Beranda / Pernikahan / Derita Istri Pertama / Bab 42 Hasil Tes DNA

Share

Bab 42 Hasil Tes DNA

Penulis: Alita novel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Waalaikumsalam.” Jawab kami secara serempak. Meskipun rasa kesal masih terasa di hati pada adik maduku itu.

“Bagaimana keadaan kamu mbak?” Rumi sudah duduk di kursi tempat Mama duduk sebelumnya. Sedangkan Bu Saroh meletakan parcel buah di atas nakas. Ia tetap berdiri di belakang Rumi.

“Alhamdulillah baik. Terima kasih karena sudah menjengukku Rum.” Ucapku datar. Pandangan Rumi terus menoleh ke belakang. Ke tempat Mas Adi dan Papa duduk. Melihat istri keduanya datang sama sekali tidak membuat Mas Adi berniat untuk menghampiri kami. Mama masih setia berdiri di samping tempat tidurku.

“Apa kata dokter kemarin? Apa kamu salah makan sebelumnya?” Tanya Bu Saroh dengan raut wajah cemas. Seolah ada rahasia yang sedang ia sembunyikan. Aneh sekali melihatnya. Apa Bu Saroh sama sekali tidak terlibat dengan ulah Rumi?

“Keracunan makanan Bu. Kemungkinan besar dari makanan terakhir yang saya makan. Karena racun dalam makanan itu terkontaminasi secara cepat.” Jawabku jujur karena ingin melihat leb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Derita Istri Pertama   Bab 43 Pelaku Utama

    Mobil terus melaju di tengah sawah dengan kecepatan yang sangat cepat. Mas Adi lalu membelokan mobilnya ke sebelah kiri hingga menabrak sebuah pohon mangga besar di pinggit jalan. Airbag mobil yang otomatis mengembang membuatku dan Mas Adi jadi tidak terhantam bagian depan mobil. Tapi, tetap saja rasanya sakit karena mobil yang tiba-tiba di tabrakkan pada pohon.Aku bisa mendengar suara pintu di sisi kanan yang terbuka. Tidak lama kemudian, Mas Adi sudah membuka pintu di sampingku lalu menarik tanganku keluar dari mobil. “Kamu baik-baik sajakan Dek?” Aku menganggukan kepala sambil terbatuk karena kaget. Dadaku masih berdebar kencang. Begitu juga dengan tubuhku yang masih gemetar hebat.Banyak orang yang sudah mengerubungi kami. Aku dan Mas Adi di tuntun menuju rumah terdekat untuk duduk disana. Pemilik rumah sudah memberikan kami dua gelas air putih yang hangat. Mas Adi menceritakan tentang mobil kami yang remnya blong sehingga Mas Adi memilih untuk membanting setirnya turun ke sawah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 44 Ingatan Adi

    Kejadian itu sudah tertinggal tiga tahun yang lalu. Saat itu usia Nasya baru menginjak empat tahun. Kirana belum menikah. Shanum dan Hanum juga masih duduk di bangku SMP sekaligus belakar bersama anak-anak asrama yang lain. Seperti biasa Ibu dan Umi akan membuat acara makan malam bersama di rumah mereka untuk sekedar berkumpul bersama keluarga. Karena Mbak Aisyah, Mas Adi dan Kanaya yang sudah punya keluarga masing-masing membuat keluarga besar Abah jadi kesulitan berkumpul seperti dulu. “Masa kamu lupa sih mas? Kejadiannya waktu kita makan bersama di rumah Umi. Waktu itu bahkan Umi sampai marah besar dan menampar Rumi saat melihat melalui rekaman CCTV jika dia sengaja membiarkan Nasya terkunci di dalam mobil.” Mas Adi menggelengkan kepalanya. Seperti dia sudah benar-benar lupa tentang kejadian waktu itu. Terlihat sekali dari raut wajah dan kedua bola matanya yang sama sekali tidak berbohong padaku.“Aku beneran nggak ingat dek.” Aneh sekali. Padahal saat itu aku ingat jika Mas Adi j

