang dicari papanya, hanya diam tanpa berani untuk bertanya. Ia merasa malu sendiri datang ke rumah orang tuanya seperti ini."Melisa, buat minum. Meliati panggil mama ke sini." Heru memberikan perintah kepada kedua anaknya yang hanya menonton."Iya pa," jawab kedua gadis remaja tersebut."Nak Iswandi apa menginap di sini?" Heru mencoba mencari topik pembicaraan. Ia merasa tidak enak terhadap Iswandi."Enggak pak, saya akan langsung pulang ke Jakarta. saya hanya datang mengantar Lala saja." Iswandi sedikit tersenyum."Diminum dulu nak kopinya." Heru mempersilahkan Iswandi, ketika anaknya meletakkan kopi di atas meja."Iya pak, terima kasih." Iswandi sedikit menyeruput kopi di cangkirnya."Sudah datang ya, maaf ya tadi mama dikama
Nadira duduk atas tempat tidur. Dirinya tersenyum memandang putranya yang saat ini sedang terbangun. Dengan sengaja Nadira tidak membedong nya, agar putranya bangun lebih lama.“Kalau lagi dibedong, langsung tidur. Tapi bila tidak dibedong, matanya melek." Nadira memandang wajah putranya yang tampan."Anak mommy kapan sih pandai senyum?" Nadira menjepitkan jarinya di pipi putranya ke atas, agar wajah putranya terlihat seperti sedang senyum. "Kalau senyum seperti ini, barulah terlihat tampan." Nadira gemes sendiri melihat wajah putranya.Nadira mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. ia melihat panggilan masuk dari Lala. Dengan cepat Nadira mengangkat sambungan telepon tersebut."Halo Nadira." Lala langsung berbicara ketika Nadira mengangkat sambungan teleponnya."Iya halo La, assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Lala tersenyum. Dirinya begitu sangat senang sehingga lupa mengucapkan salam."Lala apa kabar? Lag
"Wah aku senang dengarnya, karena aku baru selesai melahirkan. Kalau jauh-jauh takutnya Hubby nggak ngasih," jawab Nadira."Pak Arga posesifnya tingkat tinggi." Lala berkomentar.Nadira tertawa mendengar ucapan Lala."Aku tuh beneran nggak nyangka kalau papa bakalan menerima kanda tanpa banyak bertanya dan tidak banyak tuntutan apa-apa. Tapi kalau aku perhatikan sikat papa sama kanda, seperti papa itu sudah kenal kanda. Papa juga nampak seperti orang yang sangat segan ketika berbicara dengan kanda." Lala menceritakan kejanggalan yang dilihatnya dari sikap papanya."Alhamdulillah tidak ada hambatan yang menghadang," ucap Nadira penuh syukur."Iya Nadira, aku benar-benar sangat senang. Tapi itu mama tiri aku dia sibuk rayuin aku minta uang hantaran biar dia yang pegang.""Jangan mau dikasih," cegah Nadira."Ya jelas aku nggak mau ngasih. Sewaktu kanda datang ke sini aja, sombongnya minta ampun ketika lihat kanda. Dia minta uang ha
Acara pertunangan Iswandi dan juga Lala dilaksanakan di hotel. Acara ini dihadiri oleh keluarga besar Arga, kerabat dan juga beberapa orang karyawan penting di pabrik tempat Heru bekerja.Iswandi menatap wajah cantik calon istrinya. Jantungnya berdegup dengan sama hebatnya ketika MC meminta dirinya untuk memasangkan cincin di jari manis calon istrinya.Lala masih merasa bahwa ini semua mimpi, Ketika Iswandi memasangkan cincin di jari manisnya.Iswandi tersenyum memandang Lala. Dengan gugup Pria itu mengambil tangan Lala dan mencium punggung tangan gadis yang menjadi tunangannya. Jujur saja Iswandi sungguh tidak pandai bagaimana caranya untuk bersikap romantis. Dirinya melakukan segala sesuatu berdasarkan instingnya saja. "Tinggal nunggu sah sayang." Iswandi berkata dengan tersenyum. Beberapa hari tidak bertemu dengan calon istrinya yang genit, membuat dirinya begitu sangat rindu."Iya kanda, bentar lagi sah,” Lala tersenyum lebar dan men
"Minta perawatan ntar ke sini." Nadira mendesak."Iya bentar lagi, tadi lagi mandi." Lala tersenyum menjelaskan."Lama sekali." Nadira tidak sabaran.Arga memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Sejak di rumah istrinya sudah ngomel-ngomel untuk bisa datang ke rumah sakit. Sekarang sudah di rumah sakit, istrinya sudah tidak sabar untuk melihat anak dari sahabatnya. "Kenapa dari tadi nggak sabaran?" Arga yang duduk di sofa."Semalam Lala kirim fotonya ke Dira, Dira penasaran, kalau difoto itu cantik sekali. Makanya Dira pengen lihat langsung. Bisa aja kamera yang dipakai bohong." Nadira memandang Lala. Setelah melihat foto bayi yang dikirimkan Lala, membuat Nadira terbayang-bayang wajah cantik bayi tersebut. Berulang kali ia memandang foto bayi cantik itu, hingga dirinya benar-benar penasaran. Apakah benar wajah bayi yang dilihatnya sesuai dengan foto yang dikirim sahabatnya."Emang cantik sekali sih orangnya." Yeni tersenyum."Itu karena cucunya Mbak Yeni makanya kelihatan c
