“Memang apa akibatnya Ma? Bukannya pelet itu hanya akan luntur seperti yang terjadi pada Mas Adi?” Kening Rumi berkerut bingung. Dada Rumi berdegup kencang karena ketakutan.Bertahun-tahun mengikuti saran sang Mama untuk melakukan pelet, Rumi baru tahu jika akan ada akibatnya. Ia tidak pernah di beri tahu oleh Bu Saroh dan dukun itu tentang hal ini. Bu Saroh menghela nafasnya gemas. Salahnya sendiri menyembunyikan hal ini dari Rumi agar anaknya itu tidak merasa ketakutan. Padahal setiap ilmu hitam akan memiliki akibatnya sendiri untuk si pengguna. Rumi saja yang terlalu polos sampai tidak tahu tentang hal ini.“Mama saja baru tahu hal ini kemarin saat menceritakan tentang masalah Adi pada dukun itu.” Terang Bu Saroh mengawali penjelasannya dengan berbohong. Kedua matanya melirik ke sisi kanan untuk mencari alasan yang tepat agar Rumi percaya padanya.“Dukun itu mengatakan kamu tidak menerima efek apapun saat pelet pada diri Adi mulai hilang karena kamu sudah memberinya anak laki-laki.
Rumi menatap saldonya yang masih kosong dengan gusar. ‘Kenapa sampai detik ini Mbak Nada tidak mengirimkan uang padaku juga? Padahal aku butuh uang itu untuk pesan makanan enak sambil menunggu Rahman di rumah sakit.’ Batin Rumi terus bertanya. Hari ini Rahman masih di rawat di rumah sakit. Sehingga Rumi tidak bisa pergi kemanapun. Uang yang ada di dompetnya tinggal sedikit karena di gunakan oleh Bu Saroh untuk arisan dengan nilai yang cukup besar. “Aku hubungi Mas Galang saja.” Jarinya dengan cepat menekan nomor Galang hingga sambungan telpon sudah terangkat. “Halo Mas Galang.” Sapa Rumi lebih dulu dengan suara yang di buat sesendu mungkin.“Iya Rum. Ada apa? Aku baru saja selesai mengajar di salah satu kelas. Apakah jamu baik-baik saja?” Tanya Galang beruntun dari sebrang telpon. Terdengar suara pria itu yang balas menyahut sapaan orang lain. Mungkin rekan kerjanya yang juga baru selesai mengajar.“Mbak Nada belum mengirimkan uang padaku. Padahal Mas Adi sudah menyuruhnya untuk mel
Kabar tentang kedekatan Rumi dengan Galang sudah menyebar di seluruh kalangan tetangga sejak pertama kali pria itu menginjakan kakinya di rumah Rumi. Mengingat seringnya Galang datang ke rumah Rumi, membuat para tetangga jadi bergosip tentang kedua orang itu. Mereka hanya berani bicara di belakang dengan mencibir betapa cepatnya Rumi mencari pria lain setelah di ceraikan oleh Adi. Di tambah dengan badan Rahman yang semakin kumal setiap harinya karena tidak ada yang memperhatikan. Tapi, tidak ada yang berani bicara secara langsung karena entah mengapa mereka bisa merasa tidak nyaman setiap kali bicara dengan Rumi dan Bu Saroh. Tidak hanya tetangga Rumi, Adi juga sudah menceritakan hal ini pada keluarganya. Jika Rumi tengah dekat dengan Galang yang ternyata menyimpan rasa iri padanya. Karena itulah Adi dan Nada sudah menyusun rencana. Begitu juga dengan Nada yang menceritakan tentang rencana mereka pada Pak Jaya dan Bu Tiah. Rencana yang sudah Adi dan Nada susun dengan matang agar bisa
