“Talak tiga ya? Berarti kesempatanmu untuk kembali pada Adi sangat kecil sekali Rum.” Gumam Galang yang masih bisa di dengar oleh Rumi. Wanita itu menganggukan kepalanya dengan wajah sedih. Dari semua kata talak, talak tiga adalah yang paling mengerikan bagi wanita yang tidak di cerai seperti dirinya.“Mama. Baterai hpnya habis.” Seru Rahman yang keluar dari ruang tengah dengan wajah cemberut. Menyela percakapan Rumi dengan Galang.Ia melihat baju yang di pakai Rahman dari atas sampai bawah tampak kotor. Seperti tidak pernah di cuci selama berhari-hari. Belum lagi dengan wajah bocah laki-laki itu yang tampak penuh makanan yang mengering di sekitar bibirnya.“Kamu bisa minta sama Nenek untuk mengisi daya hpnya di kamar, Rahman. Jangan sedikit-sedikit minta pada Mama. Kamu nggak lihat kalau Mama lagi bicara sama tamu, hah?” Hardik Rumi pelan berusaha menahan emosi. Jika tidak ada Galang bersamanya saat ini, Rumi pasti sudah marah pada Rahman seperti biasa. Biasanya Rumi akan mencubit t
Nada segera memanggil Shanum dan Bude Sri untuk berjalan mendekat. Mereka bertiga melihat mobil yang terparkir di depan rumah tetangga itu. Tetangga Nada yang merupakan pasangan suami istri sama-sama bekerja di perusahaan. Jadi, rumah itu akan kosong dari pagi sampai sore. Rumah itu baru ada orangnya saat hari sudah malam. “Memangnya kenapa Mbak? Bisa saja pemilik mobil itu mau datang ke rumah tetangga depan.” Kata Shanum heran. “Bukan Sha. Itu mobil temannya Mas Adi yang namanya Galang.” Kedua mata Shanum seketika membulat kaget. “Mas Galang? Temannya Mas Adi sejak SMA sampai kuliah itu? Dia sudah ada di kota ini?” Nada menganggukan kepalanya untuk menjawab semua pertanyaan Shanum. Tampak sekali jika Shanum sangat senang saat mendengar nama Galang di sebut. Karena mereka nyambung saat mengobrol bersama dengan Adi.“Ya ampun. Kok Mas Adi nggak pernah cerita sih? Mas Galang juga nggak pernah berkunjung ke rumah Ibu dan Umi sejak pulang ke kota ini.” Ujar Shanum antusias tanpa tahu ji
“Kita akan menjebak Adi agar tidur denganmu di hotel. Gampang saja mengajaknya dan teman-teman sekolah yang lain untuk makan bersama. Aku akan mengadakan acara reuni sekolah agar kami bisa berkumpul.” Rumi menganggukan kepalanya antusias. Ia tidak menyangka jika Galang punya ide sebagus ini. “Apakah rencana itu akan di lakukan setelah kita menikah?” Galang menganggukan kepalanya. Kedua matanya bersinar licik penuh perhitungan.“Benar. Karena kita harus membuat kasus kalian seperti perselingkuhan dan perzinahan. Agar Nada langsung mengajukan gugatan cerainya pada Adi.” Terang Galang merinci rencananya. “Saat sedang makan bersama di restoran bersama teman-teman sekolah dulu, aku akan memberi Adi obat tidur. Karena efeknya adalah membuat kepala jadi pusing, maka aku bisa pura-pura mengantar Adi pulang dengan alasan jika Adi tiba-tiba sakit. Padahal sebenarnya aku membawa Adi ke hotel yang sudah kusewa. Sebelum kami tiba, kamu sudah harus masuk ke dalam kamar lebih dulu. Setelah aku ber
Suasana di rumah Adi dan Nada pagi itu berjalan seperti biasa. Setelah sholat subuh, Nada sibuk menuntun kedua putrinya untuk mandi lalu berganti baju. Nasya sudah bisa melakukan semua hal itu sendiri. Nada hanya perlu memastikan jika putri pertamanya itu sudah siap. Sementara itu, untuk Karina, masih harus di urus oleh Nada karena belum terbiasa mandi dengan peralatan yang ada di rumah ini. Sedangkan Adi mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti menyapu rumah dan halaman. Baru setelah itu giliran Adi yang mandi lalu mengajak Nasya dan Karina untuk bermain sambil menunggu Nada yang membuatkan sarapan serta memasukan bekal untuk Adi dan Nasya. Saat sedang sibuk menggoreng nugget ayam pesanan Nasya untuk bekalnya nanti, tangan Adi sudah melingkar di perut sang istri sambil mencium pipinya pelan hingga membuat Nada merasa geli. “Jangan peluk aku terus dong Mas. Bagaimana kalau nanti Nasya dan Karina lihat?” Kata Nada sambil terkikik geli. Membuat Adi segera melepaskan pelukannya. “Habis gem
“Memang apa akibatnya Ma? Bukannya pelet itu hanya akan luntur seperti yang terjadi pada Mas Adi?” Kening Rumi berkerut bingung. Dada Rumi berdegup kencang karena ketakutan.Bertahun-tahun mengikuti saran sang Mama untuk melakukan pelet, Rumi baru tahu jika akan ada akibatnya. Ia tidak pernah di beri tahu oleh Bu Saroh dan dukun itu tentang hal ini. Bu Saroh menghela nafasnya gemas. Salahnya sendiri menyembunyikan hal ini dari Rumi agar anaknya itu tidak merasa ketakutan. Padahal setiap ilmu hitam akan memiliki akibatnya sendiri untuk si pengguna. Rumi saja yang terlalu polos sampai tidak tahu tentang hal ini.“Mama saja baru tahu hal ini kemarin saat menceritakan tentang masalah Adi pada dukun itu.” Terang Bu Saroh mengawali penjelasannya dengan berbohong. Kedua matanya melirik ke sisi kanan untuk mencari alasan yang tepat agar Rumi percaya padanya.“Dukun itu mengatakan kamu tidak menerima efek apapun saat pelet pada diri Adi mulai hilang karena kamu sudah memberinya anak laki-laki.