"Assalamualaikum." Nadira masuk kedalam kamar rawat Lala, bersama dengan kedua orang tuanya, mama mertua, Arga dan Andrea."Waalaikumsalam." jawab penghuni yang ada di dalam kamar."Lala nggak nyangka akan datangnya sekarang, kirain nanti sore." Lala tersenyum lebar melihat Nadira yang sudah masuk dalam kamarnya."Mana sabar nunggu sore." Arga memandang istrinya. Pagi-pagi sekali, Nadira sudah meminta ke rumah sakit. Pada akhirnya Arga ikut serta ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantor."Mama juga nggak sabar." Luna tersenyum memandang Yeni."Akhirnya, Punya cucu juga." Yeni tersenyum memandang Luna."Hahaha, kirain Iswandi bakalan betah jadi bujangan, yang penting bisa ngekorin Arga kemana-mana." Luna menertawakan anak angkat serta putranya."Meskipun aku suka membuntutinya kemana-mana, tapi aku ini lelaki normal ibu Luna." Iswandi tersenyum tipis.Arga tertawa ketika mendengar ucapan mamanya. "Aku juga sangat senang ketika mengetahui dia menyukai wanita ma, kalau tidak aku was-w
"Hahaha, kita waktu gadisnya kurus, gitu sudah nikah, pas hamil badannya mulai gendut.""Gak tahulah gimana nanti mau kuruskan badan." Lala mulai cemas memikirkan badannya paskah melahirkan. Melihat teman-temannya yang sudah semakin gemuk setelah melahirkan, membuat Lala cemas."Nanti bila bayi sudah mulai aktif seperti Arkan, akan turun sendiri berat badannya. Sekarang berat badan ku sudah turun 4 kilo. Dari yang kemarin 55 sekarang sudah 51. Tapi kata Hubby, jangan kurus lagi, nanti jelek. Hubby lebih senang lihat aku kayak gini, daripada kayak dulu katanya terlalu kurus." Nadira tersenyum.Lala tertawa ketika mendengar cerita Nadira. "Iya sih, dulu kamu kurus banget, jelek. Kalau sekarang sudah cantik, berisi, jadi terkesan lebih imut-imut." Lala teringat seperti apa dulu badan Nadira yang sama bekerja dengannya di toko pakaian. Nadira hanya tertawa ketika mendengar ucapan sahabatnya."Arkan mau ini?" Lala menggendong Arkan yang ingin menjangkau mobil remote berukuran kecil di ra
Iswandi tersenyum ketika melihat Arga yang turun dari dalam mobil sambil menggendong putranya, dan kemudian Nadira ikut turun. Iswandi yang sudah berencana untuk berangkat ke kantor lebih dulu terpaksa harus membatalkan niatnya, ketika mengetahui bahwa bos besarnya datang ke rumah untuk mengantarkan istri serta anaknya. "Selamat pagi pak Arga." Iswandi tersenyum dengan sopan.Arga sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya pagi," jawabnya dengan gaya angkuhnya.Nadira hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap angkuh dan sombong suaminya."Hai Arkan." Lala yang berdiri di samping Iswandi, tersenyum melambaikan tangannya ke arah Arkan."Hai aunty." Nadira tersenyum dan melambaikan tangannya."Sayang, Daddy akan kerja dulu cari uang. Anak Daddy yang tampan, main lah di sini sama mommy." Arga tersenyum dan memberikan putranya kepada Nadira, setelah mencium pipi bulat Arkan kiri dan kanan terlebih dahulu.Arkan tersenyum dan mulai berbicara. Arga tertawa saat melihat putranya yang menjawab uc
Iswandi pulang ke rumahnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya. "Assalamualaikum." Iswandi tersenyum. Entah apa yang saat ini di tonton istrinya, sehingga wanita yang berperut besar itu, tidak melihat kehadirannya.Lala tersenyum ketika melihat suaminya. "Waalaikumsalam," ucapnya yang menjulurkan tangannya tanpa turun dari atas tempat tidur."Lagi makan apa Dinda?" Iswandi tersenyum dan mengusap bibir istrinya yang terkena saus."Ada mangga dan juga ada sosis, serta bakso bakar, enak." Lala tersenyum menunjukkan piring yang ada di sampingnya. Ia menancapkan garpu di sosis goreng dan mencelupkan ke dalam saus sambal dan mayones. "Coba kanda."Iswandi tersenyum dan menggigit sosis yang diberikan istrinya. "Kanda mau mandi." Iswandi tersenyum melihat istrinya.Lala menganggukkan kepalanya."Kenapa penampakannya seperti ini?""Emangnya Lala hantu, di bilang penampakan." Lala memajukan bibi