“Saya adalah calon suaminya Rumi.” Kata Galang mantap pada para tetangga Rumi yang tengah duduk di ruang tamu itu. Membuat wajah para Ibu-ibu terlijat sangat senang karena tebalan mereka selama ini memamg benar.Kedua mata Rumi membulat kaget sama seperti para Ibu-ibu yang datang. Tidak menyangka jika Galang akan secepat ini mengakui hubungan mereka. Berbeda dari kesepakatan yang telah di setujui Rumi dan Galang dulu. Hanya Adi dan Nada yang tidak menampakan perubahan ekspresi apapun. Mereka justru saling berpandangan sambil berusaha menahan senyum. Perkataan Adi rupanya membuat Galang benar-benar menyetujui ucapannya untuk segera mempersunting Rumi.“Apa pekerjaannya Mas Galang?” Tanya Ibu-ibu yang seumuran dengan Bu Saroh lebih dulu.“Guru SMA Bu.” Jawab Galang singkat.“Sudah PNS?” Tanya tetangga yang lain seolah mereka sedang berburu informasi untuk di gosipkan bersama tetangga yang lain. Berita ini akan menjagi gosip terpanas di komplek mereka. Dengan judul Rumi yang menemukan pr
Usai bicara dengan Mama Galang melalui sambungan video call, Rumi jadi semakin yakin untuk menikahi pria itu. Tidak akan ada drama di antara menantu dan mertua. Hanya saja Rumi belum tahu bagaimana sifat asli adik perempuan Galang yang bernama Alana. Apakah sifat Alana sebaik Mamanya atau tidak? Karena Rumi ingin mengeruk harta Galang selama mereka masih bersama.“Niat awalku hanya ingin menikah denganmu secara siri Mas. Itupun aku ingin perniklahan kita di lakukan secara rahasia.” Ujar Rumi setelah sambungan telpon dengan Mama Galang terputus.“Tapi, karena kamu sudah mengumumkan hubungan kita pada para tetangga, maka pernikahan ini harus di laksanakan secara resmi. Aku juga terpaksa meminta untuk menghubungi Mamamu dulu agar tidak ada hal yang mengganggu ke depannya.” Setiap perkataan Rumi seolah menempatkan Galang sebagai orang yang salah. Anehnya Galang sama sekali tidak tersinggung.Ia juga menyesal karena sudah mengambil keputusan secara spontan. Hanya karena ingin membuat Nada
Acara pernikahan Rumi dan Galang akhirnya di laksanakan lima bulan kemudian. Sejak akad nikah yang di laksanakan pada pagi harinya lalu berlanjut acara resepsi hingga siang ini di adakan di aula salah satu hotel ternama si kota ini. Tanggal pernikahan Galang dan Rumi juga terjasi tepat satu tahun setelah Rumi berpisah dari Adi. Dalam acara resepsi pernikahan itu, banyak kolega bisnis Bu Anita yang di undang. Sedangkan dari sisi Rumi hanya mengundang pihak keluarga dan para tetangga. Rumi dan Galang duduk di atas pelaminan yang megah. Sama seperti saat Rumi menikah dengan Adi dulu.Hanya ada Bu Saroh dan Pamannya yang mendampingi sebagai pengganti mendiang Bapaknya. Rahman tidak ikut karena sengaja di ungsikan kembali ke rumah Adi dan Nada. Agar orang-orang tidak bertanya tentang status janda Rumi yang sudah punya satu anak. Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Para tamu yang tadi pagi datang sudah berpamitan untuk pulang. Rumi dan Galang juga sudah berganti baju mengenakan ko
Tok… tok… tok…“Masuk.” Adi masih sibuk memeriksa laporan keuangan hingga jarum jam menunjukkan setengah tujuh malam saat pintu ruangannya di ketuk dari luar. Karena hari ini adalah akhir bulan, ia jadi lebih sibuk dari biasanya.Tampak sosok Gita yang bekerja sebagai manajer di toko utama ini menyembulkan kepalanya saat pintu terbuka. “Ada tamu bernama Pak Galang yang ingin bertemu dengan anda, Pak. Kata beliau dia teman sekolah Bapak. Apakah boleh saya ijinkan masuk?” Tanya Gita mengingat jika atasannya tengah sibuk.Adi seketika menghentikan gerakan tangannya lalu mendongakan kepala untuk menatap wajah Gita. Ia berpikir sejenak sebelum bicara pada bawahannya itu. “Suruh dia masuk ke dalam ruangan saya.” “Baik Pak.” Gita menganggukan kepalanya lalu menutup pintu lagi. Pria itu membereskan beberapa berkas di atas meja lalu berjalan menuju sofa yang ada di dekat jendela. Raut wajahnya berubah menjadi tegang. Tidak lama kemudian pintu ruang kerjanya kembali terbuka. Galang masuk den
