Su Chen memaksa menggerakkan tubuhnya untuk duduk. Dia tahu, pemilik tubuh ini baru saja melompat dari atas.
Tulang-tulangnya pasti mengalami retakan dimana.-mana. Secara perlahan, Su Chen melipat kakinya dan duduk bersila.Walaupun tahu, tubuhnya tidak dapat memadatkan energi di dantiannya, namun Su Chen tidak mau menyerah.“Aku tahu nirwana punya maksud lain memasukkan jiwaku ke tubuh ini. Dia ingin aku memulai dari awal,” pikir Su Chen.Saat menjadi penguasa langit, Su Chen telah menyempurnakan satu teknik kultivasi. Namanya teknik Pelahap Naga Qilin. Teknik itu dia ciptakan setelah berhasil menyerap setetes esensi darah Naga Qilin.Bermodalkan ingatan jiwanya, Su Chen mulai menjalankan teknik kultivasi Pelahap Naga Qilin. “Sayangnya tubuh ini sama sekali tidak mengandung esensi darah naga qilin,” gumamnya.Su Chen tidak ingin larut dengan kondisi tubuh barunya. Dia mengambil posisi duduk lotus di batu datar itu.Berkultivasi di alam terbuka seperti ini sebenarnya sangat berbahaya.Namun Su Chen tidak punya pilihan lain. Jangankan berjalan mencari tempat yang tepat. Berdiri saja, dia akan kesulitan dengan kondisi tubuhnya saat ini.Tulang-tulangnya remuk, beberapa bagian tubuh yang lebam, serta dantian yang tanpa energi. “Dantian tubuh ini benar-benar seperti cangkang kosong,” pikirnya.Su Chen sudah duduk dalam posisi lotus hampir lima jam. Namun dia sama sekali belum dapat memadatkan sedikit pun energi di dantiannya.“Sialan. Separah ini. Pantas saja pemilik tubuh ini dibuang klannya sendiri. Bahkan aku yang seorang Kaisar Langit kesulitan memadatkan energi di dantian tubuh ini,” gumam Su Chen.Namun dia menolak menyerah. “Ada yang aneh. Dantianku benar-benar normal. Meridian juga bisa mengalirkan energi dengan baik. Aku bahkan merasa meridianku bisa memiliki daya isap energi spiritual yang besar,” pikirnya.Su Chen membuka matanya. Ia merasa sia-sia melakukan kultivasi. Energi spritual yang mengalir ke tubuhnya melalui meridian seperti menguap begitu saja saat memasuki dantian.“Celaka, aku benar-benar jadi manusia biasa. Bahkan hanya dalam satu hari tidak makan, perutku ini merasa lapar,” gumamnya dengan kening berkerut. Selama ribuan tahun hidup, jiwa Su Chen baru kali ini merasa benar-benar lapar.Aku harus cari makanan terlebih dahulu. Sepersekian detik berikutnya, dia berdiri dan melompat dari atas batu. Setelah berjalan lima langkah, Su Chen tiba-tiba menghentikan langkahnya.“i...ini... kenapa aku tiba-tiba bisa berdiri bahkan berjalan. Seingatku, tadi beberapa tulangku patah,” pikir Su Chen kebingungan.Namun dia tidak mau memikirkan penyebabnya saat ini. Prioritasnya sekarang adalah mencari makanan. Perutnya benar-benar keroncongan.Dia terus berjalan menyisiri hutan di jurang itu. “Apel spritual,” gumamnya dengan senyum sumringah. Su Chen akhirnya berhasil menemukan pohon berbuah.Di dunia fana ini, buah yang ditemukan Su Chen saat ini sangat berharga. Ini jenis tanaman spiritual yang dapat mengenyangkan dan mengisi energi pada dantian. Sayangnya kondisi Su Chen saat ini tidak dapat memadatkan energi spiritual apapun yang masuk.Su Chen dengan beberapa bagian tubuh masih kesakitan memanjat batang pohon apel spiritual. Untungnya pohon ini belum terlalu tinggi. Kira-kira baru tiga meter.Rasa sakit pada tubuhnya dikalahkan dengan rasa lapar pada perutnya. Satu, dua, tiga, empat, lima biji. Su Chen berhasil memetik lima biji buah apel spiritual itu.Su Chen tidak tahu, di dunia luar sana, lima biji apel spiritual ini akan membuatnya kaya. Dia mulai turun perlahan.“Sepertinya buah ini memang sengaja ditanam untuk aku. Hahahaha,” Su Chen tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya yang keroncongan.Su Chen mulai memakan apel itu sedikit demi sedikit. Setelah menghabiskan satu biji, perutnya masih terasa lapar. Su Chen kembali memakan satu biji lainnya.Setelah menghabiskan tiga biji buah apel spiritual, Su Chen baru merasa perutnya sudah terisi penuh.