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 45 Rencana Adi dan Nada

    Hari ini aku dan Mas Adi pergi ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes darah dan makanan yang aku makan di rumah Ibu kemarin. Hasilnya darahku dan makanan itu mengandung jenis racun yang sama yaitu racun arsenik. Hanya satu hal saja yang harus kami lakukan sekqrang. Membuktikan jika racun itu memang ada di rumah Rumi. Entah itu ada di dalam kamar Rumi atau Bu Saroh. Jika kami tidak bisa mendapatkan bukti jika Rumi juga memiliki racun itu, maka percuma saja membuat adik maduku itu buka suara terkait kejahatannya. Jika hanya berdasarkan bukti telpon dan pencarian di markeplace, Rumi pasti bisa mengelak dengan mudah.“Apa kamu sudah melihat rekaman CCTV di rumah Rumi lagi, Mas?” Tanyaku saat kami masuk kembali ke dalam mobil. Beberapa menit kemudian mobil sudah melaju meninggalkan basemen rumah sakit ini. Menuju ke tempat selanjutnya yang harus kami datangi lagi “Iya. Aku tidak melihat Rumi dan Mama Saroh membawa benda aneh lagi. Rekaman terakhir yang kita lihat bersama kemarin adalah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 46 Waktu

    Sesuai dengan rencana yang sudah di katakan oleh Mas Adi hari ini, ia mengajak Rumi, Rahman dan Bu Saroh makan siang di restoran yang cukup jauh dari rumah Rumi. Setelah Mas Adi pergi, aku memantau layar hp yang menunjukkan rekaman kamera CCTV di rumah Rumi. Tampak Arman yang turun dari mobil lalu segera berjalan menuju teras samping. Ia masuk dengan mudah melintasi halaman rumah karena tidak ada tetangga rumah itu yang sedang ada di luar. Adik sepupuku itu menggali halaman belakang hingga menemukan sebuah kotak kecil. Itu adalah kotak yang sudah kulihat di rekaman CCTV. Karena tidak sabar dengan hasilnya, aku segera menghubungi Arman saat ini juga. “Halo assalamuakaum Man.” “Waalaikusamalm Mbak. Buru-buru amat sih telponnya.” Jawab Arman sambil terkekeh di sebrang sana. Aku hanya bisa berdecak kesal mendengar intonasi suara Arman yang menggodaku. “Iya memang. Cepat buka isi kotak itu.” Perintahku tidak sabaran. “Sabar Mbak. Aku mau duduk di teras dulu.” Terdengar suara langkah ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 47 Terungkap

    Motor yang aku kendarai tiba bersamaan dengan mobil Umi yang datang di antar oleh Kanaya. Hanya dia saja saudara Mas Adi yang datang ke rumah malam ini. Itupun untuk mengantarkan Umi saja. Tidak lama kemudian Umi sudah turun dari mobil. Aku segera menyalami beliau. Kanaya sudah menurunkan kaca jendela mobil untuk menyapaku. “Umi, Mbak Nada. Aku pulang dulu ya.” Kata Kanaya sambil melambaikan tangannya. “Hati-hati di jalan nduk. Besok Abah yang akan mengantar Umi pulang sekalian mengajar di sekolah.” Adik iparku itu menganggukan kepalanya. “Iya Umi. Bye Mbak Nada.” Aku balas melambaikan tangan. “Hati-hati di jalan Nay.” Kanaya menganggukan kepalanya lalu menutup kaca jendela mobil. Setelah mobil yang di kendarai oleh adik iparku itu tidak terlihat lagi, Umi lalu mengajakku untuk masuk ke dalam rumah Ibu. Di ruang keluarga, sudah menunggu Mas Adi, Rumi dan Bu Saroh yang datang berasma Rahman. Raut wajah Rumi dan Bu Saroh tampak sangat terkejut melihat kedatanganku. Sedangkan Ibu su

