“Saya adalah calon suaminya Rumi.” Kata Galang mantap pada para tetangga Rumi yang tengah duduk di ruang tamu itu. Membuat wajah para Ibu-ibu terlijat sangat senang karena tebalan mereka selama ini memamg benar.Kedua mata Rumi membulat kaget sama seperti para Ibu-ibu yang datang. Tidak menyangka jika Galang akan secepat ini mengakui hubungan mereka. Berbeda dari kesepakatan yang telah di setujui Rumi dan Galang dulu. Hanya Adi dan Nada yang tidak menampakan perubahan ekspresi apapun. Mereka justru saling berpandangan sambil berusaha menahan senyum. Perkataan Adi rupanya membuat Galang benar-benar menyetujui ucapannya untuk segera mempersunting Rumi.“Apa pekerjaannya Mas Galang?” Tanya Ibu-ibu yang seumuran dengan Bu Saroh lebih dulu.“Guru SMA Bu.” Jawab Galang singkat.“Sudah PNS?” Tanya tetangga yang lain seolah mereka sedang berburu informasi untuk di gosipkan bersama tetangga yang lain. Berita ini akan menjagi gosip terpanas di komplek mereka. Dengan judul Rumi yang menemukan pr
Usai bicara dengan Mama Galang melalui sambungan video call, Rumi jadi semakin yakin untuk menikahi pria itu. Tidak akan ada drama di antara menantu dan mertua. Hanya saja Rumi belum tahu bagaimana sifat asli adik perempuan Galang yang bernama Alana. Apakah sifat Alana sebaik Mamanya atau tidak? Karena Rumi ingin mengeruk harta Galang selama mereka masih bersama.“Niat awalku hanya ingin menikah denganmu secara siri Mas. Itupun aku ingin perniklahan kita di lakukan secara rahasia.” Ujar Rumi setelah sambungan telpon dengan Mama Galang terputus.“Tapi, karena kamu sudah mengumumkan hubungan kita pada para tetangga, maka pernikahan ini harus di laksanakan secara resmi. Aku juga terpaksa meminta untuk menghubungi Mamamu dulu agar tidak ada hal yang mengganggu ke depannya.” Setiap perkataan Rumi seolah menempatkan Galang sebagai orang yang salah. Anehnya Galang sama sekali tidak tersinggung.Ia juga menyesal karena sudah mengambil keputusan secara spontan. Hanya karena ingin membuat Nada
Acara pernikahan Rumi dan Galang akhirnya di laksanakan lima bulan kemudian. Sejak akad nikah yang di laksanakan pada pagi harinya lalu berlanjut acara resepsi hingga siang ini di adakan di aula salah satu hotel ternama si kota ini. Tanggal pernikahan Galang dan Rumi juga terjasi tepat satu tahun setelah Rumi berpisah dari Adi. Dalam acara resepsi pernikahan itu, banyak kolega bisnis Bu Anita yang di undang. Sedangkan dari sisi Rumi hanya mengundang pihak keluarga dan para tetangga. Rumi dan Galang duduk di atas pelaminan yang megah. Sama seperti saat Rumi menikah dengan Adi dulu.Hanya ada Bu Saroh dan Pamannya yang mendampingi sebagai pengganti mendiang Bapaknya. Rahman tidak ikut karena sengaja di ungsikan kembali ke rumah Adi dan Nada. Agar orang-orang tidak bertanya tentang status janda Rumi yang sudah punya satu anak. Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Para tamu yang tadi pagi datang sudah berpamitan untuk pulang. Rumi dan Galang juga sudah berganti baju mengenakan ko
Tok… tok… tok…“Masuk.” Adi masih sibuk memeriksa laporan keuangan hingga jarum jam menunjukkan setengah tujuh malam saat pintu ruangannya di ketuk dari luar. Karena hari ini adalah akhir bulan, ia jadi lebih sibuk dari biasanya.Tampak sosok Gita yang bekerja sebagai manajer di toko utama ini menyembulkan kepalanya saat pintu terbuka. “Ada tamu bernama Pak Galang yang ingin bertemu dengan anda, Pak. Kata beliau dia teman sekolah Bapak. Apakah boleh saya ijinkan masuk?” Tanya Gita mengingat jika atasannya tengah sibuk.Adi seketika menghentikan gerakan tangannya lalu mendongakan kepala untuk menatap wajah Gita. Ia berpikir sejenak sebelum bicara pada bawahannya itu. “Suruh dia masuk ke dalam ruangan saya.” “Baik Pak.” Gita menganggukan kepalanya lalu menutup pintu lagi. Pria itu membereskan beberapa berkas di atas meja lalu berjalan menuju sofa yang ada di dekat jendela. Raut wajahnya berubah menjadi tegang. Tidak lama kemudian pintu ruang kerjanya kembali terbuka. Galang masuk den
Rumi sudah berbaring di atas tempat tidur sambil mengirim pesan pada Galang. Melaporkan perbuatan Bu Anita tadi. [Cepat pulang Mas. Aku nggak betah di tinggal sama Mama kamu itu. Bisanya cuma ngomel aja.] Drrtt… [Iya sabar Rum. Sebentar lagi aku pulang. Aku baru saja pergi dari toko Adi dan Nada.] Kedua mata Rumi berbinar saat membaca pesan suaminya itu. Dengan cepat ia mengetikan pesan balasan untuk Galang. [Baguslah. Berarti Mas Adi sudah menerima hadiah yang aku belikan. Jangan lupa nanti nasihati Mamamu untuk tidak menggangguku lagi. Semakin hari dia jadi terlalu sering marah padaku. Kalau tahu begini kenapa dulu Mama Anita mengijinkan kita menikah?] Sekali lagi Rumi mengeluarkan semua unek-uneknya pada sang suami. Secara terang-terangan membahas hubungannya yang tidak harmonis dengan Bu Anita. [Baiklah. Nanti aku akan bilang pada Mama. Kamu jangan khawatir.] [Kalau begitu belikan aku makanan yang biasa aku inginkan. Hanya belikan untukku. Jangan belikan untuk Mama.] [Oke.]