Rumi menatap saldonya yang masih kosong dengan gusar. ‘Kenapa sampai detik ini Mbak Nada tidak mengirimkan uang padaku juga? Padahal aku butuh uang itu untuk pesan makanan enak sambil menunggu Rahman di rumah sakit.’ Batin Rumi terus bertanya. Hari ini Rahman masih di rawat di rumah sakit. Sehingga Rumi tidak bisa pergi kemanapun. Uang yang ada di dompetnya tinggal sedikit karena di gunakan oleh Bu Saroh untuk arisan dengan nilai yang cukup besar. “Aku hubungi Mas Galang saja.” Jarinya dengan cepat menekan nomor Galang hingga sambungan telpon sudah terangkat. “Halo Mas Galang.” Sapa Rumi lebih dulu dengan suara yang di buat sesendu mungkin.“Iya Rum. Ada apa? Aku baru saja selesai mengajar di salah satu kelas. Apakah jamu baik-baik saja?” Tanya Galang beruntun dari sebrang telpon. Terdengar suara pria itu yang balas menyahut sapaan orang lain. Mungkin rekan kerjanya yang juga baru selesai mengajar.“Mbak Nada belum mengirimkan uang padaku. Padahal Mas Adi sudah menyuruhnya untuk mel
Kabar tentang kedekatan Rumi dengan Galang sudah menyebar di seluruh kalangan tetangga sejak pertama kali pria itu menginjakan kakinya di rumah Rumi. Mengingat seringnya Galang datang ke rumah Rumi, membuat para tetangga jadi bergosip tentang kedua orang itu. Mereka hanya berani bicara di belakang dengan mencibir betapa cepatnya Rumi mencari pria lain setelah di ceraikan oleh Adi. Di tambah dengan badan Rahman yang semakin kumal setiap harinya karena tidak ada yang memperhatikan. Tapi, tidak ada yang berani bicara secara langsung karena entah mengapa mereka bisa merasa tidak nyaman setiap kali bicara dengan Rumi dan Bu Saroh. Tidak hanya tetangga Rumi, Adi juga sudah menceritakan hal ini pada keluarganya. Jika Rumi tengah dekat dengan Galang yang ternyata menyimpan rasa iri padanya. Karena itulah Adi dan Nada sudah menyusun rencana. Begitu juga dengan Nada yang menceritakan tentang rencana mereka pada Pak Jaya dan Bu Tiah. Rencana yang sudah Adi dan Nada susun dengan matang agar bisa
“Saya adalah calon suaminya Rumi.” Kata Galang mantap pada para tetangga Rumi yang tengah duduk di ruang tamu itu. Membuat wajah para Ibu-ibu terlijat sangat senang karena tebalan mereka selama ini memamg benar.Kedua mata Rumi membulat kaget sama seperti para Ibu-ibu yang datang. Tidak menyangka jika Galang akan secepat ini mengakui hubungan mereka. Berbeda dari kesepakatan yang telah di setujui Rumi dan Galang dulu. Hanya Adi dan Nada yang tidak menampakan perubahan ekspresi apapun. Mereka justru saling berpandangan sambil berusaha menahan senyum. Perkataan Adi rupanya membuat Galang benar-benar menyetujui ucapannya untuk segera mempersunting Rumi.“Apa pekerjaannya Mas Galang?” Tanya Ibu-ibu yang seumuran dengan Bu Saroh lebih dulu.“Guru SMA Bu.” Jawab Galang singkat.“Sudah PNS?” Tanya tetangga yang lain seolah mereka sedang berburu informasi untuk di gosipkan bersama tetangga yang lain. Berita ini akan menjagi gosip terpanas di komplek mereka. Dengan judul Rumi yang menemukan pr