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 48 Talak Tiga

    Abah mengambil map itu lalu mengeluarkan isinya. Aku tidak perlu melihat lagi karena sudah membaca dengan rinci semua isi hasil lab yang kini ada di tangan Abah. Karena baik Abah, Ibu dan Umi juga sudah tahu tentang hal ini, tidak ada yang bicara lagi. Sebagai orang tua mereka pasti sedih karena harus kehilangan waktu bersama cucu kandung selama tiga tahun ini. Tapi, di sisi lain mereka juga sudah terlanjur sayang pada Rahman sebagai cucu laki-laki di keluarga ini. “Kenapa Rum? Apa alasan kamu menukar Karina dengan Rahman? Mereka hanya anak-anak yang tidak berdosa Rum. Kenapa kamu harus membuat Karina menderita hingga di aniaya oleh wanita itu?” Deretan pertanyaan itu akhirnya terlontar juga dari mulut Mas Adi untuk adik maduku itu. Kedua tangan Rumi sudah meremas baju gamisnya di atas paham hingga tangannya jadi terkepal erat. Detik demi detik berlalu hingga berubah menjadi menit. Rumi tidak kunjung menjawab pertanyaan suami kami. Aku yang melihat Umi hendak membuka mulut lagi sege

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 49 Rumi dan Karina

    Aku mengucap kata hamdalah dalam hati. Talak tiga itu berarti satu kemungkinan untuk rujuk menjadi sangat kecil sekali. Karena Rumi harus menikah lagi dengan pria lain jika ingin kembali bersama dengan Mas Adi. Lalu, jika Rumi berpisah dari pria itupun, karena kerelaan kedua belah pihak. Pria seperti itu di sebut sebagai muhalil. Tidak mudah menemukan pria yang mau menikah lalu bercerai dengan tujuan agar wanita yang ia nikahi bisa kembali bersama dengan mantan suaminya itu. Walaupun tidak ada yang tidak mungkin jika Rumi punya uang untuk membayar seorang pria menjadi muhalil untuknya dan Mas Adi. Berbanding terbalik denganku, raut wajah Rumi tampak sangat kaget. Tubuhnya gemetar hebat dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Ia pasti tidak percaya dengan kata talak yang baru saja di ucapkan oleh Mas Adi padanya. Bukan hanya satu talak. Tapi, talak tiga sekaligus yang menyatakan jika Rumi bukan lagi istri kedua Mas Adi dan adik maduku. “Mas aku mohon tarik kembali kata talakmu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Derita Istri Pertama   Bab 50 Orang Baru

    Rumi kembali menangis seperti tadi. Isak tangisnya membuat anak-anak menjadi bingung. Apalagi Rahman yang menatap penuh kebencian ke arah Karina. Tidak lama kemudian Rumi sudah melepaskan pelukannya dari Karina. "Maafkan Mama sayang." Hanya itu kata yang terucap dari bibir Rumi yang bergetar. Entah Tumi benar-benar menyesal atau dia sedang berakting."Jangan peluk dia lagi Ma." Rengek Rahman manja. Matanya semakin sinis menatap ke arah Karina. Anak yang baru berumur tiga tahun itu sudah di ajarkan banyak hal yang buruk. Membuatku jadi merasa kasihan pada Rahman.Tanpa Rahman tahu jika dia hanya anak angkat Rumi. Sedangkan Karina adalah anak kandunya dari wanita yang selama ini di anggapnya sebagai Mama. Jika Rahman tahu tentang semua kebenaran yang masih kami sembunyikan saat dewasa kelak, entah sikap apa yang akan ia ambil. Merasa bersyukur karena di rawat oleh Mas Adi yang berasal dari keluarga berkecukupan. Atau merasa sedih karena sudah terpisah dari keluarga kandungnya."Iya maa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Derita Istri Pertama   Bab 89 Ending

