Tok… tok… tok…“Masuk.” Adi masih sibuk memeriksa laporan keuangan hingga jarum jam menunjukkan setengah tujuh malam saat pintu ruangannya di ketuk dari luar. Karena hari ini adalah akhir bulan, ia jadi lebih sibuk dari biasanya.Tampak sosok Gita yang bekerja sebagai manajer di toko utama ini menyembulkan kepalanya saat pintu terbuka. “Ada tamu bernama Pak Galang yang ingin bertemu dengan anda, Pak. Kata beliau dia teman sekolah Bapak. Apakah boleh saya ijinkan masuk?” Tanya Gita mengingat jika atasannya tengah sibuk.Adi seketika menghentikan gerakan tangannya lalu mendongakan kepala untuk menatap wajah Gita. Ia berpikir sejenak sebelum bicara pada bawahannya itu. “Suruh dia masuk ke dalam ruangan saya.” “Baik Pak.” Gita menganggukan kepalanya lalu menutup pintu lagi. Pria itu membereskan beberapa berkas di atas meja lalu berjalan menuju sofa yang ada di dekat jendela. Raut wajahnya berubah menjadi tegang. Tidak lama kemudian pintu ruang kerjanya kembali terbuka. Galang masuk den
Rumi sudah berbaring di atas tempat tidur sambil mengirim pesan pada Galang. Melaporkan perbuatan Bu Anita tadi. [Cepat pulang Mas. Aku nggak betah di tinggal sama Mama kamu itu. Bisanya cuma ngomel aja.] Drrtt… [Iya sabar Rum. Sebentar lagi aku pulang. Aku baru saja pergi dari toko Adi dan Nada.] Kedua mata Rumi berbinar saat membaca pesan suaminya itu. Dengan cepat ia mengetikan pesan balasan untuk Galang. [Baguslah. Berarti Mas Adi sudah menerima hadiah yang aku belikan. Jangan lupa nanti nasihati Mamamu untuk tidak menggangguku lagi. Semakin hari dia jadi terlalu sering marah padaku. Kalau tahu begini kenapa dulu Mama Anita mengijinkan kita menikah?] Sekali lagi Rumi mengeluarkan semua unek-uneknya pada sang suami. Secara terang-terangan membahas hubungannya yang tidak harmonis dengan Bu Anita. [Baiklah. Nanti aku akan bilang pada Mama. Kamu jangan khawatir.] [Kalau begitu belikan aku makanan yang biasa aku inginkan. Hanya belikan untukku. Jangan belikan untuk Mama.] [Oke.]
“Siapa yang mau memulai pertengkaran? Mamakan cuma bertanya kenapa sikap istri kamu jadi seperti ini? Kamu juga selama ini sudah terlalu memanjakan Rumi. Jadi, dia hanya bisa ongkang-ongkang kaki di rumah. Mentang-mentang sudah ada si Sri yang bekerja di rumah ini.” Ujar Bu Anita tidak mau kalah.Galang segera membawa Mamanya menyingkir dari sana lalu menutup pintu. Agar Rumi tidak terpancing oleh perkataan Bu Anita hingga berakhir pertengkaran yang membuat kepalanya jadi pusing. Ibu dan anak itu masuk bersama ke dalam kamar Bu Anita. Galang masih memegang tangan Bu Anita hingga mereka berdua duduk di tepi tempat tidur. “Jangan bicara hal yang buruk terus tentang Rumi, Ma. Dia tidak seperti itu. Kepalaku sakit jika Mama dan Rumi terus bertengkar. Tolong cobalah untuk akur dengan Rumi seperti dulu.” Bantah Galang mencoba untuk bicara dengan lembut. Ia sendiri merasa heran kenapa sifat Bu Anita bisa berubah seratus delapan puluh derajat pada Rumi.Dulu Galang sampai bertanya kenapa sifat
Acara reuni angkatan yang di adakan di aula sekolah berlangsung dengan meriah. Jika biasanya akan ada anak band atau penyanyi untuk memeriahkan suasana, di SMA ini ada grup sholawat di angkatan mereka dulu. Karena SMA ini berada di bawah naungan yayasan islam yang dulu kelasnya di bagi antara siswa dan siswi, aula ini di bagi menjadi dua bagian dengan sekat yang terbuat dari papan triplek. Sehingga para pria dan wanita tidak akan berkumpul bersama. Semua itu di lakukan agar para tamu yang sebagian besar sudah menikah tidak bertemu dengan lawan jenis yang bisa memicu dosa. Meskipun status sekolah ini adalah SMA, tapi karena masih berada di bawah yayasan Islam milik Bu Anisa, maka ajaran agama harus di tegakan. Para panitia yang awalnya terlihat sibuk kini sudah mulai berbaur ke beberapa meja. Berbeda dengan orang-orang yang tidak jadi pantia. Bisa langsung duduk di salah satu meja bersama dengan teman lama. Adi duduk di meja bagian belakang bersama teman-temannya. Mereka membicarakan b