“Hmm... Ternyata makan saat lapar seperti tadi benar-benar memuaskan,” batin Su Chen dalam hatinya.Namun hanya dalam dua menit setelah merasa perutnya sudah terisi penuh, Su Chen tiba-tiba merasa tubuhnya terbakar hebat. Wajah mulai memerah, keringat sudah membasahi tubuhnya.“Celaka, aku lupa kalau tubuh ini sama sekali tidak dapat mengurai energi yang masuk,” gumamnya.Su Chen langsung mengambil posisi duduk lotus dan mulai menjalankan Teknik Kultivasi Pelahap Naga Qilin. Dia mencoba memurnikan energi dari apel spiritual yang dimakannya.Jangankan Su Chen yang belum dapat memadatkan energi di dantiannya, bahkan bagi kultivator yang sudah berada di alam Raja akan kerepotan jika memakan sekaligus tiga biji apel spiritual tadi.Biasanya, bagi kultivator di alam Raja, memakan setengah dari apel spiritual ini akan dapat segera mengembalikan energi mereka.Su Chen terus memurnikan energi spiritual yang saat ini ingin meledakkan tubuhnya. Dia benar-benar dibuat frutrasi dengan kondisinya saat ini."Benar-benar merepotkan punya tubuh payah. Aku benar-benar ceroboh, tidak memperhitungkan hal ini sama sekali," batinnya dengan penyesalan.Saat perutnya sudah terisi penuh, dia malah kini dipusingi dengan energi berlimpah dalam tubuhnya yang sama sekali tidak bisa diserap oleh dantiannya. Semakin lama, tubuhnya terasa makin sakit.Seluruh wajahnya memerah. Bahkan tubuhnya saat ini bergetar hebat menahan rasa sakit. Saat ini, dia benar-benar merasakan rasa sakit yang menyiksa.Ini mungkin jadi rasa yang begitu menyakitkan yang pertama kali dia rasakan.Bahkan di kehidupan sebelumnya, dia tidak pernah merasakan sakit seperti ini.Seluruh tubuhnya seperti terbakar. Su Chen terus menjalankan Teknik Kultivasi Pelahap Naga Qilin. Namun dantiannya sama sekali tidak merespon.Qin Shan terus memutar otaknya mencari cara menangani masalahnya. Dia sudah tidak tahan lagi.Seluruh tubuhnya sudah basah oleh keringat. Batu tempatnya duduk bahkan ikut basah karena tetesan keringat.Jiwanya juga mulai melemah. Saat Su Chen mulai putus asa, biji keabadian di jiwanya tiba-tiba menyala terang dan menjadi setitik cahaya. Cahaya itu makin lama makin terang.Biji keabadian melayang keluar dari jiwanya dan menuju dantiannya. Cahaya pelangi seperti terbentuk dengan indah di dantiannya saat ini.Su Chen yang sudah akan kehilangan kesadaran, mengamati dengan serius biji keabadian yang terus memancarkan berbagai warna cahaya di pusat energinya.Suara retakan tiba-tiba terdengar dari dantiannya. Sesuatu yang kasat mata seperti menguap setelah biji keabadian menyemburkan cahaya di pusat energinya."Segel. Siapa yang memasang segel seperti ini di dantian tubuh ini," batin Su Chen.Setelah beberapa saat cahaya itu meredup. Biji keabadian seperti menyatu dengan dantiannya. Su Chen mempertahankan posisi duduk lotus dengan tetap mengedarkan teknik kultivasinya.Rasa sakit yang Su Chen derita sedikit demi sedikit mulai menghilang. Dia merasakan kecepatannya dalam memurnikan energi dari apel spiritual juga bertambah.Saat Su Chen memperhatikan dantiannya, dia melihat perubahan yang nyata pasca biji keabadian melebur ke pusat energinya. Di pusat energinya bahkan mulai tumbuh tunas menyerupai pohon.Tunas itu hanya memiliki satu daun. Saat ini dantiannya dapat menyimpan energi. Sayangnya, setiap energi yang diserap ikut diserap kembali tunas itu.Energi spiritual dari apel spiritual yang Su Chen murnikan seperti makanan bagi tunas itu. Dengan rakusnya, tunas itu menyerap setiap energi spiritual yang memasuki dantian.Setelah dua jam memurnikan energi spiritual yang berlebihan di tubuhnya, Su Chen kini merasakan tubuhnya jauh lebih nyaman. Sementara