    Saat Adi pulang ke rumah, sudah ada Rahman yang datang bersama Bude Sri dan Bu Anisa. Nada menjelaskan jika Rahman sudah tahu semuanya. Rahman menangis dalam pelukan Nada. Mereka tidak menanyakan apapun hingga Rahman akhirnya berhenti menangis."Jangan takut lagi sayang. Mulai sekarang Rahman akan tinggal di rumah ini dengan Ayah, Ibu, Kak Nasya dan Karina. Sejak dulu sampai sekarang, Rahman adalah anak Ibu dan Ayah. " Ucap Nada lembut yang membuat semua orang terharu.Adi sendiri merasa sangat bersyukur bisa kembali bersama Nada yang menerima Rahman dan Karina dengan lapang hati. Juga menganggap mereka sebagai anaknya sendiri. Hari itu, Adi kembali di sibukan untuk menata kamar tamu yang akan di ubah menjadi kamar Rahman. Sedangkan Nada sibuk memasak makan siang di dapur bersama Bude Sri.Mereka memutuskan untuk merawat Rahman bersama serta memberi tahu identitas Rahman dan Karina yang sebenarnya adalah saudara sepersusuan. Berita ini di sampaikan juga pada seluruh keluarga mereka yan

  • Derita Istri Pertama   Bab 88 Penahanan

    “Tidak mungkin. Anak saya tidak pernah menjebak Adi. Itu semua adalah fitnah.” Bu Anita berdiri di hadapan Galang untuk menghalangi kedua polisi itu yang hendak menangkap sang putra. Alana hanya berdiri dengan tubuh kaku menatap kakaknya dan sekumpulan polisi itu bergantian. “Maaf Bu. Jangan halangi penyelidikan kami. Selain Pak Galang, kami juga harus membawa Bu Rumi sebagai orang yang telah membeli obat-obatan itu. Kami sudah punya bukti yang valid untuk menahan anak dan menantu Ibu.” Kata salah satu polisi yang kepalanya botak dengan wajah datar menatap ke arah mereka. Galang masih terdiam di tempatnya tidak percaya. Jika jebakan yang sudah ia buat dengan matang dapat di ketahui oleh Adi. Dadanya terus berdebar kencang memikirkan semua keanehan yang terjadi selama ini. Adi yang selalu bisa berkelit dari semua jebakannnya. 'Apakah Adi sudah juga mengintaiku dengan menyuruh orang lain? Atau dia memasang kamera CCTV di rumah ini?' Tanya Galang dalam hatinya. Wajah pria itu masih tam

  • Derita Istri Pertama   Bab 87 Keanehan Rumi

    Tanpa sadar Galang membanting hpnya ke atas meja. Sehingga membuat perhatian para guru yang masih ada di ruangan yang sama dengannya jadi teralih pada Galang. Menyadari jika ia sudah membuat dirinya sebagai pusat perhatian, pria itu hanya bisa minta maaf karena sudah membuar keributan"Ada apa Pak Galang?” Tanya salah satu rekan guru senior yang jauh lebih tua darinya. Galang menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kikuk. Menyesal karena sudah kelepasan marah di depan rekan guru yang lain.“Maaf Pak. Tadi ada nomor pinjol yang neror saya karena teman saya berhutang padanya.” Guru itu menganggukan kepalanya mengerti lalu kembali sibuk dengan kertas di tangan. Begitu juga dengan guru-guru lain yang tidak lagi memperhatikan GalangUjian akhir semester seperti ini membuat Galang dan beberapa guru memutuskan untuk bertahan di sekolah sampai sore guna membuat soal ulangan. Sebagian guru lain yang mata pelajarannya sudah di ujikan juga memilih untuk bertahan di sekolah untuk memeriksa lemba