Rumi sudah berbaring di atas tempat tidur sambil mengirim pesan pada Galang. Melaporkan perbuatan Bu Anita tadi. [Cepat pulang Mas. Aku nggak betah di tinggal sama Mama kamu itu. Bisanya cuma ngomel aja.] Drrtt… [Iya sabar Rum. Sebentar lagi aku pulang. Aku baru saja pergi dari toko Adi dan Nada.] Kedua mata Rumi berbinar saat membaca pesan suaminya itu. Dengan cepat ia mengetikan pesan balasan untuk Galang. [Baguslah. Berarti Mas Adi sudah menerima hadiah yang aku belikan. Jangan lupa nanti nasihati Mamamu untuk tidak menggangguku lagi. Semakin hari dia jadi terlalu sering marah padaku. Kalau tahu begini kenapa dulu Mama Anita mengijinkan kita menikah?] Sekali lagi Rumi mengeluarkan semua unek-uneknya pada sang suami. Secara terang-terangan membahas hubungannya yang tidak harmonis dengan Bu Anita. [Baiklah. Nanti aku akan bilang pada Mama. Kamu jangan khawatir.] [Kalau begitu belikan aku makanan yang biasa aku inginkan. Hanya belikan untukku. Jangan belikan untuk Mama.] [Oke.]
Saat Adi pulang ke rumah, sudah ada Rahman yang datang bersama Bude Sri dan Bu Anisa. Nada menjelaskan jika Rahman sudah tahu semuanya. Rahman menangis dalam pelukan Nada. Mereka tidak menanyakan apapun hingga Rahman akhirnya berhenti menangis."Jangan takut lagi sayang. Mulai sekarang Rahman akan tinggal di rumah ini dengan Ayah, Ibu, Kak Nasya dan Karina. Sejak dulu sampai sekarang, Rahman adalah anak Ibu dan Ayah. " Ucap Nada lembut yang membuat semua orang terharu.Adi sendiri merasa sangat bersyukur bisa kembali bersama Nada yang menerima Rahman dan Karina dengan lapang hati. Juga menganggap mereka sebagai anaknya sendiri. Hari itu, Adi kembali di sibukan untuk menata kamar tamu yang akan di ubah menjadi kamar Rahman. Sedangkan Nada sibuk memasak makan siang di dapur bersama Bude Sri.Mereka memutuskan untuk merawat Rahman bersama serta memberi tahu identitas Rahman dan Karina yang sebenarnya adalah saudara sepersusuan. Berita ini di sampaikan juga pada seluruh keluarga mereka yan
“Tidak mungkin. Anak saya tidak pernah menjebak Adi. Itu semua adalah fitnah.” Bu Anita berdiri di hadapan Galang untuk menghalangi kedua polisi itu yang hendak menangkap sang putra. Alana hanya berdiri dengan tubuh kaku menatap kakaknya dan sekumpulan polisi itu bergantian. “Maaf Bu. Jangan halangi penyelidikan kami. Selain Pak Galang, kami juga harus membawa Bu Rumi sebagai orang yang telah membeli obat-obatan itu. Kami sudah punya bukti yang valid untuk menahan anak dan menantu Ibu.” Kata salah satu polisi yang kepalanya botak dengan wajah datar menatap ke arah mereka. Galang masih terdiam di tempatnya tidak percaya. Jika jebakan yang sudah ia buat dengan matang dapat di ketahui oleh Adi. Dadanya terus berdebar kencang memikirkan semua keanehan yang terjadi selama ini. Adi yang selalu bisa berkelit dari semua jebakannnya. 'Apakah Adi sudah juga mengintaiku dengan menyuruh orang lain? Atau dia memasang kamera CCTV di rumah ini?' Tanya Galang dalam hatinya. Wajah pria itu masih tam