tunas yang ada di pusat energinya kini berhenti menyerap energi yang masuk.Su Chen tetap menjalankan teknik kultivasinya. Setelah satu hari satu malam, Su Chen merasakan retakan dari pusat energinya.Dhuar... dhuar... dhuar...Dhuat... dhuar... dhuar...Enam ledakan yang seperti teredam terdengar berturut-turut dari dalam tubuh Su Chen. Dia telah menerobos enam alam sekaligus.Saat ini Su Chen sudah menjadi kultivator di alam Prajurit tingkat 6. Dia masih terus menjalankan teknik kultivasinya, Su Chen perlu menstabilkan alamnya. Apalagi, dia menetobos hingga enam tingkatan.Su Chen kini tahu, tubuhnya sebenarnya memiliki potensi yang bagus. Dia merasa tubuhnya saat ini jauh berpotensi dibanding tubuh di kehidupan sebelumnya.Setelah lima jam berikutnya, Su Chen, membuka matanya. Dia perlahan berdiri dan merasakan kekuatan pada tubuhnya."Lumayan. Sudah di alam prajurit tingkat 6," gumamnya sambil mengepalkan tangannya.Dia mencari target untuk menguji kekuatannya. Su Chen menyisir pandangannya ke beberapa sudut sebelum menemukan batu yang kira-kira berdiameter dua meter.Dengan tangan terkepal Su Chen melangkahkan kakinya dan mengarahkan tinjunya ke batu itu.Dhuar...Pukulannya meledakkan batu besar tadi. Su Chen tersenyum sumringah. Dia saat ini seperti anak-anak yang mendapat hadiah permen.Saat di kehidupan pertamanya, dia bahkan tidak sebahagia sekarang saat berhasil menerobos ke alam Raja atau bahkan Raja Agung.Berdasarkan ingatan Jian Su Chen, dia tahu jika pengetahuan orang-orang yang ada di dunia ini tentang alam kultivasi sepertinya sangat terbatas.Diingatan yang ditinggalkan pemilik tubuh sebelumnya misalnya, dia hanya tahu orang terkuat yang pernah dia dengar adalah kultivator alam Raja Agung.Raja Kaili, orang terkuat di wilayah tempat Su Chen saat ini berada berdasarkan ingatan Jian Su Chen hanya kultivator alam Raja.Merasakan khasiat dari buah apel spiritual. Su Chen memutuskan kembali ke tempat dia menemukan pohon itu. Dia ingin mengambil beberapa buah lagi untuk dia jadikan bekal.Sayangnya, dia sama sekali tidak memiliki tas penyimpanan ataupun cincin penyimpanan. Su Chen hanya mengambil sepuluh biji apel spiritual lagi.Dia tidak punya tempat untuk menyimpan buah yang banyak. Buah apel spiritual itu hanya dia bungkus dengan pakaiannya.Saat ini Su Chen bertelanjang dada. Dia sama sekali tidak perlu lagi khawatir dengan cuaca dingin.Setelah berhasil memadatkan energi di dantiannya, dia bisa menghalau rasa dingin dengan energi di tubuhnya.Su Chen mulai melangkahkan kakinya ke area lain. Sebelum mendaki jurang ini ke atas, dia ingin memastikan apa ada harta lain di jurang ini.Setelah menemukan apel spiritual, Su Chen yakin masih ada harta lain di dalam jurang ini. Su Chen mulai berkeliling. Dia menyapu pandangannya ke setiap sudut yang dilaluinya."Seberapa luas sebenarnya jurang ini," gumamnya setelah berjalan lebih dari dua jam namun dia sama sekali belum mencapai ujung dataran yang ada di dasar jurang.Meskipun demikian, Su Chen benar-benar merasa beruntung, karena dia merasakan energi kaya di dasar jurang ini. "Apa di atas sana, energinya juga sama kaya dengan di sini," batinnya.Dia sama sekali tidak dapat menemukan perbandingan energi yang terdapat di jurang ini dengan di atas melalui ingatan Jian Su Chen.Su Chen menghentikan langkahnya. Saat ini matanya sedang menatap sebuah gua yang tak jauh dari tempatnya berdiri.***Di kediaman Klan Jian, seorang wanita paruh baya nampak terus berjalan menyusuri setiap tempat dalam kediaman Jian. Wajahnya muram, matanya memerah. Air mata di pipinya bahkan belum mengering.Mendengar suara dari arah gerbang, wanita itu berlari mendatangi orang yang datang. “Jian Tao, Jian Tian apa kalian melihat Jian Su Chen?” tanyanya dengan nada memelas.