Rumi menatap saldonya yang masih kosong dengan gusar. ‘Kenapa sampai detik ini Mbak Nada tidak mengirimkan uang padaku juga? Padahal aku butuh uang itu untuk pesan makanan enak sambil menunggu Rahman di rumah sakit.’ Batin Rumi terus bertanya. Hari ini Rahman masih di rawat di rumah sakit. Sehingga Rumi tidak bisa pergi kemanapun. Uang yang ada di dompetnya tinggal sedikit karena di gunakan oleh Bu Saroh untuk arisan dengan nilai yang cukup besar. “Aku hubungi Mas Galang saja.” Jarinya dengan cepat menekan nomor Galang hingga sambungan telpon sudah terangkat. “Halo Mas Galang.” Sapa Rumi lebih dulu dengan suara yang di buat sesendu mungkin.“Iya Rum. Ada apa? Aku baru saja selesai mengajar di salah satu kelas. Apakah jamu baik-baik saja?” Tanya Galang beruntun dari sebrang telpon. Terdengar suara pria itu yang balas menyahut sapaan orang lain. Mungkin rekan kerjanya yang juga baru selesai mengajar.“Mbak Nada belum mengirimkan uang padaku. Padahal Mas Adi sudah menyuruhnya untuk mel
Kabar tentang kedekatan Rumi dengan Galang sudah menyebar di seluruh kalangan tetangga sejak pertama kali pria itu menginjakan kakinya di rumah Rumi. Mengingat seringnya Galang datang ke rumah Rumi, membuat para tetangga jadi bergosip tentang kedua orang itu. Mereka hanya berani bicara di belakang dengan mencibir betapa cepatnya Rumi mencari pria lain setelah di ceraikan oleh Adi. Di tambah dengan badan Rahman yang semakin kumal setiap harinya karena tidak ada yang memperhatikan. Tapi, tidak ada yang berani bicara secara langsung karena entah mengapa mereka bisa merasa tidak nyaman setiap kali bicara dengan Rumi dan Bu Saroh. Tidak hanya tetangga Rumi, Adi juga sudah menceritakan hal ini pada keluarganya. Jika Rumi tengah dekat dengan Galang yang ternyata menyimpan rasa iri padanya. Karena itulah Adi dan Nada sudah menyusun rencana. Begitu juga dengan Nada yang menceritakan tentang rencana mereka pada Pak Jaya dan Bu Tiah. Rencana yang sudah Adi dan Nada susun dengan matang agar bisa
“Saya adalah calon suaminya Rumi.” Kata Galang mantap pada para tetangga Rumi yang tengah duduk di ruang tamu itu. Membuat wajah para Ibu-ibu terlijat sangat senang karena tebalan mereka selama ini memamg benar.Kedua mata Rumi membulat kaget sama seperti para Ibu-ibu yang datang. Tidak menyangka jika Galang akan secepat ini mengakui hubungan mereka. Berbeda dari kesepakatan yang telah di setujui Rumi dan Galang dulu. Hanya Adi dan Nada yang tidak menampakan perubahan ekspresi apapun. Mereka justru saling berpandangan sambil berusaha menahan senyum. Perkataan Adi rupanya membuat Galang benar-benar menyetujui ucapannya untuk segera mempersunting Rumi.“Apa pekerjaannya Mas Galang?” Tanya Ibu-ibu yang seumuran dengan Bu Saroh lebih dulu.“Guru SMA Bu.” Jawab Galang singkat.“Sudah PNS?” Tanya tetangga yang lain seolah mereka sedang berburu informasi untuk di gosipkan bersama tetangga yang lain. Berita ini akan menjagi gosip terpanas di komplek mereka. Dengan judul Rumi yang menemukan pr
Usai bicara dengan Mama Galang melalui sambungan video call, Rumi jadi semakin yakin untuk menikahi pria itu. Tidak akan ada drama di antara menantu dan mertua. Hanya saja Rumi belum tahu bagaimana sifat asli adik perempuan Galang yang bernama Alana. Apakah sifat Alana sebaik Mamanya atau tidak? Karena Rumi ingin mengeruk harta Galang selama mereka masih bersama.“Niat awalku hanya ingin menikah denganmu secara siri Mas. Itupun aku ingin perniklahan kita di lakukan secara rahasia.” Ujar Rumi setelah sambungan telpon dengan Mama Galang terputus.“Tapi, karena kamu sudah mengumumkan hubungan kita pada para tetangga, maka pernikahan ini harus di laksanakan secara resmi. Aku juga terpaksa meminta untuk menghubungi Mamamu dulu agar tidak ada hal yang mengganggu ke depannya.” Setiap perkataan Rumi seolah menempatkan Galang sebagai orang yang salah. Anehnya Galang sama sekali tidak tersinggung.Ia juga menyesal karena sudah mengambil keputusan secara spontan. Hanya karena ingin membuat Nada