  • Derita Istri Pertama   Bab 86 Ancaman Galang

    “Selamat ya Bu. Anda di nyatakan positif hamil.” Kata Dokter wanita setelah memeriksa hasil usg di rahim Rumi. Tampak bulatan kecil yang ada di layar. Wanita itu membalas senyum Dokter agar tidak curiga. Padahal hatinya biasa saja saat melihat sudah ada benih dari Galang yang bersemayam dalam rahimnya. “Alhamdulillah. Terima kasih banyak Dok.” “Alhamdulillah dek. Akhirnya kamu hamil juga.” Ujar Galang yang juga bisa berakting dengan sempurna. Walaupun sebagian isi hatinya memang sangat tulus saat menyambut benih yang ada di rahim Rumi. Membuat keraguan di hati Galang tiba-tiba saja semakin kuat. Berbanding terbalik dengan perasaan Rumi. ‘Apakah aku masih harus mengejar Nada jika Rumi memang hamil anakku?’ Batin Galang galau saat ia dan Rumi sudah duduk kembali di hadapan Dokter. Pasangan suami istri itu lalu pulang ke rumah. Galang melangkah lebih dulu hingga masuk ke dalam ruang tengah. Disana sudah menunggu Alana yang tengah menonton TV bersama dengan Bu Anita. Raut wajah Galang

  • Derita Istri Pertama   Bab 85 Media Yang Di Hancurkan

    “Apa? Jadi Galang memang benar di pelet sama si Rumi itu? Keterlaluan sekali. Sudah Mama duga kenapa sikap Galang jadi berubah aneh seperti itu setelah menikah dengan Rumi.” Teriak Bu Anita dari sebrang sambungan telpon yang membuat telinga Alana terasa pekak sekali. Sampai perempuan itu mengorek telinganya yang berdenging karena tadi ia menempelkan hp di telinga. Seharusnya ia sudah menggunakan mode loudspeaker sejak tadi. “Iya Ma. Sesuai dengan informasi dari nomor asing itu, aku bisa menemukan dimana Rumi menyimpan kertas dan bubuk aneh ini. Untung saja Bude Sri bisa menulis huruf arab jawa sehingga aku menyuruhnya untuk menyalin tulisan itu. semirip mungkin. Kata Bude Sri dia sedikit mengubah huruf arab dari nama Mas Galang. Padahal aku sama sekali tidak sadar saat membacanya tadi.” Terang Alana mengingat penjelasan wanita paruh baya itu setelah menyapu halaman depan. “Kalau di ubah dan Rumi tahu bagaimana?” Tanya Bu Anita cemas. Dalam hatinya ia berpikir jika rencana Alana bisa

  • Derita Istri Pertama   Bab 84 Rencana Alana

    Pesawat yang di tumpangi Alana sudah mendarat di bandara. Ia turun dari pesawat lalu langsung naik ke dalam taksi yang menunggu di dalam bandara dengan membawa dua koper besar. Karena Alana memang berniat untuk tinggal di rumah Galang selama satu minggu. Selain untuk memastikan kebenaran jika Galang memang sudah di pelet oleh Rumi, ada pekerjaan di yayasan yang ingin Alana bicarakan secara langsung dengan kakaknya itu. Ia menyebutkan tujuan alamatnya pada sopir taksi yang sudah melajukan mobilnya keluar dari bandara lalu menuju rumah Galang. Tangannya mengambil hp dari dalam tas untuk membuka pesan dari Bu Anita. Jari Alana dengan cepat mengetikan pesan balasan untuk sang Mama yang terkirim satu setengah jam yang lalu. Itu berarti saat Alana masih berada di dalam pesawat. [Aku sudah turun dari pesawat dan sekarang sedang di dalam taksi menuju rumah Mas Galang, Ma. Tenang saja. Aku akan langsung mengambil kertas itu dari kabinet dapur. Aku akan tetap menjalankan rencanaku agar Rumi t