“Ibu maafkan kami, kami gagal menjaga adik Chen. Tadi sore, adik Chen memaksa kami agar dibiarkan ikut berburu di pinggiran Hutan Naga,” kata Jian Tian“Benar ibu. Tapi tanpa sepengatahuan kami, kakak Chen tiba-tiba terpisah dari rombongan,” tambah Jian Tao berusaha membohongi wanita tadi.Wanita itu adalah ibu Jian Su Chen, Mei Yin.“Setelah mengetahui Kakak Chen terpisah dengan rombongan, kami berusaha mencari hingga memasuki Hutan naga.”“Kami bahkan hampir mati karena bertemu dengan binatang iblis,” cerita dua kakak beradik itu sambil memperlihatkan darah di tubuh mereka.Sebelum pulang, Jian Tian dan Jian Tao sengaja mengolesi tubuh mereka dengan darah binatang buas yang mereka bunuh di pinggiran Hutan Naga.Mendengarkan cerita mereka, Mei Yin langsung jatuh berlutut di tanah. Meskipun tidak mempercayai cerita Jian Tian dan Jian Tao, namun apa yang bisa dia lakukan.Mei Yin yakin, anaknya sengaja dicelakai oleh dua saudara tirinya itu. Apalagi dia sudah beberapa kali mendapati dua saudara itu ingin mencelakai Jian Su Chen.“Anakku. Maafkan ibu, tidak bisa menjagamu dengan baik,” pekiknya sambil terus mengalirkan air mata.Dia mengangkat badannya, memaksakan berdiri kemudian berlari ke kediaman Patriark Klan Jian, Jian Mu.“Suamiku, selama ini setiap permintaanmu selalu aku penuhi. Aku mohon tolong kirim orang mencari Chen’er,” pinta Mei Yin saat mendapati Jian Mu sedang duduk di kediamannya.Tidak lama berselang, Jian Tian dan Jian Tao juga tiba di kediaman patriark. “Ayah, kakak Chen hilang di Hutan Naga,” kata Jian Tao dengan nada sedih.“Panggil Tetua Pertama,” perintah Jian Mu ke pengawal. Mendengarkan hal itu, tatapan berharap nampak jelas dari pandangan mata Mei Yin.Tak perlu waktu lama, Tetua Pertama Klan Jian akhirnya datang. “Tetua Pertama, Jian Su Chen hilang di Hutan Naga, tolong pimpin orang-orang Klan Jian melakukan pencarian,” kata Jian Mu.Mendengarkan perintah patriark, Tetua Pertama hanya mengangguk kemudian berjalan meninggalkan kediaman patriark.Di dinding jurang, sebuah lubang dengan diameter besar terpampang jelas di mata Su Chen. Dia melangkahkan kakinya dengan pelan.Saat ini, Su Chen berdiri dua meter dari gua itu. Dia merasakan energi pekat disertai aura kematian yang begitu kental menyeruak keluar dari gua.Su Chen terpaku di tempatnya. Dia seperti familiar dengan aura yang menyembur keluar dari gua itu."Aura ini benar-benar terasa sangat kuno," batinnya sambil menggerakkan kakinya dua langkah ke mulut gua. Dia sudah berdiri pas di mulut gua. Selain energi yang lebih kaya dan aura kematian yang familiar, Su Chen tidak merasakan apapun lagi.Su Chen melepaskan indera spiritualnya. Dia tidak ingin menjadi mangsa mahluk penghuni gua ini. Di kehidupannya yang baru ini, Su Chen sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak sesembrono di kehidupan pertamanya.Setelah memastikan tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam gua, ia pun kembali melangkahkan kakinya. Semakin ke dalam, Su Chen merasakan aura kematian yang makin p
Kejadian puluhan ribu tahun lalu terus terbayang jelas di benak Su Chen. Saat ini, dia seperti ikut terlibat dalam perang besar itu.Su Chen melihat tiap adegan yang membunuh ratusan bahkan ribuan orang di masing-masing kelompok. Pertarungan itu, mengakibatkan kerusakan di mana-mana. Gunung yang terbelah, kerusakan alam yang dahsyat, hingga kemunculan binatang kuno yang belum pernah dia lihat di kehidupan sebelumnya. Ada dua kelompok yang bertarung hebat. Sementara satu kelompok lainnya terlihat hanya diam dan menjaga satu tempat. Di seluruh dunia, hanya tempat yang dijaga sekelompok orang itu yang utuh, tanpa kerusakan.Setelah pertarungan berbulan-bulan, dunia ini benar-benar hancur dan kehabisan energi. Orang-orang itu kemudian terbagi dalam lima kelompok yang masing-masing dipimpin oleh lima orang tua yang sebelumnya Su Chen lihat di puncak gunung tertinggi.Su Chen kesulitan mencerna setiap informasi yang terus menerus terbayang di benaknya. Setelah satu malam, Su Chen akhirn