Hari dimana Nada melihat mobil Galang ada di sebrang rumahnya, wanita itu tidak langsung memeriksa rekaman kamera CCTV dan alat pelacak. Karena masih ada banyak pekerjaan yang menumpuk. Ia terpaksa menahan keinginannya hingga jam kerja untuk Bude Sri dan Shanum usai. Adi juga berpesan pada Nada untuk menunggunya pulang agar mereka bisa melihat semua rekaman itu bersama-sama. Dada Nada terus berdebar kencang karena ia takut jika Rumi dan Galang sudah merencanakan hal yang buruk pada mereka. Bahkan setelah Adi pulang ke rumah, mereka berdua tidak bisa langsung melihat rekaman itu karena Nada harus menemani Nasya untuk membuat PR, Adi yang bermain sejenak dengan Nasya dan Karina lalu pria itu masuk ke dalam ruang kerjanya untuk mengoreksi PR para siswa. Saat kedua anak mereka sudah terlelap tidur, barulah Adi dan Nada melihat semuanya di laptop milik Adi. Mulai dari kedatangan Galang ke rumah Rumi. Kebohongan pertama Rumi, kejujuran Galang yang sangat iri pada kehidupan Adi hingga ingi
Setelah Galang menikah dengan Rumi, Adi tidak bisa langsung memantau mereka di rumah Galang. Ia meminta Bude Sri untuk menunggu informasi tentang lowongan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di rumah itu. Agar Galang tidak curiga. Waktu lebih dari seminggu itu benar-benar membuat Nada merasa cemas karena selalu menebak-nebak apa saja yang sudah di lakukan Rumi dan Galang? Apakah mereka punya rencana lain yang berada di luar dugaan? Hanya dua minggu setelah Rumi dan Rahman pindah ke rumah Galang, pria itu sudah membuka lowongan kerja untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga sekaligus baby sitter dengan gaji yang cukup tinggi. Bude Sri yang pertama kali mendaftar langsung di terima. Tidak hanya mengawasi pergerakan Rumi dan Galang di rumah itu, Bude Sri juga mendapat gaji dari Bu Anisa untuk merawat Rahman selama ia bekerja disana. Sehingga penampilan Rahman yang awalnya kusam berubah seperti dulu saat Rumi masih menjadi istri kedua Adi. Dari Bude Sri juga, Adi dan Nada tahu jika
Kelopak mata Galang perlahan terbuka. Kepalanya terasa sangat pusing hingga ia tidak bisa bangun untuk sebentar. Saat melihat langit-langit atap kamarnya yang familiar, pria itu kembali memejamkan kedua matanya. Untuk sesaat Galang seperti sudah melupakan kejadian tadi malam. Pria itu justru kembali melanjutkan tidur dengan badan yang terasa cukup dingin. Padahal ia sudah pakai selimut yang menutupi seluruh badannya. Tubuhnya miring ke kanan. Kelopak matanya mengerjap menatap wajah Rumi yang masih terlelap. Dengan bahu yang polos tanpa tertutup pakaian.Seketika kesadaran itu menghantam Galang. Seharusnya Rumi tidak sedang tidur di kamar ini bersama dengannya. Tapi, istrinya itu harus tidur dengan Adi di kamar hotel yang sudah ia sewa.Seperti yang sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari. Hati Galang menjerit marah karena rencana mereka sudah gagal sejak tadi malam. “Ya ampun sial banget.” Pekik pria itu meluapkan emosinya hingga tiba-tiba terbangun. Selimut yang tadi menutup tubuh po
"Gimana caranya kita menjebak Mas Adi sebagai pemakai jika ia tidak memakai obat itu?" Tanya Rumi bingung dengan rencana baru sang suami. Ia sama sekali tidak paham dengan obat-obatan terlarang. Rumi membeli obat itu juga karena perintah Galang. "Mudah saja. Kita bisa mengancam Adi akan melaporkannya dengan dua tuduhan yaitu kemungkinan sebagai pemakai dan sebagai pengedar narkoba. Tapi, bukan itu poin utamanya Rum. Hal itu bertujuan untuk membuat Nada tidak percaya lagi pada Adi. Aku juga tidak ingin melaporkannya ke polisi. Itu hanya sebagai ancaman saja." Rumi menganggukan kepalanya mengerti. "Setelah itu, aku masih harus meminta bantuanmu untuk mendapatkan Nada. Untuk urusan Adi aku serahkan padamu. Lakukan apa saja sesukamu untuk mendapatkan Adi lagi." 'Tidak perlu. Yang penting aku bisa mengabulkan keinginan terbesarmu. Aku sudah tidak mau berurusan dengan dukun itu. Untuk membantumu aku akan cari dukun lain yang metodenya lebih simple Mas.' Batin Rumi dalam hatinya. “Terus