“Siapa yang mau memulai pertengkaran? Mamakan cuma bertanya kenapa sikap istri kamu jadi seperti ini? Kamu juga selama ini sudah terlalu memanjakan Rumi. Jadi, dia hanya bisa ongkang-ongkang kaki di rumah. Mentang-mentang sudah ada si Sri yang bekerja di rumah ini.” Ujar Bu Anita tidak mau kalah.Galang segera membawa Mamanya menyingkir dari sana lalu menutup pintu. Agar Rumi tidak terpancing oleh perkataan Bu Anita hingga berakhir pertengkaran yang membuat kepalanya jadi pusing. Ibu dan anak itu masuk bersama ke dalam kamar Bu Anita. Galang masih memegang tangan Bu Anita hingga mereka berdua duduk di tepi tempat tidur. “Jangan bicara hal yang buruk terus tentang Rumi, Ma. Dia tidak seperti itu. Kepalaku sakit jika Mama dan Rumi terus bertengkar. Tolong cobalah untuk akur dengan Rumi seperti dulu.” Bantah Galang mencoba untuk bicara dengan lembut. Ia sendiri merasa heran kenapa sifat Bu Anita bisa berubah seratus delapan puluh derajat pada Rumi.Dulu Galang sampai bertanya kenapa sifat
Acara reuni angkatan yang di adakan di aula sekolah berlangsung dengan meriah. Jika biasanya akan ada anak band atau penyanyi untuk memeriahkan suasana, di SMA ini ada grup sholawat di angkatan mereka dulu. Karena SMA ini berada di bawah naungan yayasan islam yang dulu kelasnya di bagi antara siswa dan siswi, aula ini di bagi menjadi dua bagian dengan sekat yang terbuat dari papan triplek. Sehingga para pria dan wanita tidak akan berkumpul bersama. Semua itu di lakukan agar para tamu yang sebagian besar sudah menikah tidak bertemu dengan lawan jenis yang bisa memicu dosa. Meskipun status sekolah ini adalah SMA, tapi karena masih berada di bawah yayasan Islam milik Bu Anisa, maka ajaran agama harus di tegakan. Para panitia yang awalnya terlihat sibuk kini sudah mulai berbaur ke beberapa meja. Berbeda dengan orang-orang yang tidak jadi pantia. Bisa langsung duduk di salah satu meja bersama dengan teman lama. Adi duduk di meja bagian belakang bersama teman-temannya. Mereka membicarakan b
Hari dimana Nada melihat mobil Galang ada di sebrang rumahnya, wanita itu tidak langsung memeriksa rekaman kamera CCTV dan alat pelacak. Karena masih ada banyak pekerjaan yang menumpuk. Ia terpaksa menahan keinginannya hingga jam kerja untuk Bude Sri dan Shanum usai. Adi juga berpesan pada Nada untuk menunggunya pulang agar mereka bisa melihat semua rekaman itu bersama-sama. Dada Nada terus berdebar kencang karena ia takut jika Rumi dan Galang sudah merencanakan hal yang buruk pada mereka. Bahkan setelah Adi pulang ke rumah, mereka berdua tidak bisa langsung melihat rekaman itu karena Nada harus menemani Nasya untuk membuat PR, Adi yang bermain sejenak dengan Nasya dan Karina lalu pria itu masuk ke dalam ruang kerjanya untuk mengoreksi PR para siswa. Saat kedua anak mereka sudah terlelap tidur, barulah Adi dan Nada melihat semuanya di laptop milik Adi. Mulai dari kedatangan Galang ke rumah Rumi. Kebohongan pertama Rumi, kejujuran Galang yang sangat iri pada kehidupan Adi hingga ingi