Su Chen masih menyusuri jurang itu. Setelah berkeliling selama dua jam, dia sama sekali belum dapat mengelilingi seluruh dasar jurang."Sebenarnya ini jurang apa? Aku merasa ini agak aneh," pikirnya. Sayangnya Su Chen tidak dapat menemukan jawaban dari pertanyaannya.Ingatan yang tersisa dari Naga Qilin yang terputar di benaknya juga tidak memuat informasi apapun soal jurang ini.Saat melihat ke atas, dia sama sejakali juga tidak dapat melihat ujung dari dinding jurang. Su Chen benar-benar dibuat bingung."Bagaimana nanti aku keluar? Apa aku harus berkultivasi disini hingga alam Raja Agung?" batinnya.Kultivator baru dapat melayang dengan energinya setelah mencapai alam Raja Agung. Jarak alam Su Chen saat ini dengan Raja Agung masih sangat jauh. Saat ini, dia baru di alam Prajurit tingkat 6. Su Chen masih harus menerobos tiga alam kecil untuk menembus alam Pemurnian. Masih ada empat alam besar yang mesti ia lewati sebelum mencapai alam Raja Agung. Alam Pemurnian, Kondensasi, Prajur
Di dalam gua di dasar jurang Hutan Naga, pria muda bertelanjang dada terlihat duduk lotus. Tubuhnya proporsional, wajahnya tampan dengan mata, mulut dan hidung yang tercetak sempurna.Dia adalah Su Chen. Sudah enam bulan lamanya dia berada di jurang ini. Setiap harinya dia hanya berkultivasi dan melatih teknik bela diri yang sebelumnya dia miliki di kehidupan pertamanya.Tulang Naga Qilin yang tergeletak di gua itu juga makin sedikit. Su Chen berhasil memurnikan tulang-tulang itu berkat gabungan Teknik Kultivasi Pelahap Naga Qilin yang dijalankannya dan bantuan tunas di pusat energinya.Su Chen saat ini sudah di alam Kondensasi tingkat lima. Dalam enam bulan ini, basis kultivasinya berhasil menerobos dua alam besar.Su Chen membuka matanya, wajahnya yang tampan kini terlihat lebih dewasa. Tubuhnya juga terlihat lebih proporsional.Dia berdiri dan melepaskan indera spiritualnya. Saat ini dia bisa merasakan jangkauan indera spiritualnya sudah semakin jauh.Su Chen mulai melangkahkan kak
Dhuar... Dua tubuh bertabrakan dengan keras menghasilkan suara ledakan. Seorang pemuda dengan jubah biru terlempar sejauh puluhan meter.Cahaya matanya mulai redup. Pemuda itu seperti pasrah dengan nasibnya. Tubuhnya dipenuhi beberapa luka terbuka. Nafasnya terasa berat. Tap.. tap.. tap..Sementara dari sisi lain, seekor Harimau Belang, dengan santainya berjalan. Meskipun agak pincang, namun tubuh harimau itu terlihat baik-baik saja. Air liurnya menetes dari gigi taringnya. Jaraknya dari pemuda yang terbaring lemah sudah sangat dekat. Nafas baunya bahkan sudah tercium oleh pemuda tadi. "Aku benar-benar akan mati! Semoga di kehidupan berikutnya aku lahir sebagai naga. Akan aku makan semua jenis harimau di dunia ini," batin pemuda itu sambil menutup matanya.Buk...Gubrak...Namum sesaat kemudian, suara pukulan dan benda jatuh terdengar sangat keras. Pemuda tadi yang sudah pasrah kembali membuka matanya. Seorang pria dengan jubah hitam yang berkibar, sedang berdiri di tempat harim
"Kalian berdua, berhenti. Apa kalian tersesat?" kata salah satu pria paruh baya yang menghentikan Su Chen dan Lian Minghao.Lian Minghao mengangkat wajahnya dan melihat orang-orang yang mengadangnya. Orang-orang itu langsung kegirangan saat melihat wajah Lian Minghao."Tuan Muda Lian kembali," teriak salah satu pria yang mengadang.Dari dalam tenda, pria paruh baya dengan wajah garang melangkah keluar setelah mendengar keributan. Dia adalah, Lian Tian, paman ketiga Lian Minghao. "Apa kamu bilang. Coba ulangi," suaranya keras dan menusuk.Setelah melihat Lian Minghao, dia melompat dan memeluk Lian Minghao. Dari raut wajahnya, masih terlihat garis-garis kekhawatiran yang berlebihan."Minghao'er kamu dari mana saja. Kami bahkan sudah mencarimu dalam dua hari ini, tapi tidak bisa menemukanmu. Paman kira kamu... ah.. sudahlah. Yang penting kamu kembali dengan selamat," kata pria paruh baya itu."Paman, ceritanya panjang. Kenalkan ini, Kakak Chen, dia yang menyelamatkanku di kedalaman Huta