Acara pernikahan Rumi dan Galang akhirnya di laksanakan lima bulan kemudian. Sejak akad nikah yang di laksanakan pada pagi harinya lalu berlanjut acara resepsi hingga siang ini di adakan di aula salah satu hotel ternama si kota ini. Tanggal pernikahan Galang dan Rumi juga terjasi tepat satu tahun setelah Rumi berpisah dari Adi. Dalam acara resepsi pernikahan itu, banyak kolega bisnis Bu Anita yang di undang. Sedangkan dari sisi Rumi hanya mengundang pihak keluarga dan para tetangga. Rumi dan Galang duduk di atas pelaminan yang megah. Sama seperti saat Rumi menikah dengan Adi dulu.Hanya ada Bu Saroh dan Pamannya yang mendampingi sebagai pengganti mendiang Bapaknya. Rahman tidak ikut karena sengaja di ungsikan kembali ke rumah Adi dan Nada. Agar orang-orang tidak bertanya tentang status janda Rumi yang sudah punya satu anak. Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Para tamu yang tadi pagi datang sudah berpamitan untuk pulang. Rumi dan Galang juga sudah berganti baju mengenakan ko
Tok… tok… tok…“Masuk.” Adi masih sibuk memeriksa laporan keuangan hingga jarum jam menunjukkan setengah tujuh malam saat pintu ruangannya di ketuk dari luar. Karena hari ini adalah akhir bulan, ia jadi lebih sibuk dari biasanya.Tampak sosok Gita yang bekerja sebagai manajer di toko utama ini menyembulkan kepalanya saat pintu terbuka. “Ada tamu bernama Pak Galang yang ingin bertemu dengan anda, Pak. Kata beliau dia teman sekolah Bapak. Apakah boleh saya ijinkan masuk?” Tanya Gita mengingat jika atasannya tengah sibuk.Adi seketika menghentikan gerakan tangannya lalu mendongakan kepala untuk menatap wajah Gita. Ia berpikir sejenak sebelum bicara pada bawahannya itu. “Suruh dia masuk ke dalam ruangan saya.” “Baik Pak.” Gita menganggukan kepalanya lalu menutup pintu lagi. Pria itu membereskan beberapa berkas di atas meja lalu berjalan menuju sofa yang ada di dekat jendela. Raut wajahnya berubah menjadi tegang. Tidak lama kemudian pintu ruang kerjanya kembali terbuka. Galang masuk den
Rumi sudah berbaring di atas tempat tidur sambil mengirim pesan pada Galang. Melaporkan perbuatan Bu Anita tadi. [Cepat pulang Mas. Aku nggak betah di tinggal sama Mama kamu itu. Bisanya cuma ngomel aja.] Drrtt… [Iya sabar Rum. Sebentar lagi aku pulang. Aku baru saja pergi dari toko Adi dan Nada.] Kedua mata Rumi berbinar saat membaca pesan suaminya itu. Dengan cepat ia mengetikan pesan balasan untuk Galang. [Baguslah. Berarti Mas Adi sudah menerima hadiah yang aku belikan. Jangan lupa nanti nasihati Mamamu untuk tidak menggangguku lagi. Semakin hari dia jadi terlalu sering marah padaku. Kalau tahu begini kenapa dulu Mama Anita mengijinkan kita menikah?] Sekali lagi Rumi mengeluarkan semua unek-uneknya pada sang suami. Secara terang-terangan membahas hubungannya yang tidak harmonis dengan Bu Anita. [Baiklah. Nanti aku akan bilang pada Mama. Kamu jangan khawatir.] [Kalau begitu belikan aku makanan yang biasa aku inginkan. Hanya belikan untukku. Jangan belikan untuk Mama.] [Oke.]
“Siapa yang mau memulai pertengkaran? Mamakan cuma bertanya kenapa sikap istri kamu jadi seperti ini? Kamu juga selama ini sudah terlalu memanjakan Rumi. Jadi, dia hanya bisa ongkang-ongkang kaki di rumah. Mentang-mentang sudah ada si Sri yang bekerja di rumah ini.” Ujar Bu Anita tidak mau kalah.Galang segera membawa Mamanya menyingkir dari sana lalu menutup pintu. Agar Rumi tidak terpancing oleh perkataan Bu Anita hingga berakhir pertengkaran yang membuat kepalanya jadi pusing. Ibu dan anak itu masuk bersama ke dalam kamar Bu Anita. Galang masih memegang tangan Bu Anita hingga mereka berdua duduk di tepi tempat tidur. “Jangan bicara hal yang buruk terus tentang Rumi, Ma. Dia tidak seperti itu. Kepalaku sakit jika Mama dan Rumi terus bertengkar. Tolong cobalah untuk akur dengan Rumi seperti dulu.” Bantah Galang mencoba untuk bicara dengan lembut. Ia sendiri merasa heran kenapa sifat Bu Anita bisa berubah seratus delapan puluh derajat pada Rumi.Dulu Galang sampai bertanya kenapa sifat