Arga merasa puas ketika mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Iswandi.“Minggu depan, perusahaan kita akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Perusahaan dari Amerika, mempercayai perusahaan kita, untuk mengolah pertambangan minyak di Riau." Iswandi tersenyum."Kamu tidak bercanda?" jawab Arga.Ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Ia tidak menyangka, bahwa proyek ini, perusahaannya yang memenangkannya."Tentu tidak tuan.""Apa ada informasi tentang anaknya Edwin?" tanya Arga."Setelah mereka datang melihat pemakaman Edwin, Robert dan juga Gilbert seakan hilang begitu saja. Sampai sekarang, mereka belum diketahui keberadaannya.”"Bagaimana bisa?" tanya Arga.Iswandi menggelengkan kepalanya. Kami sudah mengecek ke tempat-tempat yang mungkin didatanginya, namun ternyata tidak ada. Mereka juga tidak kembali ke desanya.Arga mengusap wajahnya dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Lebih ting
Lala dan Iswandi, sampai di rumah mewah milik Arga.Lala tersenyum saat melihat Arkan yang sedang duduk di atas mobil remote."Lala sudah rindu sekali dengan Arkan." Lala tersenyum memandang Iswandi. Begitu dengar Nadira mengatakan sudah sampai di Indonesia, Lala langsung meminta untuk datang berkunjung."Ya sudah, kita turun." Iswandi tersenyum. Ia datang ke rumah Arga, karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan."Iya kanda." Lala menganggukkan kepalanya.Lala turun dari dalam mobil dan berjalan dengan cepat. Lala menghentikan langkah kakinya ketika Iswandi menarik tangannya. "Ada apa kanda?" Lala memandang suaminya dengan tidak mengerti."Jalannya pelan-pelan Dinda." Iswandi tersenyum dan mengusap perut istrinya.Lala tersenyum ketika mendengar nasehat yang diberikan oleh suaminya. Ia memegang perutnya dan mengusapnya dengan lembut. "Maaf ya nak, mami buru-buru, sampai lupa." Lala tersenyum dan berjalan bersama dengan suaminya beriringan, sambil memegang tangan Iswandi."Assa
"Mama, kita akan bongkar oleh-oleh." Nadira tersenyum ketika melihat Mama mertuanya yang sudah masuk ke dalam rumah."Tidak usah sekarang, nanti saja, Nadira baru pulang jadi pasti sangat capek." Luna memberikan saran."Enggak ma, Dira gak capek kok.” Nadira tersenyum dirinya sudah tidak sabar untuk menunjukkan apa saja oleh-oleh yang sudah dibawanya pulang untuk mama mertuanya, ayah, ibu serta adiknya.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita yang sedang menggendong cucunya itu tidak bisa menolak kehendak menantunya. Sebagai bentuk bahwa dirinya, begitu sangat menghargai apa yang akan diberikan menantu kesayangannya.Pelayan meletakkan tas yang diambilnya, di ruang tamu satu persatu. Bik Narti tahu bahwa yang di dalam tas, adalah oleh-oleh yang sudah disiapkan majikannya untuk keluarganya. Sebagai seorang pelayan, Bik Narti tidak mungkin bermimpi untuk mendapatkan oleh-oleh dari nyonya mudanya. "Nyonya ini tasnya sudah dikeluarkan semua," ucap bik Narti."Terima kasih bik,"
"Senang sekali ya, dimanja siang dan malam." Luna menggoda Nadira. ini merupakan bulan madu Nadira dan Arga, Luna senang melihat Nadira dan Arga pulang dengan penuh kebahagiaan seperti ini. Cucunya juga sehat hingga sampai ke Indonesia.Nadira tersenyum malu saat mendengar Mama mertuanya menggodanya."Ayo cucu oma, sini sama Oma. Oma sudah sangat rindu." Luna mengembangkan tangannya dan mengambil Arkan dari tangan Arga.Arga memberikan putra putranya kepada mananya. Pria itu memeluk mamanya dan mencium pipinya. "Apakah mama sehat-sehat saja." Arga tersenyum memandang mamanya yang menggendong Arkan. "Alhamdulillah sehat, mama sangat rindu dengan Arkan." Luna tersenyum dan mencium pipi cucunya."Ibu, Dira rindu." Nadira meluk ibunya. Ia mencium pipi ibunya kiri dan kanan, kemudian mencium punggung tangan ibunya."Ibu juga sangat rindu. 10 hari itu ternyata waktu yang sangat lama." Erna tersenyum memandang putrinya. Wanita itu kemudian mencium pipi putrinya, kiri dan kanan. "Ibu sunggu