Sudah sepekan sejak Su Chen menetap di kediaman Klan Lian. Dia tidak pernah meninggalkan paviliun yang diberikan Patriark Lian padanya.Su Chen terus berkultivasi. Dalam sepekan ini dia juga kembali berhasil memurnikan potongan kecil tulang sayap Naga Qilin. Dia mulai membuka matanya, dia merasakan peningkatan pada kekuatan tubuhnya.Su Chen merasa sedikit lagi, dia bisa meningkatkan kekuatan tubuhnya ke Tubuh Prajurit. "Sudahlah, nanti saja. Sepertinya beberapa hari ini aku merasakan Lian Minghao beberapa kali datang kesini," batinnya sambil menopang tubuhnya berdiri.Dia membersihkan diri di kolam batu yang ada di belakang kediamannya. Setelah itu, mengganti jubah dan pakaiannya.Di depan paviliun yang Su Chen tempati, Lian Minghao nampak berdiri menatap pintu paviliun Su Chen. Ia ditemani seorang gadis dengan hanfu hijau muda dan wajah yang imut. Gadis itu terlihat selalui melingkarkan tangannya ke lengan kanan Lian Minghao."Adik Xin hentikan. Kamu itu sudah jadi gadis. Bukan ana
Tinju Song Lim saat ini meluncur mengarah ke dada Su Chen. Saat jaraknya sudah sangat dekat, Su Chen juga mengangkat tinjunya.Buk..Krak...Suara benturan dua tinju diikuti suara retakan nyaring terdengar. Orang-orang yang menempati ruangan khusus lain, bahkan keluar untuk mencari tahu karena keributan yang terjadi."Ah... tanganku. Kamu.. kamu mematahkan tanganku," setelah suara benturan dua tinju, jeritan kesakitan menggema di seluruh kedai.Orang-orang di lantai satu yang lagi riuh tiba-tiba terdiam mendengar jeritan kesakitan seseorang.Saat ini, Su Chen masih berdiri di tempatnya. Sementara Song Lim mundur beberapa langkah kebelakang sambil memegang tangannya dan meringis kesakitan.Para pengikutnya hanya terpaku di tempat. Mereka tidak berani maju. Su Chen melangkah ke arah Song Lim.Melihat itu, Song Lim, berteriak ketakutan. "Jangan kesini. Aku mengaku kalah. Aku akan pergi," katanya sambil melangkah mundur ke area lorong ruangan.Namun Su Chen tidak peduli dengan teriakan So
Siapapun yang memulai menyerang akan didiskualifikasi dari turnamen ini. Su Chen hanya tersenyum mencibir kemudian duduk dalam kondisi lotus seperti yang dia lakukan sebelum-sebelumnya. Tadi, dia memang sengaja memancing emosi Song Quon. Aksinya ternyata berhasil sebelum digagalkan oleh Patriark Song.Su Chen kemudian menoleh ke Song Quon dan kembali memancing amarah Song Quon. "Kamu beruntung karena masih terus dibawah pengawasan kakekmu. Aku bahkan curiga, tidurpun kamu masih ditemani kakekmu," kata Su Chen kemudian menutup matanya.Song Quon hanya bisa meraung mendengar setiap provokasi dari Su Chen. Dia tidak menyangka, anak angkat Klan Lian ini ternyata memiliki lidah yang tajam."Lihat saja nanti, aku akan mematahkan setiap inci dari tubuhmu. Lidahmu akan kuiris dan kujadikan liontin untuk kalung binatang spiritualku," kata Song Quon dengan wajah bergetar saking marahnya.Sayangnya, Su Chen sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataannya. Dia terlihat sangat tenang dengan pos