  • Derita Istri Pertama   Bab 83 Rumi Hamil

    Dua minggu sejak acara reuni sudah berlalu. Tidak ada hal yang mencurigakan dari pantauan kamera CCTV dan alat perekam di rumah Galang. Arman juga mengatakan bahwa ia masih memantau semua rekaman itu bersama anak buahnya. Membuat hati Nada menjadi sedikit lebih tenang. Pikirannya selalu teralihkan karena niat jahat Galang dan Rumi. Sehingga Nada sering kali melamun. Fokusnya kini sedang menyusun laporan keuangan akhir bulan untuk kemudian di gabungkan dengan toko Dinada. Ia tidak boleh memikirkan hal itu lagi. Hari senin baru saja di mulai. Namun, waktu terasa sangat cepat berlalu karena semburat jingga yang terlihat dari balik jendela sudah akan turun ke peraduannya. Sudah ada lima pegawai yang sibuk mengepak semua pesanan hijab dan mukena di toko online milik Nada. Bude Sri hanya bisa membantu jika pekerjaan di rumah orang tua Nada sudah selesai. Hanum dan Shanum juga sudah mulai fokus untuk belajar karena sebentar lagi akan menjalani ujian akhir sekolah. Jadi, Nada sudah merekrut

  • Derita Istri Pertama   Bab 82 Rencana Baru Galang

    "Gimana caranya kita menjebak Mas Adi sebagai pemakai jika ia tidak memakai obat itu?" Tanya Rumi bingung dengan rencana baru sang suami. Ia sama sekali tidak paham dengan obat-obatan terlarang. Rumi membeli obat itu juga karena perintah Galang. "Mudah saja. Kita bisa mengancam Adi akan melaporkannya dengan dua tuduhan yaitu kemungkinan sebagai pemakai dan sebagai pengedar narkoba. Tapi, bukan itu poin utamanya Rum. Hal itu bertujuan untuk membuat Nada tidak percaya lagi pada Adi. Aku juga tidak ingin melaporkannya ke polisi. Itu hanya sebagai ancaman saja." Rumi menganggukan kepalanya mengerti. "Setelah itu, aku masih harus meminta bantuanmu untuk mendapatkan Nada. Untuk urusan Adi aku serahkan padamu. Lakukan apa saja sesukamu untuk mendapatkan Adi lagi." 'Tidak perlu. Yang penting aku bisa mengabulkan keinginan terbesarmu. Aku sudah tidak mau berurusan dengan dukun itu. Untuk membantumu aku akan cari dukun lain yang metodenya lebih simple Mas.' Batin Rumi dalam hatinya. “Terus

  • Derita Istri Pertama   Bab 81 Rencana Galang Yang Gagal

    Kelopak mata Galang perlahan terbuka. Kepalanya terasa sangat pusing hingga ia tidak bisa bangun untuk sebentar. Saat melihat langit-langit atap kamarnya yang familiar, pria itu kembali memejamkan kedua matanya. Untuk sesaat Galang seperti sudah melupakan kejadian tadi malam. Pria itu justru kembali melanjutkan tidur dengan badan yang terasa cukup dingin. Padahal ia sudah pakai selimut yang menutupi seluruh badannya. Tubuhnya miring ke kanan. Kelopak matanya mengerjap menatap wajah Rumi yang masih terlelap. Dengan bahu yang polos tanpa tertutup pakaian.Seketika kesadaran itu menghantam Galang. Seharusnya Rumi tidak sedang tidur di kamar ini bersama dengannya. Tapi, istrinya itu harus tidur dengan Adi di kamar hotel yang sudah ia sewa.Seperti yang sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari. Hati Galang menjerit marah karena rencana mereka sudah gagal sejak tadi malam. “Ya ampun sial banget.” Pekik pria itu meluapkan emosinya hingga tiba-tiba terbangun. Selimut yang tadi menutup tubuh po

DMCA.com Protection Status