Tanpa sadar Galang membanting hpnya ke atas meja. Sehingga membuat perhatian para guru yang masih ada di ruangan yang sama dengannya jadi teralih pada Galang. Menyadari jika ia sudah membuat dirinya sebagai pusat perhatian, pria itu hanya bisa minta maaf karena sudah membuar keributan"Ada apa Pak Galang?” Tanya salah satu rekan guru senior yang jauh lebih tua darinya. Galang menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kikuk. Menyesal karena sudah kelepasan marah di depan rekan guru yang lain.“Maaf Pak. Tadi ada nomor pinjol yang neror saya karena teman saya berhutang padanya.” Guru itu menganggukan kepalanya mengerti lalu kembali sibuk dengan kertas di tangan. Begitu juga dengan guru-guru lain yang tidak lagi memperhatikan GalangUjian akhir semester seperti ini membuat Galang dan beberapa guru memutuskan untuk bertahan di sekolah sampai sore guna membuat soal ulangan. Sebagian guru lain yang mata pelajarannya sudah di ujikan juga memilih untuk bertahan di sekolah untuk memeriksa lemba
“Selamat ya Bu. Anda di nyatakan positif hamil.” Kata Dokter wanita setelah memeriksa hasil usg di rahim Rumi. Tampak bulatan kecil yang ada di layar. Wanita itu membalas senyum Dokter agar tidak curiga. Padahal hatinya biasa saja saat melihat sudah ada benih dari Galang yang bersemayam dalam rahimnya. “Alhamdulillah. Terima kasih banyak Dok.” “Alhamdulillah dek. Akhirnya kamu hamil juga.” Ujar Galang yang juga bisa berakting dengan sempurna. Walaupun sebagian isi hatinya memang sangat tulus saat menyambut benih yang ada di rahim Rumi. Membuat keraguan di hati Galang tiba-tiba saja semakin kuat. Berbanding terbalik dengan perasaan Rumi. ‘Apakah aku masih harus mengejar Nada jika Rumi memang hamil anakku?’ Batin Galang galau saat ia dan Rumi sudah duduk kembali di hadapan Dokter. Pasangan suami istri itu lalu pulang ke rumah. Galang melangkah lebih dulu hingga masuk ke dalam ruang tengah. Disana sudah menunggu Alana yang tengah menonton TV bersama dengan Bu Anita. Raut wajah Galang
“Apa? Jadi Galang memang benar di pelet sama si Rumi itu? Keterlaluan sekali. Sudah Mama duga kenapa sikap Galang jadi berubah aneh seperti itu setelah menikah dengan Rumi.” Teriak Bu Anita dari sebrang sambungan telpon yang membuat telinga Alana terasa pekak sekali. Sampai perempuan itu mengorek telinganya yang berdenging karena tadi ia menempelkan hp di telinga. Seharusnya ia sudah menggunakan mode loudspeaker sejak tadi. “Iya Ma. Sesuai dengan informasi dari nomor asing itu, aku bisa menemukan dimana Rumi menyimpan kertas dan bubuk aneh ini. Untung saja Bude Sri bisa menulis huruf arab jawa sehingga aku menyuruhnya untuk menyalin tulisan itu. semirip mungkin. Kata Bude Sri dia sedikit mengubah huruf arab dari nama Mas Galang. Padahal aku sama sekali tidak sadar saat membacanya tadi.” Terang Alana mengingat penjelasan wanita paruh baya itu setelah menyapu halaman depan. “Kalau di ubah dan Rumi tahu bagaimana?” Tanya Bu Anita cemas. Dalam hatinya ia berpikir jika rencana Alana bisa
Pesawat yang di tumpangi Alana sudah mendarat di bandara. Ia turun dari pesawat lalu langsung naik ke dalam taksi yang menunggu di dalam bandara dengan membawa dua koper besar. Karena Alana memang berniat untuk tinggal di rumah Galang selama satu minggu. Selain untuk memastikan kebenaran jika Galang memang sudah di pelet oleh Rumi, ada pekerjaan di yayasan yang ingin Alana bicarakan secara langsung dengan kakaknya itu. Ia menyebutkan tujuan alamatnya pada sopir taksi yang sudah melajukan mobilnya keluar dari bandara lalu menuju rumah Galang. Tangannya mengambil hp dari dalam tas untuk membuka pesan dari Bu Anita. Jari Alana dengan cepat mengetikan pesan balasan untuk sang Mama yang terkirim satu setengah jam yang lalu. Itu berarti saat Alana masih berada di dalam pesawat. [Aku sudah turun dari pesawat dan sekarang sedang di dalam taksi menuju rumah Mas Galang, Ma. Tenang saja. Aku akan langsung mengambil kertas itu dari kabinet dapur. Aku akan tetap menjalankan rencanaku agar Rumi t