"Ah... wajahku," teriakan Kong Jinhai kembali memecah keheningan. Dia melepaskan tingkat spiritualnya dan berusaha mengusap wajahnya dengan tangan kirinya. Tangan kanannya sendiri sudah tidak dapat difungsikan.Kong Jinhai merasa wajahnya terbakar setelah ditiup oleh Su Chen. Orang-orang yang melihat itu juga ikut tercengang. Mereka tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi dengan Kong Jinhai.Bahkan pria tua yang memimpin pertarungan juga penasaran dengan teknik yang Su Chen gunakan sehingga membuat Kong Jinhai teriak kesakitan dengan terus menerus mengusap wajahnya. Dia hanya melihat Su Chen meniup ke arah Kong Jinhai. Dia juga memastikan jika tiupan Su Chen itu adalah teknik bela diri, sehingga tidak menghentikan pertarungan ini.Di atas panggung utama, Patariak Song berdiri dan memprotes aksi Su Chen yang membuat Kong Jinhai menderita seperti saat ini. Sayangnya protes yang ia layangkan ke Tuan Kota Dong Sheng tidak diterima.Dong Sheng juga melihat dengan jelas, Su Chen hanya me
Su Chen berdiri di atas arena dengan raut wajah tenang. Taun Kota Dong Sheng yang mengamati itu dari jauh bahkan memuji ketenangan pemuda ini.Sementara Kong Jinhai di sisi lainnya, menatap Su Chen dengan wajah sangarnya. Sayangnya, provokasi yang terus ia lakukan sejak awal sama sekali tidak mempengaruhi mental Su Chen. Pria tua di atas panggung tinggi mulai mengangkat tangannya. Setelah mendapat jawaban kesiapan dari dua peserta, dia pun mempersilahkan Su Chen dan Kong Jinghai untuk memulai pertarungan.Su Chen tidak begeming dari tempatnya. Dia seperti menunggu Kong Jinhai melakukan serangan terlebih dahulu. Kong Jinhai tidak ingin lengah sedikit pun. Melihat Su Chen hanya diam, dia mengernyit dan tidak tergesa-gesa langsung melakukan serangan.Dia sudah memperhatikan Su Chen di dua pertarungan sebelumnya. Kini dia dibuat bingung, karena saat berhadapan dengan Bao Ye dan tiga peserta dari Klan Song, Su Chen begitu ganas dengan langsung melakukan serangan."Apa kamu memiliki rencan
Pertarungan sengit terus diperlihatkan oleh Song Quon dan Qing Lao di atas arena. Pertarungan ini sekaligus menunjukkan jika bakat yang dimiliki cucu Patriark Qing itu sama sekali tidak kalah oleh Song Quon.Selama ini, nama Song Quon begitu populer di Kota Naga Biru. Dia diangggap sebagai pemuda Kota Naga Biru yang paling jenius. Namun anggapan itu kini mulai berubah setelah ribuan penonton melihat Qing Lao bahkan bisa bertahan selama ini.Hampir semua penonton tahu, jika Song Quon memiliki basis kultivasi yang lebih tinggi dari Qing Lao. Namun yang terjadi terjadi di atas arena memperlihatkan Qing Lao yang bisa mengimbangi kekuatan dari Song Quon."Ternyata selama ini, kita terlalu menganggap tinggi Tuan Muda Song. Dia tidak sekuat yang aku perkirakan.""Benar. Bahkan Tuan Muda Qing yang memiliki basis kultivasi lebih rendah satu tingkat bisa mengimbanginya," orang-orang kembali berdiskusi saat melihat pertarungan yang terjadi.Meskipun demikian, orang-orang ini tidak tahu, jika Qin
Dua kali perputaran tabung pasir pengukur waktu sudah selesai. Empat peserta yang melaju ke babak berikutnya kembali diminta untuk bersiap-siap.Meskipun di alun-alun kota ini ada dua arena yang awalnya disiapkan oleh kediaman Tuan Kota Naga Biru, saat ini tersisa satu arena yang sudah diperluas dibanding saat digunakan di babak-babak sebelumnya.Antusiasme penonton juga sama sekali tidak menurun. Jumlah orang bahkan bertambah banyak. Hari memang suda pagi, sehingga beberapa orang yang awalnya memilih pulang, kini kembali lagi untuk menyaksikan pertarungan yang menentukan.Pria tua yang memimpin pertarungan di babak sebelumnya, kembali berjalan menuruni panggung utama. Dia menuju panggung tinggi yang ada di sekitar arena."Pertarungan pertama untuk babak ini, yakni Song Quon dari Klan Song menghadapi Qing Lao dari Klan Qing. Nama yang saya sebutkan supaya menaiki arena," suara pria tua itu menggelegar hingga didengar oleh semua orang yang ada di tempat itu.Mata ribuan orang kini tert
Saat Patriark Klan Song meledakkan aura Prajurit Surgawi tingkat enam dari tubuhnya, di kursi lainnya, Pariark Lian juga berdiri dengan melepaskan aura dari basis kultivasi yang sama dengan Patriark Song."Kamu berani, hadapi dulu aku," kata Patriark Lian yang saat ini langsung bergerak menghalau gerakan Patriark Song."Berhenti! Siapapun yang mengganggu jalannnya kompetisi akan berhadapan denganku. Kalau tidak percaya, coba saja," suara Tuan Kota Dong Seng, terdengar menggelegar.Aura Prajurit Surgawi tingkat 7 juga meledak dari tubuhnya. Aura Patriak Song dan Patriark Lian yang awalnya mendominasi di tempat itu, tenggelam setelah Dong Sheng melepaskan auranya.Para penonton mengalihkan pandangan mereka dari arena pertarungan ke panggung utama. Su Chen yang memperhatikan reaksi Patriark Song sejak tadi, menyipitkan matanya."Tunggu saja, saat aku bisa menanganimu, aku akan menghancurkan klanmu," batin Su Chen.Sementara itu, Patriark Lian yang mendengar Tuan Kota Dong Sheng sudah tur
Su Chen bergerak seperti tidak tahu siapa yang akan jadi target serangannya. Tiga peserta dari Klan Song yang saat ini berlari ke arahnya bahkan terlihat bingung. Hal yang sama juga terjadi pada Bao Ye.Saat musuhnya kebingungan melihatnya, Su Chen tiba-tiba berlari lurus dengan cepat dan berdiri di depan salah satu peserta dari Klan Song.Tangan kanannya yang awalnya terkepal tiba-tiba terbuka. "Teknik Jari Penghancur Langit," gumamnya dalam hati sambil menjulurkan jari telunjuknya ke dada pemuda dari Klan Song itu.Pemuda itu bahkan tidak lagi sempat menghindar ataupun menghalangi serangan Su Chen. Telunjuk Su Chen seperti menancap di dadanya. Pemuda Klan Song itu terjatuh dengan dada berlubang. Matanya melotot, sementara tubuhnya tidak lagi bergerak. Su Chen menghancurkan jantungnya, yang membuat pemuda dari Klan Song itu tidak memiliki kesempatan untuk hidup.Dua pemuda Klan Song lainnya menatap rekan mereka dengan rasa takut. Penonton yang menyaksikan teknik serangan Su Chen jug
Di panggung tempat para peserta yang lolos di babak ini berkumpul, Bao Ye, perwakilan dari gabungan klan dan kelompok kecil Kota Naga Biru mulai berdiri dari tempat duduknya.Sebelum melangkah ke arena pertarungan, dia berbalik dan melirik Song Quon yang sedang duduk tidak jauh dari tempatnya. Song Quon yang merasakan lirikan Bao Ye hanya mengangguk ringan.Tiga peserta dari Klan Song ikut berdiri. Bao Ye dan tiga peserta dari Klan Song kemudian berjalan dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Su Chen juga mulai berdiri dari tempat duduknya.Saat akan melangkahkan kakinya, suara Song Quon mulai terdengar memprovokasi Su Chen. "Aku ingin lihat, apakah kakimu itu masih bisa kamu gunakan besok," kata Song Quon seperti memiliki keyakinan, Su Chen akan menjadi bulan-bulanan pada pertarungan kali ini.Su Chen hanya menoleh kemudian menyunggingkan senyum mengejek ke arah Song Quon, setelah itu dia melangkah menuju arena.Di tempat para anggota Klan Lian berkumpul, Lian Minghao dan Lian Xinxin
Lian Minghao yang ditemani Lian Xinxin terus berjalan ke arah arena yang digunakan. Saat jaraknya sisa sepelemparan, Lian Minghao berhenti dan mendongak ke pria tua dari kediaman Tuan Kota Naga Biru, yang memimpin pertarungan di babak ini."Ijinkan aku, Lian Minghao dari Klan Lian menyatakan diri mundur dari kompetisi tahun ini. Aku hanya berharap kompetisi ini tidak melahikan pemenang yang menggunakan cara-cara tercelah untuk mecapai keinginannya," suara Lian Minghao menggelegar di tempat itu.Su Chen yang mendengarnya menghembuskan nafas lega. Awalnya dia mengira Lian Minghao akan melanggar janjinya. Dia juga memuji dalam hati sikap Lian Minghao yang mengumumkan sendiri pengunduran dirinya dari kompetisi ini.Sementara pria tua yang ada di panggung tinggi dekat arena menatap Lian Minghao dengan sorot mata simpati sekaligus kagum. Dia tahu, Lian Minghao adalah generasi muda Kota Naga Biru yang memiliki potensi. Sayangnya harus menjadi korban perbuatan tercelah Klan Song.Meskipun ham