Dua minggu sejak acara reuni sudah berlalu. Tidak ada hal yang mencurigakan dari pantauan kamera CCTV dan alat perekam di rumah Galang. Arman juga mengatakan bahwa ia masih memantau semua rekaman itu bersama anak buahnya. Membuat hati Nada menjadi sedikit lebih tenang. Pikirannya selalu teralihkan karena niat jahat Galang dan Rumi. Sehingga Nada sering kali melamun. Fokusnya kini sedang menyusun laporan keuangan akhir bulan untuk kemudian di gabungkan dengan toko Dinada. Ia tidak boleh memikirkan hal itu lagi. Hari senin baru saja di mulai. Namun, waktu terasa sangat cepat berlalu karena semburat jingga yang terlihat dari balik jendela sudah akan turun ke peraduannya. Sudah ada lima pegawai yang sibuk mengepak semua pesanan hijab dan mukena di toko online milik Nada. Bude Sri hanya bisa membantu jika pekerjaan di rumah orang tua Nada sudah selesai. Hanum dan Shanum juga sudah mulai fokus untuk belajar karena sebentar lagi akan menjalani ujian akhir sekolah. Jadi, Nada sudah merekrut
"Gimana caranya kita menjebak Mas Adi sebagai pemakai jika ia tidak memakai obat itu?" Tanya Rumi bingung dengan rencana baru sang suami. Ia sama sekali tidak paham dengan obat-obatan terlarang. Rumi membeli obat itu juga karena perintah Galang. "Mudah saja. Kita bisa mengancam Adi akan melaporkannya dengan dua tuduhan yaitu kemungkinan sebagai pemakai dan sebagai pengedar narkoba. Tapi, bukan itu poin utamanya Rum. Hal itu bertujuan untuk membuat Nada tidak percaya lagi pada Adi. Aku juga tidak ingin melaporkannya ke polisi. Itu hanya sebagai ancaman saja." Rumi menganggukan kepalanya mengerti. "Setelah itu, aku masih harus meminta bantuanmu untuk mendapatkan Nada. Untuk urusan Adi aku serahkan padamu. Lakukan apa saja sesukamu untuk mendapatkan Adi lagi." 'Tidak perlu. Yang penting aku bisa mengabulkan keinginan terbesarmu. Aku sudah tidak mau berurusan dengan dukun itu. Untuk membantumu aku akan cari dukun lain yang metodenya lebih simple Mas.' Batin Rumi dalam hatinya. “Terus
Kelopak mata Galang perlahan terbuka. Kepalanya terasa sangat pusing hingga ia tidak bisa bangun untuk sebentar. Saat melihat langit-langit atap kamarnya yang familiar, pria itu kembali memejamkan kedua matanya. Untuk sesaat Galang seperti sudah melupakan kejadian tadi malam. Pria itu justru kembali melanjutkan tidur dengan badan yang terasa cukup dingin. Padahal ia sudah pakai selimut yang menutupi seluruh badannya. Tubuhnya miring ke kanan. Kelopak matanya mengerjap menatap wajah Rumi yang masih terlelap. Dengan bahu yang polos tanpa tertutup pakaian.Seketika kesadaran itu menghantam Galang. Seharusnya Rumi tidak sedang tidur di kamar ini bersama dengannya. Tapi, istrinya itu harus tidur dengan Adi di kamar hotel yang sudah ia sewa.Seperti yang sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari. Hati Galang menjerit marah karena rencana mereka sudah gagal sejak tadi malam. “Ya ampun sial banget.” Pekik pria itu meluapkan emosinya hingga tiba-tiba terbangun. Selimut yang tadi menutup tubuh po